“Ren He punya pacar?” seseorang bertanya ragu melihat adegan Yang Xi melompat ke tubuh Ren He seperti koala. Yang lebih membingungkan, mengapa wajahnya ditutupi begitu ketat?
Jarak saat ini terlalu jauh sehingga tak bisa melihat jelas. Tak ada yang tahu itu Yang Xi, kecuali Ren He.
Mereka bisa dibilang setengah kaki telah menginjak dunia hiburan. Di Zhongxi, kabar seputar selebritas pasti lebih banyak didengar dibanding kampus lain. Saat melihat gaya Yang Xi ini, bawah sadar mereka langsung mengira ini mungkin artis - karena takut dikenali orang!
Beberapa ingin mendekat untuk melihat siapa selebritasnya. Tapi Ren He langsung membawa Yang Xi pergi, tak memberi kesempatan untuk mengamati. Keduanya sekarang punya rasa seperti pengantin baru setelah berpisah singkat. Yang Xi sendiri sudah khawatir akan keselamatan Ren He sejak telepon tadi, kini bertemu pacar yang utuh tentu senang.
Ia tak peduli apakah dirinya terlihat sopan atau tidak, pantas atau tidak saat melompat ke tubuh Ren He. Baginya, mereka berdua adalah orang yang selalu bertindak sesuai hati sejati, tak memusingkan pandangan orang lain.
Saat tiba waktunya untuk proaktif, Yang Xi takkan pernah mundur. Ia sangat paham, saat Ren He kembali kali ini, yang paling dibutuhkan adalah pelukan darinya.
"Jangan-jangan itu selebritas?" tanya seseorang dari grup teater.
"Sangat mungkin! Gaya berdandan seperti itu biasanya cuma selebritas yang melakukannya kan?"
Sekelompok orang mengikuti dari belakang, rasa ingin tahu mereka sudah terbangun. Tentu saja mereka bergegas melihat ke sana untuk mengetahui kebenarannya. Kalau cuma pacar biasa, tak akan ada sensasi segar yang berarti - bukankah semua orang pernah mengalami beberapa kali cinta? Tapi jika Ren He dikaitkan dengan selebritas, baru jadi lumayan menarik!
Saat mereka keluar, tepat melihat Ren He dan Yang Xi di area parkir yang jauh. Ren He membuka pintu pikap besar, mengangkat Yang Xi naik. Pikap ini terlalu tinggi, Yang Xi kesulitan naik sendiri. Ren He bahkan tak tahu bagaimana dia bisa menyetirnya kemari...
Kemudian Ren He masuk ke kursi pengemudi. Pikap raksasa itu menderum dengan suara mesin, lalu melesat meninggalkan debu.
Mereka semua bukan orang yang tak tahu harga. Pikap ini minimal bernilai lebih dari 2 juta yuan. Sebelumnya mereka mengira kondisi keluarga Ren He mungkin kurang mampu. Tapi mungkinkah orang dari keluarga kurang mampu menyetir mobil seperti ini?
Tapi Ren He sehari-hari memang sangat rendah hati. Di Belanda, sebagian besar waktu dia makan di prasmanan. Tidak seperti mereka yang di hari-hari berikutnya hampir setiap hari mencari restoran mewah khas Belanda.
Saat itu mereka sudah tak lagi menyembunyikan apa pun. Ada Cheng Jian yang mentraktir makan 20 ribu yuan sekali santap, kemudian diikuti orang-orang yang meniru.
Tapi setiap kali memanggil Ren He, sebagian besar waktu ia tidak ikut makan bersama mereka. Beberapa orang berpikir, jangan-jangan Ren He takut gilirannya mentraktir.
Ada yang memberi isyarat samar bahwa tidak perlu dia mentraktir, semua sukarela. Namun hasilnya Ren He tetap tidak mau pergi, seolah-olah buffet hotel adalah hidangan terbaik.
Yang tidak mereka ketahui, saat itu Ren He sedang terus mengantisipasi CIA. Sama sekali tidak boleh menjauh dari senapan runduk. Tapi apa masuk akal pergi makan sambil membawa koper cello?
Saat itu Ren He bahkan belum tahu pasti apakah CIA sebenarnya mengejarnya atau tidak. Bagaimana jika teman sekelasnya ikut terseret? Itu sangat tidak baik.
Tapi semua ini tidak bisa dijelaskan ke teman sekelas, karena terdengar terlalu tak terbayangkan. Bahkan dirinya sendiri merasa kehidupan ini penuh keanehan.
"Apa Ren He disokong oleh selebritas itu..." seseorang berkata dengan agak geli di selangkangan.
