Dalam sorot mata Liu Erbao, pemandangan ini adalah keberanian terhebat di dunia.
Kesatria membuktikan pada dunia melalui tindakannya: dunia ini tak ada hal mustahil, Segalanya Mungkin.
Tahun 1974, Philippe Petit asal Prancis mendirikan kawat baja tipis di antara puncak Menara Kembar WTC New York AS, lalu berjalan di awan bagai mengarungi langit.
Momen itu terukir dalam sejarah.
Sejak saat itu, sekelompok orang yang melupakan hidup dan mati mulai menantang segalanya demi citra dalam hati dan seni.
"Saat itu negara-negara Barat dijuluki sebagai tempat kelahiran olahraga ekstrem, seolah-olah olahraga ekstrem di tempat lain tak berarti."
Tapi sekarang, seorang pemuda Tiongkok bernama Kesatria muncul secara tiba-tiba, menantang satu per satu batas maksimal manusia, mendirikan prasasti monumen demi prasasti monumen yang tak bisa dilampaui siapa pun.
"Tahukah kau," Liu Erbao berkata pada orang di sampingnya: "Di domain ini, ia adalah esensi spiritual!"
Berapa orang lagi yang berani jatuh bebas dari ketinggian 3.800 meter ke dalam kawah raksasa baru kemudian membuka tas parasut? Terlalu gila... Terlalu gila!
Sebelumnya semua orang berpikir, meski parasut tak jatuh ke kawah pun tidak masalah, tapi sekarang mereka baru pahami apa yang sebenarnya Ren He inginkan - menyewa helikopter, memilih kawah raksasa, semua untuk momen ini!
Tak perlu lagi melihat jam, faktanya saat Ren He bagai meteor menghantam puncak kawah, ia sudah tahu durasi jatuh bebas telah tercapai. Maka tanpa keraguan, ia segera memutuskan dan membuka parasut.
“Kecepatan ekstrim! Waktu akselerasi di langit terlalu lama, gaya dorong balik saat membuka parasut kali ini luar biasa besar, tapi… Ren He merasa masih dalam batas kemampuannya!”
Kubah parasut utama melesat ke langit, sedangkan Ren He tetap melanjutkan jatuhan. Kecepatan ini bahkan membuat orang salah sangka, seolah-olah Ren He akan menghantam tanah sebelum parasut terbuka.
Kubah utama tidak bermasalah, terbuka sempurna! Posisi tubuh Ren He berhasil distabilkan!
“Jempolan!”
“Waduh! Luar biasa keren!”
Liu Erbao dan timnya bersorak di dasar kawah raksasa, tak sempat merangkai kata-kata puitis. Di kepala mereka hanya tersisa kosakata paling dasar.
Pada detik parasut terbuka, tantangan ini sudah resmi berhasil!
Liu Erbao dan kawan-kannya gemetar ingin menangis. Ini adalah getaran jiwa dari ujung tanduk eksistensi, bagaikan kehidupan terjun ke dasar lembah lalu mendaki puncak kembali.
"Benar, Sang Kesatria tak pernah mengecewakan siapapun. Saat Sang Kesatria melakukan olahraga ekstrem, orang lain hanya perlu memilih untuk mempercayainya."
Pilot di atas sudah lama mengendalikan helikopternya berputar-putar turun. Baru setelah menyaksikan lawannya jatuh bebas ke kawah raksasa, ia dan An Si membuka kubah parasut utama.
"Terlalu gila," sorot mata pilot memancarkan kefanatikan. Ia menoleh tajam ke An Si: "Dia adalah..."
Di hati pilot masih tersisa seberkas keraguan, seolah tak menyangka dirinya bisa membuktikan segalanya. Ingin ia meneriakkan nama itu, namun tetap ragu.
An Si dan Liu Erbao jarang tampil di TV. Terutama An Si, hampir nol exposure. Kalaupun muncul, kebanyakan terkait bisnis TK. Siapa yang mau memantau ini?
Yang selalu berhubungan dengan maskapai penerbangan adalah An Si. Liu Erbao pagi tadi langsung menyetir ke pegunungan. Maka pilot sama sekali tak bisa menilai identitas sebenarnya orang-orang ini.
Namun adegan tadi agak terasa pernah dialami sebelumnya, bukan berarti ada orang lain yang melakukan hal serupa, melainkan... Ia pernah merasakan keterpanaan dan keharuan serupa dari seorang pemuda bernama Kesatria!
"Benar," jawab An Si. Meski nama tak disebutkan, An Si tahu persis siapa yang dimaksud.
Tentu, selain Sang Kesatria, siapa lagi? Inilah keberanian dan kehendak yang tak tertandingi!
Ren He di langit menarik tali parasut dengan kedua tangan untuk mengarahkan jatuhnya. Tiba-tiba, ia melihat Yang Xi yang telah menghilang dua hari lalu berdiri jelas-jelas di antara kerumunan di dasar kawah raksasa. Rupanya gadis itu sengaja menunggu di sini untuk memberinya kejutan...
