"Sebenarnya apa yang terjadi sampai mayat sebanyak ini harus diangkat keluar?" Seorang senior perempuan bertanya dengan wajah khawatir.
"Siapa tahu? Eropa tidak aman seperti ini? Cheng Jian, waktu kamu jalan-jalan ke sepuluh negara Eropa sebelumnya juga begini?" Senior perempuan lain bertanya.
“Semua orang sejak lama mendengar bahwa keamanan di luar negeri sebenarnya sangat buruk, tapi masalahnya adalah tidak pernah ada gambaran yang jelas. Kini pemandangan ini telah tercetak dalam-dalam di pikiran……”
Senior Cheng Jian yang melihat begitu banyak polisi juga agak bengong, mana ada orang biasa yang pernah menyaksikan formasi seperti ini? Di dalam negeri, yang paling sering dilihat paling-paling hanya kasus pembunuhan dengan puing-puing kecil akibat distorsi dunia spiritual, mana mungkin ada situasi sebesar ini muncul……
“Waktu aku datang dulu……tidak pernah mengalami ini……” Cheng Jian berkata dengan wajah geli di selangkangan. Sebelumnya dia hampir menggambarkan adat istiadat Eropa sebagai tanah surgawi di dunia fana, tapi kini malah muncul kejadian seperti ini.
Sebenarnya keamanan luar negeri juga tidak jahat sampai level senapan runduk bisa dilihat di mana-mana, ini kan karena Ren He yang datang……
“Ren He tadi pergi ke mana?” tanya seorang teman sekelas.
“Aku pergi membeli secangkir kopi,” Ren He mengangkat cangkir di tangannya memberi isyarat. Saat membeli kopi tadi memang ada pertimbangan ini, dirinya yang tiba-tiba keluar hotel harus punya alasan yang masuk akal.
Senior perempuan di sampingnya mencibir: “Kakak-kakak biasanya baik sekali padamu, masa tidak sekadar membelikan kami juga?”
“Ehem, lain kali saja,” Ren He memang lupa dengan rencana ini.
Chen Da tampak khawatir, dia tidak tahu apakah kejadian ini akan mempengaruhi keadaan tim mereka. Tinggal 3 hari lagi harus naik ke atas panggung kompetisi, jangan sampai ada masalah tak terduga di saat kritis seperti ini.
Dialah yang pertama tiba di aula, jadi menyaksikan seluruh proses polisi melakukan karantina dan penguncian.
Awalnya polisi ingin membawa semua orang kembali ke kantor polisi untuk pemeriksaan kesaksian, tapi diperkirakan hotel telah melakukan lobi, sehingga rencananya langsung dilakukan di lobi hotel.
Proses pemeriksaan kesaksian seperti ini adalah semua yang hadir harus diperiksa, bukan karena mencurigai siapa-siapa, hanya prosedur rutin kepolisian.
Masalahnya sekarang adalah Chen Da tidak tahu apakah kejadian ini ada dampak lanjutan atau tidak, juga tidak tahu apakah akan ada efek samping di masa depan. Sekarang melihat bahkan senapan runduk sudah muncul, situasi seperti ini benar-benar terlalu kompleks.
Anggota tim teater yang hadir, meskipun keluarga mereka kaya raya, tetaplah orang biasa. Siapa yang pernah melihat formasi seperti ini?
Hal yang paling ditakuti saat berada di luar negeri adalah menghadapi situasi seperti ini. Semua khawatir orang Tiongkok di LN mungkin berada dalam posisi lemah dalam hal HAM, sehingga sepakat meminta Chen Da menghubungi Kedutaan Besar Tiongkok di Amsterdam, Belanda.
Kedutaan besar segera berunding dengan polisi Belanda setelah mengetahui lebih dari 20 saudara sebangsa terlibat dalam perseteruan. Chen Da juga aktif menyerahkan semua data miliknya untuk membersihkan diri dari masalah.
Data-data ini hanya ditunjukkan sebentar lalu ditarik kembali tanpa disimpan arsip, sehingga Ren He tidak keberatan dokumen aslinya dilihat pihak Belanda.
Saat itu, turis dari negara lain termasuk orang Belanda masih menjalani proses rekam kesaksian, sementara Ren He dan rombongan sudah bebas dari urusan.
Faktanya, pengaruh negara di luar negeri semakin membesar dalam beberapa tahun terakhir. Ketika benar-benar terjadi masalah, orang Tiongkok selalu terlihat seolah-olah melebihi orang biasa. Saat negara lain masih menunggu pertolongan, duta besar Tiongkok sudah mulai berunding dengan pemerintah setempat - efisiensi yang berbeda level.
