Saat Ren He turun dari panggung menyambut tepuk tangan, ia masih agak terkejut. Ia sendiri pun paham semua tepuk tangan ini untuk siapa, karena semua orang menatapnya.
Akting tingkat ahli Larangan memang benar-benar luar biasa.
Tapi saat rekan setim menggambarkan tatapannya saat itu, Ren He merasa momen memalukan...
Ini persis seperti mengerjakan soal interpretasi teks dalam ujian Bahasa Mandarin - sebenarnya penulis mungkin tak bermaksud sebanyak itu, tapi hasilnya diartikan segudang makna yang bahkan tak diketahui penulisnya sendiri!
Kalau penulisnya ikut ujian, mungkin tak bisa melewati batas kelulusan!
Jadi semua "adegan" dalam tatapannya yang mereka sebutkan sebenarnya hanyalah upaya Ren He untuk memerankan karakter pengemis dengan baik. Itu lebih pada sensasi yang dirasakan, bukan kata sifat yang bisa dijelaskan secara akurat.
Seperti tatapan Tony Leung di kehidupan sebelumnya yang terus diinterpretasi, tapi apakah Tony Leung sendiri memikirkan sebanyak itu? Kalau harus memikirkan semua konflik batin itu, mungkin satu-satunya perasaan Tony Leung adalah sedikit lelah...
Ini namanya overinterpretasi, bahkan Chen Da pun tidak terkecuali. Tapi Ren He juga tidak perlu menjelaskan, anggaplah apa yang kalian pikirkan itu benar.
Tanpa disadari, beberapa senior perempuan di tim itu memandangi Ren He yang masih mengenakan equipment pengemis dengan sorot mata berbinar-binar.
Sudah memiliki atribut daya tarik +3, sekarang aktingnya pun begitu memukau, wajar saja jika ada sedikit ketertarikan.
Kekhawatiran satu-satunya sekarang adalah: Apakah Ren He punya pacar? Apakah mereka akan dicap sebagai "kambing tua makan rumput muda"?
Mereka semua adalah hasil kurasi teliti Chen Da dari jurusan akting, penampilan masing-masing tidak kalah dengan siapa pun, plus memiliki keindahan yang mengesankan secara khusus.
Lulusan Zhongxi dan Institut Film Beijing sebenarnya tahu, wanita cantik tidak terbatas di jurusan akting saja, jurusan lain juga memiliki lautan kecantikan yang luas tak bertepi.
Tapi gadis cantik dari jurusan akting memang berbeda, kadang perbedaannya langsung terlihat hanya dengan sorot mata sekilas.
Karena dalam proses seleksi jurusan akting, mengikuti standar estetika orang Tiongkok, gadis-gadis yang berhasil masuk biasanya bertubuh ramping - "ramping" ini adalah istilah internal jurusan, sebenarnya merujuk pada rak tulang yang relatif kecil, sehingga saat tampil di layar akan memancarkan keunikan estetika tertentu.
Orang dengan struktur tulang besar akan memiliki titik buta kamera, di sudut tertentu bisa terlihat sangat buruk di layar.
Guru-guru internal Zhongxi menyebut gadis bertulang kecil seperti ini sebagai salah satu bentuk "anugerah leluhur pendiri dalam bidang seni peran".
Senior yang semula ingin menukar peran dengan Ren He itu merenung sejenak lalu berkata pada Chen Da: "Guru, saya sadar ini keangkuhan. Biarlah junior yang main sebagai tokoh utama. Aktingnya benar-benar memukau."
Selain persaingan yang sangat ketat, Zhongxi juga memiliki ciri khas lain: Menghargai seni, mengakui kemampuan sejati, dan menghormati lawan tanding.
Ketika senior ini belum memahami akting Ren He, ia bisa berkompetisi bebas. Saat menyadari ketidakmampuannya, ia pun rela menyerahkan peran tersebut. Ini bukanlah cacat, melainkan konsensus umum di antara maestro.
Chen Da merenung. Meski ledakan akting Ren He hari ini jauh melampaui perkiraannya, bahkan melebihi semua kesan sebelumnya tentang Ren He—seolah menemukan harta karun tak terduga.
Masalahnya sekarang, ia tak ingin mengganti kembali!
Dulu tak ada orang yang cocok untuk memerankan pengemis ini. Saat tingkat kemampuan semua orang hampir setara, ia memilih yang kurang mampu agar tokoh utama lebih menonjol.
Tapi kini berbeda. Kehadiran Ren He telah membuat seluruh naskah tersublimasi. Tentu yang paling luar biasa haruslah memerankan karakter pengemis ini!
