“Beri tahu kami rencanamu, kali ini mau main dengan cara apa?” An Si menatap Ren He.
"Terakhir bilang mau terjun payung biasa, hasilnya dia mainkan aksi yang lebih gila lagi. Sekarang Liu Erbao melihat materi rekamannya sendiri, jari-jarinya sampai gatal. Kalau materi ini diedit jadi video dan diunggah, pasti bisa mengguncang dunia beberapa kali."
"Lihat keseriusannya hari ini, An Si sudah paham pola Ren He. Kecuali mau main yang ekstrim, Ren He pasti tidak akan mengajak Liu Erbao untuk shooting karena memang tidak perlu."
"Memecahkan rekor dunia," Ren He berpikir sejenak lalu mengutarakan niat sebenarnya: "Melampaui kecepatan 141 km/jam."
An Si menarik napas dalam-dalam: "Rekor itu dicapai di jalur lurus menurun profesional!"
Gila lagi! Kesatria sudah kehilangan akal lagi!
"Aku juga tahu rekor downhill longboard dunia 141 km/jam, tapi itu dicapai di sirkuit khusus dengan jalur turun lurus langsung. Tapi ini jalan gunung berkelok-kelok!"
“Aku kan nggak mau pecahkan rekor di tikungan,” Ren He membalikkan mata: “Lihat aja di mana dua alat pengukur kecepatan dipasang, semuanya di dua jalur lurus panjang. Aku belum sampai level nyari-nyari mati sendiri.”
An Si mengingat-ingat, memang benar. Meski jalan gunung berkelok-kelok, titik pemasangan alat pengukur kecepatan yang ditentukan Ren He adalah dua jalur lurus sepanjang lebih dari 800 meter. Dengan begini, faktor keamanan memang jauh lebih baik.
Tapi……
“Tapi ini tetep bahaya banget, brengsek!” An Si merasa kesal: “Begitu kecepatanmu melambung, bakal susah nuruninnya. Rekor emang pecah, tapi gimana dengan tikungan berikutnya?”
Inilah bagian tersulit dari tantangan ini. Bukan soal cara memecahkan rekor, tapi bagaimana Ren He harus memperlambat kecepatan setelahnya. Karena diperkirakan, begitu mencapai 141 km/jam, jarak ke mulut tikungan berikutnya hanya tersisa sekitar 200 meter. Hanya mengandalkan sarung slide, mustahil bisa mengerem efektif.
Jika dia tidak bisa mengurangi kecepatan di bawah 90 km/jam sebelum memasuki tikungan, konsekuensinya bukan sekadar menyelesaikan tikungan, melainkan terlempar bersama papan panjangnya dari tebing di luar jalur!
Ren He meneliti sejenak: "Percayalah padaku!"
……
Di mulut jalan masuk Gunung Laojun yang berliku, tujuh mobil mewah mengaumkan mesin menuju puncak. Enam mobil sport di depan, diikuti mobil offroad besar yang membawa beberapa sepeda mahal. Gadis di mobil sport merah membuka jendela, menghirup udara dingin musim dingin. Sorot matanya menyiratkan sedikit kegembiraan: "Huangfu si Gemuk, inilah tempat Sang Kesatria menyelesaikan Turun Gunung dengan Sepeda? Jalan gunung berkelok ini, kecepatan 110 km/jam? Mengerikan! Aku sudah tak sabar mencobanya!"
Huangfu Zhuri mengejek sambil tertawa: "Li Zi, jangan sampai kau ngompol di gunung nanti. Turun dengan kecepatan 40 km/jam saja sudah cukup, para maestro tak akan menertawakanmu."
"Cih," gadis cantik bernama Lizi melirik dengan sikap meremehkan ke mobil Huangfu Zhuri. Meski dalam hatinya mengakui jalan gunung berkelok ini sulit untuk menambah kecepatan, bibirnya tetap tak mau mengaku kalah.
"Tunggu dulu," Lizi tertegun, "Lihat ke depan, kenapa ada kamera pengawas yang terpasang sendirian?"
Semua orang membeku. Rombongan gerbong dihentikan. Lizi berlari ke arah kamera dengan sepatu hak tingginya. Saat sampai di depan kamera, bibirnya gemetar penuh antusiasme, "Kamera ini masih menyala! Waktu rekaman dimulai dari 30 menit yang lalu!"
Apa artinya ini? Ada yang sedang merekam video di jalan gunung ini!
