Zhang Ming tersenyum getir memang ada sebabnya. Sebenarnya sebelumnya Zhang Ming selalu mengira Ren He tidak punya pengaruh apa-apa di dunia hiburan. Mengenal Zhou Wumeng secara teknis juga bukan termasuk orang dalam industri hiburan, paling hanya bisa dibilang punya pengaruh tertentu di bidang komunikasi.
Mengenal Xia Yuting, tapi Zhang Ming juga tidak tahu sebenarnya bagaimana hubungan Xia Yuting dengan Ren He. Keduanya sepertinya sengaja mempertahankan jarak.
Makanya ketika berhadapan dengan Ren He, Zhang Ming merasa seperti melihat orang luar yang benar-benar murni.
Tapi sekarang berbeda. Zhang Ming sadar pemahamannya tentang Ren He masih terlalu sedikit. Atau mungkin pemuda ini punya hierarki pertemanan yang sangat ketat - sampai di level mana kau berada, secara alami akan tahu hal-hal tertentu...
Cara seperti ini ada keuntungan dan kerugiannya. Yang Ren He pikirkan tak lain adalah perlindungan yang lebih baik untuk dirinya sendiri.
Dirinya sendiri adalah Kesatria, komposer dan penulis lirik andal dalam lingkaran internasional, 10 lagu ciptaannya pernah mendominasi daftar 100 besar Amerika Utara selama 3 bulan. Pacarnya adalah Ratu Musik Internasional. Jika sosok seperti ini masih dianggap tidak memiliki pengaruh di dunia hiburan, itu sungguh kekeliruan besar!
Setidaknya dari segi energi penggemar, sulit mencari pasangan yang bisa menyaingi kekuatan duo kekasih ini di seluruh industri. Lihat saja jumlah like dan repost di Weibo: akun Kesatria kini memiliki 12,7 juta followers (tertinggi), sementara Yang Xi di posisi kedua dengan 11,9 juta.
Saat ini Weibo baru beroperasi kurang dari setengah tahun. Sulit memprediksi bagaimana perkembangannya di masa depan.
Zhang Ming menyadari satu hal: Dengan jumlah penggemar pribadi Ren He ditambah akting briliannya, bagaimana kira-kira box office jika ia menjadi tokoh utama dalam film layar lebar?
Tapi Zhang Ming tahu, Ren He mungkin benar-benar tidak akan kembali ke dunia akting.
“Jika kau enggan bermain teater, lalu apa makna kuliah di Zhongxi?” Zhang Ming tak memahami pertanyaan ini. Menurutnya dengan kemampuan Grup Luohe, tak sulit mencari sekolah resmi dan jurusan profesional untuk Ren He.
“Untuk mengalami kehidupan,” jawab Ren He sambil tersenyum lebar. Sebenarnya banyak yang tak paham keinginannya merasakan kehidupan kampus sekaligus merasakan panggung pertunjukan.
Berakting dalam drama menjadi pilihan jalan tengah - tidak terlalu terkenal, sekaligus memuaskan hasrat berakting. Tentu, ia tak akan terus menerus melakukannya mengingat ada urusan baru akhir-akhir ini.
Zhang Ming menarik napas dalam-dalam. Entah mengapa, ia mulai mengerti konsep "mengalami kehidupan" yang diutarakan Ren He. Ini adalah sikap optimis menghadapi kehidupan, tentu saja hak prerogatif ahli sejati. Bagi yang lemah yang masih berkutat pada sandang pangan, apalagi galau beli rumah dan mobil, dasar untuk mengalami kehidupan pun tak mereka miliki.
Ada juga orang yang suka backpacker hemat, bahagia dalam kemiskinan, atau sikap sejenis miskin tapi tetap gembira. Namun faktanya, masyarakat ini sangat realitis. Kau boleh miskin, tapi bagaimana dengan istrimu? Anakmu?
Waktu kecil, orangtua memberikan semua kehidupan terbaik padamu. Tapi setelah dewasa, saat orangtuamu sakit, kau hanya bisa menjerit histeris di luar ruang ICU sambil tak mampu membayar biaya pengobatan. Masih bisakah kau santai saat itu?
Masyarakat memang seperti ini. Hanya dengan pondasi materi yang kuat, barulah bisa mempertimbangkan dunia spiritual. Aturan ini kejam, tapi Ren He merasa justru inilah yang logis.
"Aku berencana mencari aktor dan sutradara yang cocok di Zhongxi, lalu memfilmkan beberapa naskah yang ingin kurealisasikan. Bagus atau jelek hasilnya tak masalah, ini cuma obsesi keduniawian sementara saat ini," Ren He berpikir sejenak lalu menjelaskan dengan serius. Bagaimanapun, lawan bicaranya adalah senior di bidang ini yang mungkin bisa memberi saran.
Zhang Ming awalnya belum bereaksi, setelah dua menit baru bertanya dengan terkejut: "Anda benar-benar mau syuting film sendiri jadi produser?"