Hasilnya belum sempat Chen Da menolak aplikasi mereka, Ren He sudah tertawa: "Saudara Senior jangan merendah, menurutku berperan sebagai pengemis itu sudah lumayan. Kalian repot mondar-mandir ganti baju, sampai berkeringat deras. Aku cukup duduk manis di sini..."
Hah! Alasan macam apa ini? Rupanya cuma karena malas?!
Apa aku harus percaya tahayulmu ini?!
Namun pikiran sejati Ren He adalah: "Memuaskan banget bisa akting bagus tanpa bergerak!"
"Sudah diputusin! Ren He tetap jadi pengemis. Hari ini sampai di sini. Pulang dan istirahatlah! Sabtu depan giliran kita pentas di Hei Xiazi. Akan kami tunjukkan pada grup S2 itu, alasan kami termasyhur!" Chen Da tersenyum mengakhiri rapat.
Sekali drama siap latihan, Chen Da jadi mudah diajak kompromi. Tak jarang murid teater minum arak bersamanya.
Sedangkan Ren He berhasil melebur ke dalam kelompok ini melalui sebuah pertunjukan, sepenuhnya mengandalkan kemampuan dan aktingnya sendiri. Peleburan seperti ini justru lebih setara.
Beberapa orang mati-matian menyusup masuk, tapi karena aktingnya payah akhirnya disingkirkan. Pada dasarnya, semua orang dalam pertunjukan menyukai perasaan bertarung melawan lawan seimbang. Tak ada yang mau ada penghambat.
Terutama tim Chen Da yang memiliki rasa kehormatan sangat kuat ini.
Ada senior perempuan yang mulai mendiskusikan pandangan tentang skenario ini dengan Ren He. Sebenarnya ini omong kosong. Kalau mau diskusi, lebih baik cari Chen Da. Ngapain cari Ren He?
Baru beberapa kalimat, Ren He sudah merasa tidak beres dan memilih mundur...
Senior-senior perempuan awalnya membahas skenario, lalu perlahan mulai berniat membimbing kehidupan idola muda Ren He ini. Seorang mahasiswi tingkat dua berkedip-kedip sambil berkata: "Cewek semester satu seperti apel hijau, cantik tapi tak enak dimakan. Cewek tingkat dua seperti apel merah, cantik sekaligus enak. Cewek tingkat tiga seperti nanas, tak cantik tapi enak. Cewek tingkat empat itu tomat..."
Senior ini baru saja memperkenalkan diri sebagai mahasiswi tingkat dua ke Ren He langsung melontarkan lelucon ini. Maksud tersiratnya tentu mahasiswi tingkat dua seperti dirinya ini cantik sekaligus "enak".
Ren He tidak melanjutkan topik pembicaraan, malah pura-pura tak paham bertanya: "Mengapa tomat?"
Sebenarnya dia paham, masa iya benda begini tak dimengerti? Ucapan aslinya mestinya: Cewek tingkat empat itu tomat - dikira-kira sendiri masih termasuk buah.
Ren He cuma ingin mengalihkan topik, tapi tak disangka seorang senior tingkat empat di sampingnya berkedip manis: "Cewek tingkat empat itu tomat, banyak airnya..."
"Hah!" Ren He hampir tidak bisa menahan tawa, ini keterlaluan, maksa banget ngegombal?!
Kadang kakak tingkat di kampus kalau udah mulai mesum, benar-benar kasar tanpa ampun!
Ren He kabur pontang-panting, di belakangnya para senior tertawa terbahak-bahak, entah apa sifat asli orang-orang ini sehari-hari?!
Semalaman suntuk, ganti peran dan latihan terus tidak berhasil mengintimidasi Ren He, malah terpaksa mundur karena lelucon receh, Ren He merasa agak memalukan.
Tapi malu yang sudah terlanjur ini tak mungkin ditarik kembali, dia harus tetap menjaga kesuciannya untuk Yang Xi!
Kembali ke asrama 313, Yang Runrun bertiga sedang asyik main Dota sambil memandungi Ren He dengan wajah memelas!
Ren He bingung, kok ketiganya berekspresi seperti ini?
Li Shuaizhen kesal menggaruk-garuk rambut: "Cepat login! Kamu nggak online, pacarmu ngomel habis-habisan karena kami terlalu noob!"
Yang Runrun merengek: "Kami bahkan nggak berani membalas..."
Ya, bagi mahasiswa baru seni tingkat satu, memaki Ratu Musik Internasional seperti ini memang memberikan tekanan psikologis yang luar biasa...
