Kompetisi di dalam negeri selalu menuai kritik selama tidak memiliki standar kemenangan-kekalahan yang ketat.
Seperti kompetisi piano, xiangsheng, vokal, atau acara pencarian bakat - semuanya tidak seperti pertandingan tenis meja yang bisa ditentukan pemenangnya dengan skor jelas.
Secara positif, ketinggian seni memang sulit dibatasi. Bisa dinilai dari sudut teknik, atau lebih subjektif dari ekspresi emosi. Namun selera publik selalu beragam, sementara keputusan akhir tetap berada di tangan juri.
Dalam kehidupan sebelumnya, Ren He telah melihat banyak laporan tentang tirai hitam, namun sama sekali tidak ada hubungannya dengannya, hanya sekadar menikmati keramaian saja.
Tidak tahu apakah ada rahasia dalam kompetisi piano kali ini, yang pasti dia tahu Yang Xi tidak menyuap pihak manapun, jadi... pasti dia tidak akan dapat peringkat...
Sejujurnya, level piano Yang Xi saat ini benar-benar mencapai tingkat yang menyenangkan mata. Beberapa waktu lalu, Paman Fang dan Bibi Wang baru saja belajar dari Ren He cara bermain Dou Dizhu ceria di Qinghe TQ, dan sekarang mereka kecanduan berat. Menurut keluhan Bibi Wang, Paman Fang sekarang selalu mengisi 10 yuan untuk Kacang Sukacita setiap hari, dan baru berhenti setelah habis.
Ren He bertanya berapa lama Paman Fang bisa menghabiskan Kacang Sukacita yang diisi ulang itu. Bibi Wang menjawab kira-kira 20 menit saja...
Ternyata Paman Fang juga tidak terima, mengaku pernah menemukan Bibi Wang diam-diam mengisi ulang 50 yuan Kacang Sukacita...
Pasangan tua ini juga cukup menarik. Kini gabungan gaji mereka dari Ren He mencapai 20.000 lebih per bulan. Pola konsumsi mereka pun perlahan berubah - tetap menabung untuk persiapan mas kawin putri mereka agar tidak diremehkan di rumah mertua.
Namun selain menabung, hidup mereka memang tak lagi terlalu pelit.
Saat pasangan tua ini tergila-gila pada Dou, kemampuan bermain kecapi Yang Xi juga berkembang pesat. Suatu ketika, mereka bahkan berhenti bermain Dou, hanya duduk di bangku kecil mendengarkan Yang Xi memainkan kecapi...
Meski begitu, Ren He sangat paham bahwa level Yang Xi masih belum memadai. Dibanding Liu Jiamin dari Klub Qinghe dulu, masih jauh berbeda. Tapi sebagai artis di dunia hiburan, Yang Xi sudah termasuk level atas - hanya untuk kompetisi sesungguhnya masih terlalu dipaksakan.
Ren He juga sempat mempertimbangkan, bagaimana jika Yang Xi tidak meraih peringkat, apakah akan memengaruhi reputasinya? Mengingat publik saat ini masih belum bisa menerima idola mereka kalah dalam kompetisi.
Tapi Yang Xi tak peduli. Dia hanya ingin menguji kemampuannya. Setelah berlatih sekian lama, inilah saatnya membuktikan apakah dia sekadar keledai atau kuda sejati.
Lokasi kompetisi berada di dalam Akademi Musik Pusat. Konon, untuk meningkatkan pamor sekaligus menunjukkan objektivitas, panitia bahkan mengundang beberapa juri asing untuk memberikan penilaian.
Ren He menggerutu, "Susah-sah amat sih mereka. Pertunjukan sandiwara mereka cukup meyakinkan."
Entah mengapa, semakin dewasa seseorang, semakin mudah percaya teori konspirasi. Ren He tiba-tiba menyadari sikap mentalnya ini perlu diperbaiki. Lagipula, masyarakat tidak pernah kekurangan kebaikan sejati, keindahan, dan kebajikan. Bagaimana jika panitia penyelenggara memang benar-benar adil?
Selama ini Ren He sering mendengar Yang Xi bilang di Akademi Musik Pusat banyak wanita cantik, tapi ini pertama kalinya ia benar-benar melangkah masuk gerbang sekolah. Biasanya dia cuma mengantar Yang Xi sampai pintu gerbang lalu kabur.
Memang banyak wanita cantik. Di tengah salju ini masih terlihat pemandangan mereka saling bersaing keindahan. Kaki-kaki jenjang terpamer di luar, sungguh memesona. Ren He tidak lama memandang, bukan karena tidak suka, tapi ini wilayah tunangannya. Meski Yang Xi sekarang seharusnya sedang mempersiapkan lomba, tapi bagaimana kalau tiba-tiba muncul dari mana-mana dan melihatnya sedang mengagumi kaki orang lain? Dipastikan dia bakal kena masalah...