"Jangan-jangan itu Kesatria?" Pasangan di mobil sport belakang ternganga. Gunung Laojun sudah ditutup aksesnya. Mereka pun bisa masuk berkat koneksi Huangfu Zhuri. Siapa lagi yang mungkin muncul di sini?
Apakah penggemar Kesatria yang sama dengan mereka? Atau penantang rekor Kesatria? Atau... sang Kesatria sendiri!
Bukankah Kesatria adalah murid? Sekarang liburan musim dingin pulang, sangat mungkin ia main downhill lagi!
Duan Xiaolou terdiam di kursi penumpang Huangfu Zhuri. Ia mengira lawan sudah kembali ke kehidupan normal, tapi bagaimana dengan kamera ini?
Li Zi tiba-tiba berlari histeris ke mobil sportnya: "Cepat! Naik gunung! Mungkin kita bisa bertemu Kesatria! Huangfu si Gendut, jika hari ini aku melihat Kesatria, aku tak akan mengolokmu lagi!"
Semua yang hadir datang demi Kesatria. Mereka paham betapa memuaskannya menyaksikan langsung aksi downhill bersepeda Kesatria di sini!
Rombongan gerbong berjalan hampir 4 kilometer ketika kamera pengawas kembali muncul di pinggir jalan. Li Zi menemukan potongan kecil daging sapi kecap yang berserakan... Waktu perekaman kamera juga dimulai setengah jam yang lalu.
"Pasti ada yang sedang mempersiapkan shooting drift sepeda ekstrim di sini, dan orang yang paling mungkin adalah Kesatria," kata Li Zi dengan tegas: "Ayo, naik ke gunung!"
Potongan daging kecap itu terlihat seperti baru saja jatuh dari orang yang sedang makan di sini... Jadi pasti mereka baru saja meninggalkan tempat ini...
Mobil-mobil sport berderet melintasi jalan gunung yang berliku. Li Zi menyalip mobil Huangfu Zhuri dari jalur dalam, bahkan mulai melakukan drift di jalan setapak gunung dengan penuh semangat untuk segera mencapai puncak dan memastikan apakah sosok di sana benar-benar Sang Kesatria!
Duan Xiaolou terdiam. Tiba-tiba ia meragukan kebenaran pemikirannya sendiri: Bisakah kehidupan seseorang benar-benar disangkal jika ia memiliki pengikut setia yang begitu fanatik?
……
Ren He mengeluarkan longboard, helm, sarung tangan slide, dan kacu merah dengan pita panjang dari mobil.
Saat itu, pegunungan diliputi Lautan Awan yang bergerak dengan kecepatan ekstrem. Hati Ren He tiba-tiba menjadi lapang. Ia menatap Yang Xi, Liu Erbao, dan An Si sambil tersenyum.
Dalam hembusan angin musim dingin, Yang Xi menyaksikan pemuda itu memasang sendiri kacu merah panjang itu. Di bawah sinar matahari musim dingin, ia mengacungkan ibu jari - gerakan ikonik Kesatria yang memberi getaran misterius di hati.
Seolah ada jenis kehidupan di dunia ini, di mana setiap petualangannya adalah kembali yang lebih mulia.
Semburan api di rongga dadamu hanya akan terbakar untuknya.
Mulailah!
Ren He meluncur menuruni gunung dengan longboard. Yang Xi segera menyusul dengan mobil. Jika terjadi kecelakaan di jalan setapak gunung, ia bisa segera memberi bantuan.
Dalam pandangan, Kacu Merah baru sang Kesatria tertiup kencang oleh kecepatan downhill yang ekstrim, membentang di belakangnya seperti garis merah panjang bagai meteor yang berkilauan!
Liu Erbao akhirnya sempat memeriksa kembali lensa kamera lain dari konsol utama. Ia memutar ulang rekaman kamera pertama untuk memastikan operasionalnya, namun langsung terpukau: "Bahaya! Ada rombongan gerbong mendaki gunung!"
Seketika, wajah An Si memucat pasi. Kali ini mereka bahkan tidak membawa walkie-talkie, mustahil memberi peringatan pada Ren He!
Tabrakan antara kecepatan 141 km/jam dengan rombongan gerbong - konsekuensi apa yang akan terjadi?!
"Cepat! Turun gunung sekarang!" An Si mengaum penuh amarah: "Kenapa tidak kau periksa lensa tadi? Jika terjadi sesuatu pada Ren He, gue takkan tinggal diam!"
Liu Erbao menggigit bibirnya hingga putih, berbalik dan berlari ke mobil. Darah menghilang dari bibir yang tertekan kuat.