"Dari segi penampilan Ren He bukan yang paling mencolok, tapi ada daya tarik tertentu padanya... Percaya atau tidak, kemungkinan ini benar-benar ada..."
Hanya dengan dua kalimat, Ren He yang biasanya rendah hati telah berubah menjadi 'potensi' yang dirawat oleh selebritas.
Hal seperti ini bukanlah rahasia dalam lingkaran kita. Beberapa selebritas sendiri merupakan Xiao San orang lain, lalu diam-diam merawat satu lagi - sangat wajar.
Ada yang selalu bilang kalangan kita berantakan atau semacamnya, tapi dunia hiburannya baru benar-benar brengsek berantakan!
Chen Da merasa pusing mendengar omongan mereka. Kalau orang lain tidak tahu kondisi Ren He, masa dia tidak tahu? Masak Ren He yang sudah bernilai diri segitu masih perlu dirawat orang? Itu mah ngaco banget!
Tapi dia juga belum berkualifikasi mengetahui identitas Kesatria Ren He. Sutradara Zhang juga tidak akan sembarangan memberitahunya saat sedang bosan. Sutradara Zhang menganggap dirinya sekarang sama seperti Lao Zhou - bekerja untuk Ren He. Gosip bos besar lebih baik tidak disebarkan.
Ini semua veteran dunia persilatan yang sangat pahami aturan.
Selain itu, Zhang Ming sangat mengerti: meski usia Ren He terlihat muda, tapi dalam bertindak memiliki metodologi yang luar biasa terstruktur.
Terkadang sering terjadi kontradiksi saat kerja sama, namun bekerja sama dengan Ren He justru sangat menyenangkan. Karena Ren He terbiasa membicarakan segala hal secara terbuka di meja perundingan. Distribusi kepentingan antara satu sama lain berapa ya berapa, semuanya jelas dan transparan.
Di masyarakat sekarang ini, jika kepentingan sudah diurai jelas, takkan ada perseteruan lagi. Inilah alasan Zhang Ming iri pada Lao Zhou. Zhou Wumeng di Yayasan Qinghe meski tak punya satu pun saham, namun semua hak istimewa lainnya sudah ia dapatkan.
Gaji tahunan 3 kali lipat dari Kelompok Media Ibukota, hak penentuan kebijakan atas seluruh Yayasan Qinghe - semua yang bisa Ren He berikan sudah ia berikan tanpa sedikit pun sifat pelit.
Justru karena perubahan sikap Zhang Ming terhadap Ren He inilah Chen Da semakin menghargai hubungannya dengan Ren He saat ini.
"Cukup! Jangan banyak menggosip di belakang orang," Chen Da berbicara dengan suara beku lalu langsung pergi. Para maestro saling pandang tak lagi berdiskusi, namun topik ini telah tertanam di hati mereka...
Ren He dan Yang Xi dalam perjalanan pulang, Yang Xi berkata di samping: "Makanan sudah disiapkan Paman Fang. Ada Yuxiang Rousi kesukaanmu, daging tumis ala petani, kentang tumis asam, Kung Pao Chicken, dan sup rumput laut telur. Bagaimana?"
"Sempurna!" Selama di Belanda, Ren He paling rindu masakan rumahan ini. Makan tiga mangkuk nasi lagi, jauh lebih enak daripada hidangan Barat!
Yang Xi mengulurkan tangan. Ren He tertegun: "Apa?"
"Ponsel. Aku mau cek apakah kamu menggoda gadis di luar negeri," kata Yang Xi dengan berdiri di atas kebenaran.
"Memeriksa ponsel suami bukan kebiasaan baik," Ren He mengernyit.
"Hm, aku tahu," jawab Yang Xi dengan wajah terlalu serius.
"Jadi..."
"Jadi cepat keluarkan ponselmu!" Yang Xi sama sekali tidak mau mendengarkan alasan. Sekalipun kamu bicara sampai langit runtuh, hari ini tetap akan dilakukan pemeriksaan!
Ren He akhirnya mengerti, karakter Yang Xi dalam beberapa aspek persis seperti ibunya Su Ruqing. Seberapapun kamu menjelaskan filosofi agung, "rumah tangga" ini langsung menolak berdebat ngaco denganmu.
Yang Xi mengeluarkan ponsel dari saku Ren He, wajahnya penuh keraguan: "Telepon ke Xu Nu lebih banyak daripada ke aku? Apa ada masalah antara kalian? Dari dulu aku merasa hubunganmu dengannya tidak beres... Xu Nu si pelakor! Haha!"
Belum selesai bicara, Yang Xi sendiri sudah tertawa terbahak-bahak!