Namun sebagai mahasiswa jurusan akting di Zhongxi, Ren He menemukan fenomena menarik. Ternyata memang ada perbedaan mencolok antara kecantikan mahasiswi jurusan akting dengan gadis luar. Secara fisik mungkin tidak semua benar-benar luar biasa, tapi ada kesamaan khusus: struktur tulang mereka pasti kecil.
Ini adalah pengetahuan yang dulu dijejali Li Shuaizhen. Sekarang setelah dibandingkan dengan kecantikan gadis-gadis Akademi Musik Pusat, terbukti kebenarannya.
Bukan berarti kerangka tubuh wanita cantik di sini besar, hanya bisa dikatakan berada pada level manusia biasa, sedangkan jurusan akting Zhongxi jelas lebih kecil dari rata-rata.
Konon Akademi Musik Pusat adalah satu-satunya institusi seni di negeri ini yang masuk daftar 211 perguruan tinggi prioritas. Tapi di sini jelas berbeda dengan Juilliard School, di Juilliard lebih menekankan keterampilan teknis, sini lebih mengutamakan pengembangan yang komprehensif.
Di kehidupan sebelumnya, Ren He pernah membaca makalah musik dari Akademi Musik Pusat seperti "Bagaimana Memperbaiki Postur Memegang Busur" untuk biola...
Ada juga "Proses Mutasi Lagu Adat Suku Yunnan Bulang dan Interpretasi Budaya Asing". Ren He selalu penasaran seperti apa sebenarnya lagu adat Yunnan Bulang ini. Jangan-jangan seperti lagu 'Supir Berpengalaman, Bawa Aku, Ali Li, Ali Li, Ali Ali Li' semacam itu di kehidupan sebelumnya... Ren He hampir tak kuasa menahan diri untuk tidak menyanyikannya!
Untung masih bisa mengontrol. Kalau sampai dapat misi hukuman langit hanya karena sebuah lagu, brengsek harus ku protes ke mana?
Lokasi kompetisi berada di lantai 11 Gedung Kompleks Akademi Musik Pusat, konon biasa digunakan sebagai ruang latihan orkestra simfoni yang profesional dan luas.
Akademi Musik Pusat hampir setiap minggu mengadakan konser. Aktivitas harian para mahasiswa adalah rebut ruang musik-rebut ruang musik-rebut ruang musik. Yang Xi tidak perlu berebut dengan mereka. Belakangan Ren He bahkan berencana mengganti piano Yang Xi dengan yang lebih bagus.
Saat Ren He masuk lift, di sampingnya berdiri dua wanita cantik. Namun Ren He tak melirik sama sekali. Semakin mendekati tempat Yang Xi mungkin berada, semakin hati-hati sikapnya...
Saat lift hendak menutup, tiba-tiba ada yang menekan tombol buka. Baik yang di dalam maupun di luar lift sama-sama tertegun. Ren He sendiri tidak bereaksi berlebihan karena di luar ada Sun Yu dan kawanan asramanya. Dia hanya tidak menyangka akan bertemu mereka di sini. Mungkin mereka datang untuk ikut ramai-ramai? Atau melihat wanita cantik? Ngapain dipikirin, yang jelas tidak ada hubungannya dengannya. Katanya ada satu anak di asrama mereka yang sudah latihan keras piano bertahun-tahun?
Sementara Sun Yu dan lima temannya terpaku karena sama sekali tidak menyangka Ren He akan muncul di sini. Mereka bukan datang untuk ikut ramai - salah satu anggota asrama ikut kompetisi, tentu harus didukung bersama. Tapi kenapa Ren He ada di sini?
Sun Yu masih mengingat kasus Ren He yang tidak tampil di acara tahun baru: "Bukannya kamu sakit?"
"Kalau dihitung sejak aku cuti sakit, sekarang sudah lewat 2 hari," Ren He dengan tenang mengeluarkan omong kosong: "Maksudku, penyakitku sudah sembuh..."
Entah mengapa, Sun Yu selalu merasa tidak suka dengan sikap Ren He seperti ini. Meski rumor di kelas sangat tidak ramah terhadap Ren He, ia tetap terlihat tenang dan acuh tak acuh, seolah memandang rendah dari atas. Sun Yu merasa tatapan Ren He seperti melihat seorang badut...
Makin tenang Ren He, makin kesal perasaannya.