Setiap kali mengalami momen seperti ini, Ren He selalu terharu dengan perasaan "takkan pernah menolak menjadi orang Tiongkok selamanya".
Saat situasi akhirnya terselesaikan, semua orang sudah dua kali makan terlewat. Di buffet, tak ada lagi yang mempermasalahkan selera makan - setiap orang melahap dengan lahap.
"Dua tahun terakhir ini Tiongkok kita benar-benar semakin manjur," ujar Senior Cheng Jian dengan haru.
"Benar sekali! Kita sudah mulai makan sementara turis negara lain masih dalam proses interogasi - tunjangan yang berbeda," kata seorang senior perempuan dengan bangga.
Mereka sedikitpun tidak tahu bahwa terbesar dalam ini justru berada mereka, dan berperilaku seperti biasa, makan sambil bercanda dengan semua orang.
Seperti ketidaktahuan mereka tentang , mungkin jika mereka mengetahui di ini, sampai mereka copot. bukanlah dalam peristiwa ini, ini tidak dimulai darinya.
Namun, dialah yang paling membuat semua pihak dalam ini.
Tapi sekarang juga tidak sepenuhnya , mengingat Mark Payne masih hidup. Ia masih harus untuk mencegah terjebak dalam yang tidak menguntungkan jika kembali dengan Mark Payne.
sangat bahwa dia dan Mark Payne pasti akan lagi di Belanda.
Pihak lawan gagal Allen, dan sekarang malah ada diri mereka sendiri serta lain yang , pasti mereka tidak akan tinggal diam - itu bukan gaya CIA.
Ngomong-ngomong, Allen ini bagaimana kabarnya?
Dengan sedikit mengulik-ulik secara tidak langsung, Ren He langsung paham. Saat polisi tiba, si anak-anak Alan seharusnya sudah diculik gerombolan pembunuh bayaran itu. Soal nasib si tajir ini, Ren He pun tak sempat pusing memikirkannya.
Berani mencuri uang ya harus siap menanggung akibatnya sendiri.
Lagipula Ren He merasa bahaya yang datang ke Belanda ini sama sekali bukan karena dirinya - jelas-jasal gara-gara si Alan yang nekat menantang kultivator level atas!
Usai makan malam, Ren He kembali ke kamar dan tidur nyenyak. Kali ini bahkan tak ada mimpi sedikitpun yang mengganggu, tidurnya benar-benar lelap.
……
Safehouse pelabuhan CIA.
Mark Payne duduk memejamkan mata merenung. Ini pertama kalinya dalam tiga tahun anggota timnya menjadi korban. Tapi semua anggota tim tahu betul ini bukan kesalahan sang komandan.
Dalam hati, Mark Payne menganalisis: Sniper yang mereka hadapi kali ini berkemampuan luar biasa dahsyat, belum lagi gerombolan penculik Alan yang muncul tiba-tiba bagai hantu - semua ini benar-benar mengacaukan terlalu banyak rencananya.
"Siapakah sniper ini sebenarnya? Pasukan Eropa mana yang memiliki sniper dahsyat seperti ini?" Sampai saat ini pola pikir Mark Payne masih terkurung dalam mode bahwa para pembunuh dan sniper berasal dari kelompok yang sama.
Bagaimanapun, sniper mana yang tidak menembak cepat atau lambat, malah baru menembak saat dirinya menerobos masuk, dan setiap peluru mengenai pihaknya sendiri, sementara para pembunuh sama sekali tidak terluka.
Kalau dikatakan ini bukan aksi bersama, siapa yang percaya? Inilah kesalahpahaman umum yang diciptakan Ren He untuk mereka.
Faktanya bahkan pihak pembunuh pun merasa bingung, sama sekali tidak tahu siapa sebenarnya yang membantu mereka!
"Periksa rekaman kamera pengawas dan catatan penginapan hotel," kata Mark Payne sambil mulai memejamkan mata beristirahat.
"Rekaman kamera Gedung Taman sudah lama kami hancurkan. Sekarang yang bisa diperiksa hanya catatan penginapan, tapi tidak ada yang aneh," ujar anggota tim yang bertugas mengumpulkan informasi intelijen.
"Cek rekaman kamera pengawas dan catatan tamu hotel di seberang," tambah Mark Payne. Ia hanya ingin mencoba mencari celah sekecil apapun dari berbagai sisi.
Organisasi yang berani mengincar 300 juta euro di bawah tekanan Uni Eropa jelas bukan kelompok sembarangan. Mark Payne merasa misi CIA di Eropa akhirnya mulai menarik. Jika membiarkan lawan melukai mereka lalu kabur bebas, CIA bakal jadi bahan lelucon.
