Persiapan shooting _Crazy Stone_ resmi dimulai. Zhang Ming dengan rela bergabung ke Qinghe Pictures. Berdasarkan prinsip "jangan ragu saat memilih, jangan curiga saat memakai", Ren He memberikan kelonggaran ekstrem dalam anggaran dasar perusahaan. Untuk kelancaran kerja sama, Zhang Ming tidak mengembalikan satupun personel Qinghe Group yang ditugaskan di Qinghe Pictures, termasuk seluruh staf keuangan yang merupakan keturunan langsung kelompok inti.
Sikap Zhang Ming sebenarnya lebih jelas. Ren He merasakan keinginan Zhang Ming untuk terintegrasi ke dalam kolektif Kelompok Qinghe.
Hal ini agak aneh. Ren He juga tidak tahu dari mana kepercayaan Zhang Ming padanya berasal. Tapi ini yang terbaik. Tujuan Ren He adalah membuat film bagus, prosesnya seperti apa tidak terlalu dipedulikannya.
Ren He sendiri berencana menyerahkan sepenuhnya kewenangan operasional Qinghe Pictures kepada Zhang Ming. Lagipula saldo rekening hanya 10 juta yuan lebih. Bahkan jika Zhang Ming melarikan uang itu, Ren He tidak akan mengernyitkan kening. Apalagi mustahil Zhang Ming melakukan hal seperti ini.
Di kehidupan sebelumnya, biaya produksi _Crazy Stone_ hanya 3 juta yuan. Di kehidupan ini, Ren He memperkirakan biayanya menjadi 8 juta yuan untuk membuat film ini lebih sempurna.
Hasilnya, Zhang Ming langsung menepis ide Ren He. Menurutnya, 5 juta yuan sudah cukup.
Gagasan Zhang Ming adalah bahwa film "_Crazy Stone_" itu sendiri bukanlah film yang seharusnya dibuat secara mewah. Adegan, properti, dan elemen lainnya justru harus lebih dekat dengan kehidupan nyata, agar film terlihat lebih autentik sekaligus lebih absurd.
Tidak bisa hanya karena anggaran bertambah, lalu pabrik dibuat terlihat lebih bagus, atau penginapan di sebelah pabrik dibuat sedikit lebih modern.
"_Crazy Stone_" adalah film yang memperdalam humor gelap melalui kekasaran dan kedekatannya dengan realita kehidupan.
Ren He tertawa geli. Selama ini ia hanya mendengar sutradara yang meminta tambahan investasi, bagaimana bisa di tangan Zhang Ming justru berubah jadi menghemat uang bos besar? Sisa 3 juta yuan meski terlihat sangat kecil bagi Kelompok Qinghe, tapi sikap seperti ini membuat Ren He merasa nyaman.
Kedua pihak adalah orang-orang yang ingin menciptakan film masterpiece. Hanya dengan mengejar target yang sama, kapal ini bisa berlayar lebih jauh.
Saat Qinghe Pictures selesai dibahas dan kantor sementara sudah disewa sebagai basis pemilihan peran dan persiapan, Ren He kembali ke sekolah pagi-pagi lalu mengajak tiga teman sekamarnya menuju markas di pinggiran ibukota. Ketiga anak ini terpaku mengikuti Ren He tanpa tahu tujuan sebenarnya.
Ketika ditanya mau melakukan apa, Ren He hanya menjawab "nanti sampai sana pasti tahu", dengan sikap misterius.
Zhang Ming sudah berpesan sebelumnya: "Seberapa pun kualitas mereka, aku terima. Tapi kalau benar-benar tidak memenuhi syarat, jangan salahkan aku kalau mereka kerepotan."
Apa lagi yang bisa dijawab Ren He? Tentu saja dia dengan bergembira menyetujui!
"Kamu sendiri tidak mau main peran?" tanya Zhang Ming penasaran. Dia benar-benar tak paham, apakah Ren He benar-benar tak ingin berakting seperti yang dikatakannya?
"Tidak," Ren He menggelengkan kepala. "Bapak juga tak perlu menasihati. Bermain teater sudah cukup menyenangkan. Untuk film, aku rasa lebih memuaskan bekerja di balik layar daripada berakting di depan kamera."
Pencarian manusia tak selalu sama. Sebagian merasa menerima tepuk tangan dan sorak gembira di depan publik lebih bermakna, namun Ren He sendiri telah menikmati ketenaran yang luar biasa. Ia tak kekurangan sorakan, tak kurang tepuk tangan, hanya kekurangan hati yang hening untuk membuat movie.
