Festival film Amsterdam sendiri memang lebih condong ke film-film niche dan drama plot, kalau dijelaskan secara sederhana lebih bernuansa sastra. Karena alasan inilah kompetisi teater bisa eksis sampai sekarang.
Penonton sudah memenuhi kursi, Ren He dengan tenang berbaring di panggung memerankan perannya dengan sempurna tanpa sedikitpun kelalaian.
Sementara itu, Mark Payne mengamati Ren He dari luar arena, pandangannya tidak bergeser sedikitpun.
Seolah terpengaruh oleh sikap tenang Ren He, Mark Payne perlahan menjadi lebih kalem. Jika musuh saja tidak takut dan panik, mengapa dirinya harus terburu-buru? Bagaimanapun juga itu cuma musuh yang terjebak.
Mark Payne mulai fokus sepenuhnya menyaksikan drama ini. Perlahan ia justru terbawa alur cerita, seolah dirinya bukan datang untuk mengepung pemuda itu, melainkan khusus menonton pertunjukan.
Justru melalui cara inilah ia baru menyadari betapa luar biasa kemampuan akting Ren He.
Penonton yang pernah menyaksikan pertunjukan kelompok teater lain merasakan: Aktingnya bagus, namun tidak berbeda signifikan dengan kelompok teater lainnya.
Dalam hal konsep dan naskah, semua peserta yang bisa mengikuti kompetisi internasional sebenarnya sudah cukup mumpuni, bahkan bisa dibilang merupakan kelompok teater top global.
Jika dipentaskan di lokasi kecil, orang mungkin menganggap pertunjukan mereka sangat baik. Tapi ketika semua dikumpulkan, menjadi sulit untuk menilai karena kualitasnya relatif setara.
Dalam situasi seperti ini, bahkan menentukan pemenang akan sulit. Bisa muncul kontroversi di antara juri.
Namun ketika waktu tersisa 8 menit terakhir, tepat saat semua penonton mengira pertunjukan akan berakhir biasa saja, cahaya tiba-tiba kembali menyoroti sosok pengemis yang selama ini berbaring di panggung!
Hanya seberkas sinar menerangi tubuhnya, sementara cahaya lain padam sama sekali. Pada detik ini, dialah tokoh utama satu-satunya di atas panggung.
Penonton menyaksikan akting luar biasa sang pengemis di panggung, yang dalam sekejap mengangkat konsep drama ini ke ketinggian yang tak terbayangkan sebelumnya - bagai meneguk air es di tengah musim panas yang terik, segala sesuatu menjadi legawa!
Inilah drama yang benar-benar ingin mereka tonton! Hari ini tidak sia-sia datang! Hanya dengan alur penyempurnaan delapan menit terakhir ini, sudah pasti kejuaraan malam ini akan jatuh ke tangan yang tepat.
Tapi bagi Ren He, pertunjukan sesungguhnya baru dimulai saat tirai drama resmi ditutup.
Berdiri di bawah sorotan lampu panggung, Ren He melayangkan sorot mata mendalam ke arah Mark Payne, lalu berbalik menuju belakang panggung.
Mark Payne menangkap kesan legawa dan ketenangan dari siluet Ren He, perasaan ini seolah-olah... meski sudah membungkusnya dengan kepungan, tetap saja tak bisa memastikan kemenangan.
Karena segala jawaban belum diumumkan.
Penonton masih bertahan. Malam itu juga akan diumumkan peringkat kompetisi drama dan dilaksanakan penyerahan penghargaan.
Termasuk juara pertama, kedua, dan ketiga drama, Aktor Terbaik, Penulis Skenario Terbaik, Tata Panggung Terbaik, dan lainnya. Penonton mengantar Ren He turun panggung dengan tepuk tangan, seluruh audiensi berdiri memberikan penghormatan.
Bahkan Mark Payne ikut bertepuk tangan. Ia sungguh merasa akting Ren He sangat bagus. Jika tidak ada surat buruan pada dirinya, mungkin bisa menjadi superstar sebagai aktor?
Mark Payne agak bingung sebenarnya profesi Ren He, identitas mana yang asli, sekaligus merasa menyesal bahwa calon superstar masa depan ini akan tumbang malam ini.
"Jaga semua pintu keluar. Jangan bertindak di sini. Setelah keluar jangan sampai kehilangan jejak. Cari lokasi tepat lalu serang. Target ahli senapan runduk - jangan biarkan dia membuka jarak untuk menggunakan kemampuan snipernya," instruksi Mark Payne melalui headset sebelum ia berbalik menuju keluar. Medan pertempuran mereka ada di luar.
