Melihat ke bawah dari pesawat, pemandangan alam Chongqing memancarkan daya tarik unik—perbukitan hijau berlapis, dengan rumah-rumah tradisional yang masih terlihat di antara pegunungan.
Setelah helikopter masuk ke pegunungan, awan kabut yang melingkupi tubuh gunung bagaikan surga di dunia fana. Saat ketinggian perlahan mencapai 2000 meter di atas permukaan laut, Ren He tiba-tiba berpikir: "Bagaimana jika membangun pekarangan di pegunungan Chongqing untuk masa tua?" Bukankah di kehidupan sebelumnya sebelum transmigrasi, tren mengubah desa pegunungan menjadi hotel resor mewah sedang populer?
Hotel eksklusif itu berbeda dengan penginapan pedesaan. Bangunan kaca bersih transparan, pondok kayu bergenting bernuansa klasik, kolam renang jernih, fasilitas indoor yang sempurna - semuanya terlihat seperti surga dunia mewah. Harga menginap semalam saja mencapai lebih dari 2000 RMB, itu pun untuk kamar standar paling sederhana.
Tapi Ren He akhirnya mengurungkan niat. Bagaimanapun dirinya bukan tipe yang menyukai pengasingan. Kehidupan idealnya adalah memiliki taman persik tersembunyi di pusat keramaian ibukota, namun begitu keluar pintu langsung bisa menemukan kuliner favorit, dan bandara dapat dicapai dalam satu jam jika ingin bepergian.
Kalau benar-benar ditempatkan di hutan belantara, kemungkinan ia akan geli di selangkangan.
Tapi ini tidak mengurangi kekagumannya pada pemandangan indah pegunungan dan sungai Chongqing, memang sangat mengesankan.
Saat helikopter hendak tiba di Kawah Raksasa Xiaozhai, suara pilot terdengar di headset: "Helikopter akan naik ke ketinggian 3750 meter di atas permukaan laut! Perhatikan sabuk pengaman, perhatikan sabuk pengaman!"
Sebelumnya An Si telah memberi tahu Ren He, pilot ini merupakan yang paling berpengalaman di penerbangan sipil. Biaya sewa helikopternya saja 170 ribu yuan per hari, sementara komisi pilot ini mencapai 50 ribu yuan sehari - sungguh fantastis.
Namun permintaan Ren He terlalu spesifik: ketinggian harus di atas 3700 meter namun di bawah 3800 meter, semakin mendekati 3800 meter semakin baik, plus harus sedekat mungkin dengan puncak Kawah Raksasa Xiaozhai. Hanya sedikit pilot yang berani menerima tugas seperti ini.
Pilot ini memang berani. Bukan kemampuan mengambang di posisi yang ia khawatirkan, melainkan kemungkinan Ren He terjatuh mati di kawah raksasa... Karena itu lah dibuat pernyataan pelepasan tanggung jawab.
“Lao Tie, semua tergantungmu,” Ren He menepuk bahu pilot.
Pilot itu tidak merespons Ren He, tetap fokus mengarahkan helikopter ke ketinggian 3800 meter. Dalam proses ini, Ren He sudah bisa melihat Xiaozhai Tiankeng di permukaan.
Tiankeng terbesar di dunia, Xiaozhai Tiankeng, saat ini mengeluarkan kabut tebal dari dalamnya. Seolah-olah di bawah Tiankeng terdapat harta karun agung seperti dalam novel xianxia yang hendak muncul.
Kabut ini terlihat sangat pekat dari langit, tapi Liu Erbao di dalam Tiankeng menyatakan tidak mengganggu rekaman. Tampaknya mirip kabut pegunungan - megah dari kejauhan, tapi tak terlihat saat berada di dalamnya.
"Sampai," kata pilot dengan nada dingin.
Ren He melihat alat pengukur ketinggian - Hah! Panel menunjukkan 3792 meter. Untuk ketinggian udara, ini benar-benar mendekati tanpa batas 3800 meter dengan selisih hanya 8 meter!
An Si masih merasa deviasi 8 meter mungkin terlalu besar, pilot membalikkan mata dan mengabaikannya. "Mencari orang lain yang bisa mengontrol deviasi di bawah 50 meter saja sudah bagus! Kau kira pilot itu Tuhan?"
"Atau mau cari pilot pesawat tempur?"
