Awalnya Ren He mengira yang datang adalah orang tak dikenal untuk menyerahkan peralatan, mengingat Steve berada di AS. Tapi nyatanya ia sendiri yang datang ke Belanda.
Faktanya, pengaruh Steve sekarang sudah jauh berkurang dibanding masa aktifnya di CIA. Banyak informan tak mau mengambil risiko untuknya.
"Dan beberapa orang yang bekerja untuknya, sangat mungkin diketahui pihak lain. Steve mulai spekulasi liar tentang situasi yang dibawa Ren He sekarang. Bagaimana jika suatu hari kasusnya terbongkar, dari petunjuk kecil itu bisa terseret dalam konflik? Benar-benar akan geli di selangkangan!"
Jadi demi 5 juta dolar AS, Steve langsung berlari ke tempat ini.
Bagi Ren He, ini juga sebuah rejeki. Semakin aman, semakin itulah yang diharapkan Ren He.
Ren He duduk manis di belakang Steve: "Kamu ke Belanda tidak berencana bermain dua hari?"
"Main apa! Aku harus meninggalkan tempat ini sebelum kalian bertarung," kata Steve kesal. Ia mengetuk-ngetuk koper besar di sampingnya: "Semua di sini. Semoga beruntung!"
"Terima kasih," kata Ren He tersenyum lebar. Agak malu-malu telah merepotkan orang khusus datang jauh-jauh. Awalnya ingin mengajak Steve memakan nasi, tapi karena pihak lain enggan terseret dalam perseteruan, ya sudah.
Kalau nanti Steve ada kesempatan ke Tiongkok, baru dibicarakan lagi.
Ren He mengangkat koper cello lalu pergi. Steve menatap punggung Ren He dengan sorot matanya menyempit. Sialan, si bocah ini benar-benar bukan manusia biasa! Barang puluhan kilogram diangkatnya seperti tak berbobot sama sekali!
Perlu diketahui, Steve sendiri kesulitan membawa koper sebesar itu!
Steve pergi diam-diam seperti kedatangannya yang diam membisu, tanpa menarik perhatian siapa pun.
Saat Ren He kembali ke hotel yang dipesan Chen Da, di punggungnya sudah terlihat membawa koper cello. Manusia biasa yang melihat penampilannya mungkin mengira ia murid musik, tak ada yang istimewa.
Penginapan yang diatur Chen Da menggunakan sistem dua orang sekamar. Awalnya Chen Da dan Ren He sekamar, namun kini Ren He tidak cocok berbagi kamar dengan siapapun, mengingat cello itu berisi senjata lengkap.
Setelah memberi tahu Chen Da, ia memesan suite terpisah. Lagipula teman sekelas tak tahu ia menyewa kamar sendiri. Ren He juga enggan merasa tertekan selama di perjalanan.
Chen Da sendiri tidak merasa ini aneh. Nilai diri Ren He sangat jelas baginya, membuka kamar terpisah juga masuk akal. Ia sudah menerima kenyataan bahwa muridnya ini sama sekali tidak biasa...
Beberapa siswa di teater memiliki latar belakang keluarga yang luar biasa, bisnis keluarga mereka tergolong tidak kecil.
Tapi jika benar-benar dibandingkan, siapa yang bisa menyaingi Grup Luohe dan Kelompok Qinghe? Dari sudut pandang lain, Ren He juga bisa dianggap sebagai bos besar Chen Da sendiri...
Ren He menggesek kartu kamar untuk membuka suite-nya. Setelah masuk, dengan hati-hati ia mulai memeriksa seluruh ruangan menggunakan pengetahuan teknik investigasi untuk memastikan tidak ada kamera pengawas, hingga akhirnya yakin kamar benar-benar aman. Baru kemudian ia memeriksa peralatan dalam koper kecapi.
Begitu koper terbuka, Ren He langsung menghirup napas dingin. Senapan sniper yang pernah digunakannya di AS terbaring dalam bentuk bagian-bagian terpisah di dalam koper. Meski tahu ini bukan senapan yang sama seperti dulu, perasaan ini persis seperti bertemu teman lama.
Keakraban yang seratus persen!
Garis-garis hitam beku dan warnanya yang tenang, membuat siapa pun yang melihatnya merasa tenang di hati. Jika saat itu tidak ada senapan sniper ini, mungkin Ren He tidak akan pernah bisa kembali ke Tiongkok.