Saat tiba di pinggiran ibukota, tiga sekamar masih tak tahu apa yang akan terjadi. Li Shuaizhen yang sehari-hari nongkrong di Hengdian, tak pernah menyentuh dunia akting yang benar-benar berkualitas. Ren He bertanya pada Zhang Ming apakah absen dari pelajaran Zhongxi bermasalah, jawabannya justru santai disertai senyum misterius.
Alhasil saat tiba di pangkalan militer pinggiran ibukota, yang pertama dilihat Ren He adalah Chen Da!
Sialan! Mengapa Chen Da ada di sini?! Tiga sekamar langsung panik. Mereka memang selalu segan pada ketua jurusan yang satu ini!
Tapi Ren He sempat memikirkan beberapa kemungkinan. Zhang Ming keluar sambil tersenyum: "Bagaimana? Sudah kubilang tidak perlu khawatir. Dekan jurusan kalian sendiri ikut main film. Beliau yang akan memerankan karakter Bao Shihong."
Ren He tersadar. Ternyata dugaan sebelumnya benar. Chen Da yang tiba-tiba muncul di sini tentu untuk berpartisipasi dalam pembuatan movie.
Karakter Bao Shihong dalam film sebenarnya adalah seorang kapten satpam yang berintegritas. Di saat genting bisa menunjukkan kegarangan, di momen krusial tetap bersikukuh pada prinsip.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Chen Da bisa mengekspresikan nuansa teatrikal dalam karakter Bao Shihong. Menurut Ren He, Zhang Ming pasti sudah tahu batasannya.
Diam-diam Zhang Ming bercerita pada Ren He: "Dulu Chen Da pernah mengekspos praktik aturan tak tertulis di industri ini ke media karena tidak tahan melihat ketidakadilan. Hal itu membuatnya bermusuhan dengan seorang maestro perfilman, hingga kariernya hancur. Tak ada yang berani mempekerjakannya lagi, praktis seperti diblokir sepenuhnya."
Zhang Ming menjelaskan banyak hal, intinya adalah Ren He termasuk minoritas yang sama sekali tidak perlu khawatir dengan beliau. Dengan dana dan sumber daya yang dimilikinya, baik Kelompok Qinghe maupun Grup Luohe posisinya sendiri sudah lebih tinggi dari dunia hiburan.
Jika beliau diibaratkan ular tanah, maka Qinghe Pictures adalah seekor naga yang menyeberangi sungai.
Grup Luohe menguasai sepertiga jaringan bioskop nasional. Sekeras apapun mereka melakukan kesalahan pada maestro lingkaran dalam ini, pihak lawan harus memencet hidung dan mengakui, kalau tidak sama saja melepas sepertiga pasar domestik.
Ren Hen merasakan betapa sulitnya dunia hiburan - seorang maestro ternyata bisa dengan mudah diperlakukan semau mereka oleh orang kaya baru dari luar lingkaran...
Menurut penuturan Zhang Ming, harapannya adalah bisa membantu Chen Da. Kemampuan akting pria itu sama sekali tidak diragukan. Zhang Ming yang paling merasakan hal ini - dulu dia termasuk yang paling mengagumi Chen Da, namun akhirnya terjadi kejadian seperti itu.
Zhang Ming masih sedikit khawatir, bagaimana jika Ren He tidak ingin melakukan kesalahan pada bos besar di dalam lingkaran ini? Namun ternyata Ren He sama sekali tidak peduli. Setelah Zhang Ming menyebut nama orang tersebut, reaksi pertama Ren He adalah... Siapakah Dia?
Lagi-lagi nama yang tidak pernah dengar!
Bantu Chen Da? Hal seperti ini apakah bisa disebut masalah bagi Ren He? Itu kan guru jurusan brengsek! Jika guru jurusan bisa bermain film di perusahaannya, bukankah kehidupan kampus empat tahunnya akan sangat menyenangkan?
Urusan tidak lulus mata kuliah sama sekali tidak perlu dipusingkan! Adakah mahasiswa yang lebih nyaman darinya? Mahasiswa lain yang ingin hidup nyaman di kampus harus mengantar teh dan air, memberi hadiah, membantu membeli nasi, melakukan berbagai pekerjaan kasar.
Tapi dirinya? Tidak hanya tidak perlu melakukan apapun, malah guru jurusan yang harus bekerja untuknya... Sangat memuaskan! Setidaknya secara psikologis terasa sangat memuaskan!
Chen Da juga tidak merasa malu. Ia sudah menganggap Ren He sebagai bos perusahaan film, bukan muridnya.
Ketika semua wajah Ren He selain Kesatria terbuka di depan matanya, Chen Da sudah tidak lagi menganggap Ren He sebagai siswa biasa.
Hidup bagaikan sandiwara, Chen Da merasa seperti berada dalam mimpi.