Ren He tersenyum, menepuk bahu An Si untuk menenangkannya. Ia memeriksa kembali altimeter dan jam tangan - satu untuk memantau posisi ketinggian, satu lagi untuk menghitung durasi jatuh bebas. Presisi adalah kunci misi ini. "Sedikit kesalahan berarti kegagalan."
"Terlalu cepat buka parasut gagal, terlambat buka parasut... mati tergencet. Bukan itu yang kumau."
"Perhatikan keselamatan!" An Si berpesan serius.
Ren He mengangguk. Pagi tadi Yang Xi yang janji ikut malah menghilang entah ke mana. Tapi ia bukan pemula yang performanya tergantung pacar seperti di sinetron. "Drama-drama konyol seperti itu takkan terjadi."
Olahraga ekstrem, pertama-tama harus menjaga sikap mental dengan baik.
Sering ada yang bertanya di kolom komentar Weibo Kesatria: "Mengapa? Mengapa harus mendekati kematian? Mengapa harus mengalami berbagai situasi hidup dan mati?" Namun Ren He tak pernah menyebut kata 'kematian'.
Saat ini kedua kaki Ren He menginjak pinggiran helikopter, di matanya hanya terpantul kawah Xiaozhai yang telah mengecil di ketinggian 3.792 meter di bawahnya, seolah ia dan kawah itu terisolasi dari dunia.
Deru helikopter tiba-tiba lenyap, An Si juga tak terlihat, bahkan pilot dan helikopter pun menghilang. Sunyi senyap menyelimuti segalanya.
Memikirkan berbagai pertanyaan "mengapa" dari netizen di Weibo, jika benar-benar harus dijawab, Ren He hanya ingin berkata: "Karena matahari, bulan, dan bintang di langit belum padam, keyakinan belum hancur, darah pun belum membeku."
Maka... saatnya melompat dari langit biru! Jatuhkan diri bagaikan meteor yang menghujam ke bumi!
An Si hanya melihat Ren He memasang kacamata pelindung, lalu membentangkan kedua lengannya, persis seperti gerakan "Lompatan Keyakinan" yang dipuji semua penonton video saat di Everest dulu...
Seolah ada suatu keyakinan yang sedang memamerkan kekuatannya.
Liu Erbao melihat dari bawah ke atas, dia sudah mendapat kabar lewat telepon satelit bahwa Ren He telah melompat. Tapi terlalu jauh, sama sekali tak terlihat ada orang yang jatuh dari langit!
An Si mengintip hati-hati dari kabin helikopter dengan teleskop, hanya menyembulkan kepala. Belakangan ini dia juga giat mempelajari ilmu terjun payung, bahkan ikut pelatihan.
Dia menghitung durasi jatuh bebas Ren He: 10 detik, 20 detik, 30 detik, 40 detik...
"Mengapa parasut belum dibuka?" An Si panik!
Kini Liu Erbao juga bisa melihat Ren He lewat teleskop. Ren He sudah mendekati tanpa batas ke pintu masuk kawah raksasa... Bahkan terlihat senyumnya yang mengembang di lensa teleskop!
Liu Erbao juga mulai menyadari sesuatu yang tidak beres, ia mengaum keras ke telepon satelit: "Apa kalian mengubah rencana dadakan? Mengapa Ren He belum membuka payungnya? Dia sudah hampir mencapai mulut gua kawah!"
An Si sejak awal sudah merasa ada yang sangat aneh dengan terjun payung ini, tapi tidak tahu pasti di mana letak keanehannya. Pilot berteriak di dekat telinganya: "Waduh, aku tahu! Dia berencana terjun bebas presisi masuk ke kawah raksasa baru membuka payung! Ini gila-gilaan banget!"
Seketika An Si tersentak sadar. Ya, kejanggalan terbesar adalah meski Ren He sudah melewati berbagai kerepotan, olahraga ekstrem yang hendak diselesaikannya kali ini terlalu sederhana!
Dibandingkan pencapaian-pencapaian sebelumnya Ren He, ini memang teramat sederhana!
Saat ini, Ren He mengendalikan ketepatan titik jatuh dengan keseimbangan tubuhnya. Pintu masuk kawah raksasa itu sempit, tiupan angin sedikit saja akan membuatnya mati di permukaan. Namun seperti pisau bedah presisi, Ren He menyusup ke dalam kawah terbesar di dunia ini, Buka parasut!
……