Berbeda dengan penonton yang tetap tinggal, semua anggota CIA mulai menuju ke dashboard penulis sambil diam-diam memasang peredam suara pada pistol mereka. Ini juga merupakan instruksi Mark Payne sebelum keberangkatan: begitu menghadapi perlawanan sengit, mereka bisa menembak kapan saja.
Yang mereka hadapi bukanlah penjahat biasa, melainkan orang berbahaya sejati.
Ren He berjalan menuju ruang ganti sambil memberi tahu Chen Da tentang rencananya untuk segera pergi. Chen Da langsung menyetujui tanpa pikir panjang. Siapa tahu apa yang akan dilakukan orang ini? Mengingat status sosialnya, bermain-main dengan selebriti internasional pun bukan hal mustahil.
Lagipula, saat ini banyak bintang besar dan kecil berkumpul di sini. Wajar jika Chen Da berpikir ke arah itu. Kejadian seperti ini sudah terlalu sering terjadi - investor dari dalam negeri yang pergi ke LN untuk festival film, lalu memanfaatkan kesempatan mendekati selebriti asing, itu hal yang sangat wajar.
Ren He membersihkan wajah dan cepat mengganti baju, kemudian merias wajah ulang. Ia segera pergi sambil membawa cello, pistol dan belati sudah terselip di tubuhnya.
Begitu keluar dari ruang ganti, Ren He langsung menyadari dua pria kulit putih mengawasinya. Aura kegarangan dari tubuh mereka terpancar jelas. Ren He tersenyum pada mereka lalu berjalan menuju luar.
Senyuman itu membuat hati kedua pria kulit putih berdebar kencang tanpa alasan, seolah mereka sedang diburu binatang buas!
Ren He berjalan dengan tenang di koridor. Saat mendekati sudut, tiba-tiba ia mempercepat langkah. Dua pria kulit putih di belakangnya yang curiga ia hendak kabur, segera menyusul.
Tepat saat melewati sudut koridor, sebuah kepalan tangan kasar menerjang dari balik dinding! Di sudut itu, Ren He menekuk pinggang dan mengangkat siku lalu menghantamkan kepalan sendiri. Gesekan udara mengaum keras, begitu cepatnya!
Lawan bereaksi cepat. Meski serangan kepalan tangan ini datang tiba-tiba, semua sudah mengantisipasi. Sebelum pukulan itu sampai, orang di garis terdepan sudah mengangkat lengan untuk menahan.
Cuma kepalan tangan, bukan belati. Kedua anggota CIA itu bersyukur karena musuh juga memperhitungkan seperti mereka, jadi tidak langsung pakai senjata api. Kalau tidak, pasti main terlalu kencang.
Data tentang Ren He menunjukkan keahliannya dalam menggunakan senapan runduk. Berbeda dengan film, kebanyakan penembak jitu memang lemah dalam pertarungan jarak dekat. Ini hal yang normal, sebab masing-masing punya keahlian khusus.
Makanya sebelumnya Mark Payne hanya mengingatkan lewat headset: "Jangan biarkan jarak terbuka! Jangan sampai dia kuasai titik strategis pakai senapan runduk!" Tapi tidak ada peringatan tentang kemampuan jarak dekat Ren He.
Inilah yang membuat anggota CIA awalnya menganggap remeh pukulan ini. Namun seiring efek suara "krak", lengan yang diangkat untuk menahan itu... patah tulang!
Terlihat anggota CIA itu tubuhnya tiba-tiba melayang ke udara dan terjatuh ke belakang, rekannya yang lain terkejut bukan main. Mereka sama sekali tidak menyangka, seorang pemuda yang tampak tidak terlalu kuat seperti di depan mata, dalam keadaan terburu-buru mengayunkan kepalan tangan yang ternyata memiliki kekuatan dahsyat seperti ini!
Anggota CIA yang mengikuti di belakang, menyaksikan rekan setimnya terjatuh tak bangun-bangun, segera mengambil keputusan tanpa ragu-ragu untuk mencabut belati di pinggangnya. Mengeluarkan senjata api jelas sudah terlambat.
Namun sebelum sempat mencabut belati, Ren He menekan lengan pria itu dengan satu tangan, membuat belati yang sudah terhunus setengah sama sekali tak bisa digerakkan. Kekuatan macam apa ini!