Ren He tidak merakit senapan sniper yang ada di hadapannya. Bagaimanapun juga, jika tiba-tiba perlu pergi ke suatu tempat, dia harus membongkarnya kembali dan memasukkannya ke dalam koper cello.
Lagipula Ren He yakin bisa merakitnya dalam waktu sesingkat mungkin.
Mari periksa barang-barang lainnya. Pertama-tama, peluru senapan sniper: 20 butir armor-piercing dengan lingkaran hitam di kepala peluru, 20 butir armor-piercing incendiary dengan lingkaran merah, total hanya 40 butir peluru senapan sniper.
Namun bagi Ren He ini sudah cukup. Peluru senapan sniper memang harus berkualitas bukan berkuantitas. Yang terpenting adalah setiap tembakan harus mengenai sasaran manusia.
Selain 40 butir peluru senapan sniper, ada juga sebuah pistol dengan 60 butir peluru pistol dan 3 magazen.
Pistol bisa digunakan untuk perlindungan diri saat menghadapi serangan jarak dekat, dalam hal mengatasi situasi memang lebih unggul dibanding senapan runduk. Poin ini Steve sudah mempertimbangkan dengan cermat untuk Ren He, tidak hanya memberikannya senapan runduk saja.
Terakhir adalah belati hitam, gagangnya bukan jenis berongga untuk menyimpan obat seperti pada peralatan keselamatan di alam liar, melainkan dirancang murni untuk pertarungan habis-habisan - sederhana dan minimalis.
Saat itu Ren He melihat ada kotak kecil tertanam dalam plastik koper biola, di atas kotak tertulis kata-kata: Kejutan tak terduga, harap digunakan dengan hati-hati.
Setelah membukanya, Ren He langsung berteriak "Waduh!", ternyata isinya adalah sebuah granat! Steve bahkan menyiapkan benda dengan daya penghancur sebesar ini untuknya!
Benda ini pernah ia lihat, ini adalah granat yang saat ini digunakan oleh Amerika dan merupakan granat dengan kekuatan terbesar. Badan pelurunya yang berbentuk oval dari lembaran baja tipis terdiri dari dua bagian atas dan bawah yang saling menggigit. Sumbunya memiliki fungsi ganda: meledak saat benturan dan tunda, sangat andal. Saat granat dilempar dan menabrak target, ia bisa langsung meledak. Jika mekanisme pemicu gagal, ledakan tunda masih bisa terjadi dalam 3 hingga 7 detik.
Ini digunakan untuk pertahanan posisi atau pertempuran kota, tujuan utamanya adalah membunuh segala target hidup.
Dengan perlengkapan lengkap ini di sini, Ren He akhirnya merasa sedikit aman. Ia pun tidak tahu jika kelompok operasi CIA benar-benar bertemu dengannya di Belanda, sebenarnya siapa yang akan lolos.
Pihak lawan berjuang untuk kehormatan Amerika, sementara dia berjuang untuk kebebasannya sendiri. Pertemuan mereka pasti akan menjadi pertarungan habis-habisan.
Bagaimanapun hasil akhirnya, setidaknya Ren He berani menjamin bahwa ia bisa meninggalkan kenangan tak terlupakan seumur hidup bagi lawannya.
Ren He menaruh koper kecapinya di lemari baju suite. Benda ini mutlak tak boleh dilihat siapa pun sebelum bertemu CIA. Setelah semua urusan selesai, hari sudah malam.
Chen Da menelepon memanggilnya makan. Hotel ini cukup mewah. Dulu Chen Da memilih opsi lebih mudah dengan langsung menambah biaya saat memesan hotel untuk paket makan siang-malam buffet.
Jadi di hari-hari mendatang, setiap makan kita bisa diselesaikan di restoran buffet hotel.
Sekelompok besar orang ramai-ramai menyerbu restoran buffet. Saat itu jumlah turis di Amsterdam sudah bertambah, mungkin sebagian besar datang untuk festival film.
Festival film Amsterdam punya keunikan. Sepebelum upacara penghargaan, ada berbagai aktivitas seperti kompetisi teater sebagai pembuka, pemutaran film niche di bioskop kecil, hingga produser film yang membagikan figure merchandise terkait.
Bahkan lebih banyak selebritas internasional besar yang sudah tiba lebih awal di sini, mereka juga akan terlibat dalam pesta pora ini.
Sampai saat ini, festival film Amsterdam telah menjadi suatu peristiwa agung.
