Jika menghadapi lawan biasa, Mark Payne takkan curiga. Tapi remaja iblis ini tiba-tiba menunjukkan hasil yang berbeda dari prediksi, pasti ada sesuatu yang salah!
Jembatan gantung! Kabel suspensinya membentang seperti tangga langit menuju pilar tengah sungai, berkumpul di sana... lalu membentuk titik tertinggi!
“Tidak benar! Lompat dari mobil!” Mark Payne mengaum keras sambil membuka pintu mobil dan melompat keluar. Kendaraan masih melaju kencang saat ia mengambil keputusan cepat untuk terjun, berguling beberapa kali di permukaan jalan.
Persis di saat yang sama, bum! Suara ledakan menggema bagai gemuruh petir!
Seketika itu gelombang energi menyapu Mark Payne ke udara—ternyata tangki bensin mobilnya terkena tembakan tepat sasaran!
Peluru armor-piercing incendiary! Hanya ini satu-satunya kemungkinan!
Musuh benar-benar berani menjadikan jembatan gantung ini sebagai medan pertempuran. Tapi kalau dipikir-pikir, lokasi ini memang strategis: mobil yang melaju kencang, semua penumpang terkonsentrasi di dalam—dengan presisi menembak tangki bensin menggunakan peluru pembakar armor-piercing, satu tembakan saja cukup untuk meledakkan kendaraan, setara dengan 3-4 tembakan biasa!
Lagipula, di atas jembatan ini tidak ada bunker perlindungan tetap—hanya ada satu jalur sempit!
Pada saat ini, beberapa kendaraan tak dikenal berhenti karena insiden ledakan. Beberapa orang bahkan belum menyadari alasan sebenarnya mengapa mobil ini meledak, mereka malah turun untuk menonton.
Mark Payne tidak sempat berpikir panjang. Dalam sekejap mata, ia bersujud ke tanah dan menerobos masuk ke bawah mobil bisnis, berusaha menggunakan kendaraan ini sebagai bunker.
Telinganya masih berdenging, suara di headset tak jelas terdengar. Mark terus memperingatkan rekan setim di mobil belakang melalui headset: "Jangan masuk dalam jarak tembak 800 meter!"
Sebenarnya Mark sendiri tidak tahu pasti berapa jarak tembak akurat lawan. Angka 800 meter hanyalah standar konvensional internasional untuk sniper kelas satu.
Dunia selalu dipenuhi legenda buta tentang sniper. Yang serius akan bercerita tentang penembak jitu legendaris yang bisa mengenai target dari 1.600 meter, sementara yang tidak serius mengarang kisah senapan runduk menembak tentara Jepang dari 800 kilometer...
Faktanya, rekor tembakan penembak jitu terjauh saat ini diciptakan oleh seorang penembak jitu Kanada di medan perang Afghanistan tahun 2002. Ia menggunakan senapan sniper TAC-50 12.7mm dari perusahaan Amerika McMillan yang dilengkapi bidikan teleskop 16x, dengan jarak target 2.430 meter. Kecepatan awal peluru di moncong senapan mencapai 850 meter/detik, peluru melaju di udara selama 4 detik dengan perbedaan ketinggian mencapai 45 meter dari titik tembak ke lokasi target. Total dilakukan 3 tembakan: tembakan pertama meleset, tembakan kedua mengenai tas ransel, baru tembakan ketiga berhasil mengenai sasaran.
Oleh karena itu, tembakan jarak ultra jauh bukanlah kemampuan yang bisa dilakukan sembarang penembak jitu.
Namun jarak 800 meter masih kurang aman. Mark Payne mengerutkan kening sambil menambahkan: "WAJIB mencari bunker perlindungan! Meski 800 meter, jangan sembarangan terekspos! Musuh...sangat dahsyat!"
Sebelum pertunjukan malam ini dimulai, siapa sangka, CIA yang perkasa dengan 17 anggota mengepung seorang pemuda 17 tahun, tidak hanya membiarkannya dengan tenang dan polos memainkan drama di depan mata mereka, tetapi juga berhasil melumpuhkan 4 rekan se-tim dalam sekejap, lalu pergi dengan angkuh melalui pintu utama.
Kini, 13 orang kami terjebak di jembatan gantung ini oleh satu orang lawan tanpa daya, bahkan kepala pun tak berani menengok!