"Tentu saja," Ren He tersenyum riang: "Kenapa, Anda tidak percaya? Dana tidak kurang, naskah bagus juga ada, kenapa tidak syuting?"
"Naskah bagus?" Zhang Ming merenung sejenak lalu bertanya: "Seberapa bagus naskahnya?"
Sebenarnya selama berkecimpung di dunia hiburan, Zhang Ming memiliki karakter tersembunyi yang sama dengan Zhou Wumeng, kalau tidak mereka berdua tidak akan menjadi sahabat dekat.
Obsesi Zhou Wumeng adalah melakukan amal dengan tulus, sedangkan obsesi Zhang Ming adalah bisa selalu mendapatkan naskah bagus untuk disyuting.
Ketika film yang penuh makna berhasil dibuat, yang paling merasa bangga sebenarnya adalah Zhang Ming sendiri. Makanya dulu dia pernah bercanda ke Ren He: "Kalau Cang Hai selesai ditulis, saya akan rekomendasikan Anda kuliah di Zhongxi."
Zhang Ming sudah tidak kekurangan uang maupun reputasi. Bagi hidupnya, dia lebih berharap bisa memproduksi lebih banyak karya bermakna.
Inilah alasan ia pergi menonton drama karya Chen Da, karena selama ini ia terus mencari investasi untuk drama tersebut, ingin memvisualisasikannya dalam format film. Namun sayangnya, Chen Da dulu terlalu banyak melakukan kesalahan pada orang-orang sehingga investasi sulit didapatkan.
Ren He berpikir sejenak lalu berkata: "Menurutku ini semua adalah naskah yang sangat bermakna. Tidak harus produksi besar, tidak perlu banyak bintang ternama. Aku bahkan tidak mengejar box office. Yang penting film ini punya makna. Bagiku, keberhasilan film-film ini sudah seharusnya, kalau pun rugi juga tidak masalah."
Zhang Ming merasa heran. Bagaimana mungkin Ren He yang sama sekali awam dalam produksi film, bisa begitu percaya diri menganggap kesuksesan box office film-film ini sebagai hal yang wajar?
Tiba-tiba ia teringat perkataan Zhou Wumeng dulu... "Pemuda ini memiliki kemampuan mengubah yang busuk menjadi ajaib!"
Hati Zhang Ming mulai bergejolak. Pertama karena naskah yang dijanjikan Ren He, kedua karena salah satu kalimatnya: "Kalau pun rugi juga tidak masalah."
Seorang sutradara perlu mempertimbangkan keuntungan dan kerugian. Jika selalu untung, semua investor akan berebut mendekatimu karena mereka punya tuntutan profit. Jika merugi, investor akan membuangmu seperti sepatu usang.
Keberuntungan besar, karya Zhang Ming sendiri terus menghasilkan uang.
Tapi bagaimana jika suatu hari tak lagi menghasilkan uang? Apakah ini berarti meski punya naskah bagus, tak ada yang mau mengambil risiko bersamaku?
Di sisi Ren He lebih sederhana: dia hanya ingin memfilmkan naskah bagus. Merugi tak masalah, Tak Kekurangan Uang!
Zhang Ming paham, Zhou Wumeng sekarang sebenarnya bekerja untuk Ren He. Dulunya Zhou adalah Ketua Dewan BUMN besar, kini jadi orang tua kecil yang kerja keras. Tapi Zhou hidup bahagia karena tak perlu meminta bantuan siapapun.
Menurut Zhou Wumeng: Ren He tak pernah membuatnya khawatir soal keuangan. Ia bebas mengekspresikan cita seninya, melakukan amal sekehendak hati, menolak donasi eksternal, namun Yayasan Qinghe tetap makmur - bahkan lebih kaya daripada yayasan penerima sumbangan!
Zhang Ming iri dengan gaya hidup seperti itu. Bagaimana nyamannya hidup jika bisa fokus pada penyempurnaan karya seni, tanpa harus memikirkan permintaan aneh investor atau menghadapi mereka jika proyek merugi?
Zhang Ming menangkap sorot mata Ren He yang menyiratkan ekspresi samar antara senyum dan skeptis. Tapi sebagai profesional berpengalaman, ia tak terburu-buru membuka kartu: "Kalau ada naskah bagus, boleh kubaca. Siapa tahu aku bisa bantu?"
Meski tak diungkapkan terang-terangan, kedua belah pihak saling memahami. Ren He tahu Zhang Ming mulai menunjukkan ketertarikan.
Dan yang perlu ia lakukan adalah menyajikan naskah yang berkilau permata untuk membuat Zhang Ming naik ke kapalnya, lalu menghadapi misi yang akan datang dengan kemampuannya sendiri.
Persiapan di fase saat ini telah selesai, Ren He merasa ini saatnya untuk mulai bergerak! Kali ini, ia sudah menunggu terlalu lama!