Katanya mau main ke sungai, eh diam-diam malah menghubungi Liu Erbao!
Yang Xi menengadah dengan wajah berseri memandangnya. Bukankah tujuan datang ke Chongqing ini agar bisa menemani sang kekasih dalam perlombaan melawan kematian? Andai hari ini ia tak ada di sini, pasti penyesalan yang tak terkira.
Yang Xi awalnya berniat ikut bermain terjun payung bersama Ren He, tapi setelah melihat betapa ekstremnya aksi Ren He, dia memutuskan lebih baik kembali ke hotel untuk bermain Dota!
Setelah mendarat, Ren He melepas tas parasutnya: "Proses shooting lancar?"
"Lancar belum pernah terjadi sebelumnya! Terutama saat masuk ke kawah, sungguh mengesankan!" Liu Erbao tersenyum lebar sambil memeluk Ren He. Tadi sempat melihat rekaman di lensa utama, ternyata meski masuk kawah dengan kecepatan tinggi, gerakan Ren He tetap sempurna tanpa distorsi.
Kalau ekspresinya terlalu mengerikan saat terjun, Liu Erbao terpaksa harus menggunakan angle jauh, karena tidak enak dilihat.
Tapi, wajah Ren He hanya memancarkan ketenangan dan keteguhan hati.
Deru helikopter di langit perlahan turun dan berhenti di mulut kawah. Staf mulai mengemas peralatan. Sistem Hukuman Langit pun muncul sesuai janji: "Inang telah menyelesaikan misi. Evaluasi tingkat SEMPURNA. Hadiah dapat dipilih secara terarah!"
Ini adalah hadiah sempurna pertama yang kembali digenggam Ren He setelah pulang dari Belanda. Hanya dengan membawa benda ini di tubuhnya, Ren He baru merasa sedikit lebih tenang.
Saat makan malam tiba, semua orang memilih restoran hot pot paling terkenal di Chongqing. Namun tetap memesan bilik, mengingat kehadiran Yang Xi - makan di aula umum terlalu berisiko.
Yang Xi memang selalu bersikap rendah hati, tapi justru karena kerendahan hatinya itu, setiap kali ditemukan penggemar, reaksi mereka selalu berlebihan penuh kejutan - jauh lebih antusias dibanding saat bertemu idola lain.
An Si yang terlambat datang akhirnya tiba dengan seorang pemuda mengikuti di belakangnya. Dengan ekspresi pasrah, An Si berkata: "Ini pilot hari ini. Dia bersikeras ingin bertemu Sang Kesatria, mengaku sebagai penggemar setia."
Di pesawat saat itu pilot mengenakan helm, sehingga Ren He tak menyangka ternyata usianya sangat muda - kelihatannya baru awal 20-an!
"Nama saya Yan Xiaoxu, tahun ini 24 tahun. Saya ingin bergabung dengan tim Kesatria. Saya... saya bisa menerbangkan pesawat! Saya punya lisensi Airline Transport Pilot, helikopter, pesawat kargo, pesawat komersial, jet—semua bisa saya kendarai!" kata Yan Xiaoxu dengan wajah penuh semangat.
Ren He tertegun. Ternyata ini orang yang ingin bergabung dengan tim Kesatria. Tapi dirinya sendiri tidak punya tim resmi. Selama ini semua orang berkumpul hanya berdasarkan minat bersama.
Tapi... sepertinya Kelompok Qinghe sekarang sudah cukup mampu membeli beberapa pesawat. Ingat di kehidupan sebelumnya, harga Boeing 747 sekitar 1.5 miliar dolar AS. Tidak perlu yang semahal itu. Tapi untuk olahraga ekstrem di masa depan, selalu bergantung pada maskapai dan pilot sewaan akan merepotkan. Kualitas mereka juga belum tentu terjamin.
Pilot bernama Yan Xiaoxu ini memang memiliki keahlian teknis yang mumpuni. Hari ini juga berkat kemampuannya...
"Berapa gaji yang kamu harapkan?" tanya Ren He.
“500 ribu……300 ribu juga bisa! Teknik saya bagus!” Yan Xiaoxu berkata dengan sedikit gugup. Meski tahu fee endorsement Kesatria pasti tinggi, tapi apakah pihaknya mau membayar sebanyak itu per tahun? Dia belum tahu identitas sebenarnya pria di depan mata selain sebagai Kesatria.
Pilot biasa saat ini bergaji tahunan 200-330 ribu RMB. Kapten pesawat di atas 400 ribu. Harga yang ditawarkan ini agak tinggi untuk usianya, tapi dibandingkan tekniknya, sepenuhnya sepadan!
“500 ribu deal!” Ren He tersenyum: “Besok ke Grup Qinghe Luocheng untuk prosedur penerimaan karyawan. Saya Ren He, juga dikenal sebagai Kesatria.”
Yan Xiaoxu tiba-tiba merasa nama Ren He terdengar familiar. Mengingat empat kata "Grup Qinghe", dia terpaku. Kesatria ternyata bos besar Grup Qinghe? Waduh! Tawarannya terlalu rendah!
……