Di sini tidak ada kamera pengawas, tak ada bantuan cepat yang bisa datang, bahkan... tak ada sniper yang mampu menahan lawan.
Posisinya kini sangat memalukan. Dari jarak hampir 300 meter, pistol di sini tak beda dengan mainan. Tepat atau tidaknya sasaran bergantung pada takdir. Namun Mark Payne masih penasaran: Bagaimana mungkin lawan membawa koper cello itu dan memanjat jembatan gantung ini dengan begitu cepat?
Kecepatan memanjat jembatan jelas berbeda dengan berlari. Tapi yang aneh, dari perhitungan waktu sepertinya ia tak butuh banyak waktu untuk menaiki kabel jembatan ini!
Bahkan ia sempat berpikir, jika lawan bersembunyi di atas tanpa menembak, misinya malam ini sudah bisa dianggap gagal, karena dirinya sama sekali tidak bisa menemukan lawan.
Ren He tidak menembak untuk kedua kalinya. Ia berjongkok setengah di pilar menjulang tengah jembatan gantung sambil mengarahkan senapan sniper. Dalam gelapnya malam, bahkan tak ada yang bisa melihatnya jelas di atas sana. Cahaya hanya menyinari permukaan jembatan, sementara posisinya diselimuti kegelapan. Ia tetap tenang bak Amsterdam di musim gugur setelah hujan, sunyi nan damai.
Bagai patung yang tak boleh diremehkan.
Amsterdam yang megah ini adalah panggung Ren He malam ini. Tak perlu lampu sorot, tepuk tangan, cukup dengan segala sesuatu yang sempurna ini memberi penghormatan terakhir, asalkan dirinya tetap hidup.
Mark Payne berbicara di headset: "Tinggalkan mobil, naik gedung dan amati dia pakai teleskop! Perhatikan keselamatan!"
Di kegelapan malam, seharusnya tak masalah memasang pos pengamat di atap gedung. Ia benar-benar tidak percaya Ren He bisa melihat situasi atap gelap yang berjarak 800 meter dalam kondisi seperti ini.
Tidak perlu pos pengamat ini melakukan apa-apa, cukup melaporkan tepat waktu apakah lawan telah meninggalkan lokasi. Bagaimanapun, ledakan mobil di jembatan ini pasti akan memancing kedatangan polisi. Tidak lebih dari 10 atau 15 menit, mobil polisi pasti tiba. Saat polisi mengunci seluruh jembatan, kemungkinan lawan akan berada di bawah tekanan besar.
Karena itu Mark Payne yakin meski Ren He menguasai titik tinggi di jembatan gantung, ini bukan rencana jangka panjang. Saat lawan merangkak turun dari jembatan gantung, itulah kesempatannya untuk melancarkan Serangan Mendadak!
"Saya telah mencapai pos observasi. Target masih berada di pusat jembatan gantung, belum menunjukkan niat untuk pergi," lapor pengamat. "Saya sudah mendengar sirene polisi dari kejauhan, diperkirakan tiba dalam 5 menit."
"Ke mana dia membidik?" tanya Mark Payne melalui headset. Jika perhatian Ren He teralihkan oleh orang lain, itu akan menjadi kesempatannya untuk keluar dari bawah mobil ini.
Ren He selama ini tidak menembak tangki bensin mobil ini, membuktikan ia masih menghormati nyawa orang tak bersalah. Ini menjadi tameng terbesarnya saat ini. Tapi bagaimana jika tiba-tiba lawannya gila dan tak peduli korban jiwa? Ia harus segera mencari bunker lain, tidak tahu berapa lama kesabaran Ren He sebenarnya.
Faktanya, dugaan Mark Payne tepat. Alasan Ren He tidak menembak mobil itu karena masih ada lebih dari 3 orang tak bersalah di dalamnya.
Pengamat segera mengarahkan pandangannya kembali ke Ren He sesuai instruksi, sambil melapor: "Perhatian target tertuju pada... fuck!"
Bum! Dentuman senjata yang mengguncang hingga hampir memecahkan gendang telinga!
Dari headset, Mark Payne mendengar suara peluru menembus daging. Tampaknya pos pengamatnya sudah hancur!
Bagaimana mungkin pemuda itu bisa mendeteksi pos pengamat yang ditempatkan 800 meter di kegelapan malam? Benar-benar luar biasa!
