Jalan gunung berliku di Gunung Laojun dibangun sangat mulus, permukaannya tidak memiliki retakan atau hal sejenis. Inilah alasan Ren He memilih lokasi ini untuk longboard downhill.
Namun kekurangan terbesarnya adalah karena kemiringan ekstrem Gunung Laojun, jalan hanya bisa dibangun dua lajur. Beberapa tikungan terlihat terlalu curam—jika dua bus wisata bertemu, satu harus menunggu yang lain lepas dulu. Mobil pribadi tidak masalah.
Pada November musim dingin, loket tiket di kaki Gunung Laojun ditutup. Ren He dan timnya membayar 1000 yuan kepada kepala satpam dinas pariwisata untuk bisa naik. Menurut perkiraan Liu Erbao, mustahil ada orang yang naik di musim ini—siapa yang mau ke Gunung Laojun saat musim dingin kecuali mereka yang sedang bosan?
Tapi mereka sama sekali tidak menyangka: Ada sekelompok generasi kedua orang kaya yang pulang liburan, sengaja datang ke Luocheng! Mereka menggunakan koneksi untuk melewati birokrasi dinas pariwisata dan naik juga!
Masalah terbesar saat ini adalah tidak ada yang bisa memastikan di mana Ren He akan bertemu dengan mereka. Jika di tanjakan lurus mungkin masih aman, karena ada dua jalur. Asal kendaraan lawan tidak melawan arus, risiko Ren He tidak terlalu besar. Paling-paling kedua pihak hanya akan berpapasan.
Tapi bagaimana jika bertemu di tikungan? Jangankan menghindar dengan kecepatan Ren He saat ini, bahkan jika kendaraan lawan sekadar membanting setir sembarangan untuk menghindarinya, mobil bisa terlempar dari tebing jurang dan mengakibatkan mobil hancur dan penumpang tewas.
Yang Xi menyetir di belakang Ren He, tidak tahu situasi di depan. Liu Erbao dan An Si wajah pucat pasi: "Semoga Langit melindungi... Semoga Langit melindungi!"
"Ini adalah tanggung jawabmu, bagaimana kau berani yakin setelah tutup akses gunung tidak ada yang naik? Dasar kau tak berguna!" An Si memaki keras. Sebenarnya dia juga tahu, setelah tiga mobil mereka naik, pintu besi yang bisa mengkerut dan meluas di loket tiket bawah sudah tertutup. Jadi tak ada yang menyangka kejadian seperti ini. Karena panik, perkataannya menjadi tidak terkendali. Meskipu Liu Erbao memang punya tanggung jawab dalam hal ini, sebenarnya tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Mereka satu tim, Liu Erbao bersalah, An Si juga sama. Setelah memaki, dia langsung menyesal.
Belum selesai An Si memaki, tiba-tiba dia sadar Liu Erbao yang biasanya suka membantah sama sekali tidak membela diri. Bibirnya tetap terkunci rapat. An Si yang belum pernah melihat Liu Erbao menangis terkejut melihat kilau kristal di wajahnya. Penyesalan yang terpancar dari wajah Liu Erbao membuat An Si tak tega melanjutkan omelan. Sebagai saudara seperjuangan, perasaan mereka terhadap Ren He sama dalamnya.
"Cepat kejar Ren He di depan," An Si menghela napas: "Orang baik selalu dilindungi langit, Knight sudah melewati begitu banyak bahaya tak mati, kali ini juga tidak akan."
Ini hanya kata-kata penghibur yang menggantungkan segalanya pada keberuntungan Ren He selama ini, tapi Liu Erbao seperti memegang jerami penyelamat dengan yakin berkata: "Benar, dia tidak akan mati."
An Si mengusap pelipisnya menganalisis: "Asal dia tidak bertabrakan dengan grup ini di tikungan..."
……
Sebuah mobil sport merah melaju kencang di jalan gunung berkelok Laojun, suara gesekan keras ban saat drift sesekali terdengar di pegunungan.
Rombongan kendaraan di bawah yang semula melaju pelan terpancing Li Zi, semua mulai menambah kecepatan. Di lingkaran ini sendiri memang tak ada yang mau mengaku kalah, apalagi sejak semua mulai main olahraga ekstrem. Biasanya seseorang bisa tidak nongkrong di klub malam demi memecahkan rekor orang lain di dunia olahraga ekstrem, menghemat waktu untuk berlatih diam-diam.
Dan pada dasarnya mereka memang sekumpulan orang gila yang diakui, balapan liar di jalan gunung sepi begini, benar-benar terlalu menggemparkan.
Siapa sangka justru setelah Gunung Laojun ditutup, muncul adegan balapan liar yang begitu mencekam di sini.
"Sialan, Lizi ngebut banget!" Huangfu Zhuri bergumam pelan.
Jangan lihat Lizi cuma gadis cantik, jangan lihat penampilannya yang sangat feminin sekarang. Banyak pria di lingkaran ini yang diam-diam mengagumi gadis secantik ini. Tapi di komunitas olahraga ekstrem, yang paling jago justru dialah.
Sekarang Lizi mulai mengamuk, mobil-mobil di belakang sama sekali tak bisa mengejarnya, hanya bisa ngekor dari jauh.
“Orang gila,” Huangfu Zhuri meski tidak sepenuhnya mengakui kehebatan, tapi juga tak punya cara lain. Ia tahu Li Zi saat ini sedang dirangsang oleh siluet Ksatria yang mungkin ada. Biasanya saat ada yang mengungkapkan perasaan ke Li Zi, gadis itu selalu bercanda bahwa dia menunggu Ksatria putus dengan Yang Xi. "Kalau mau pacaran denganku, tantang dulu Ksatria itu!"
Kegilaannya inilah yang membuatnya sekarang, setelah merasa sang idola begitu dekat, mengabaikan segalanya.
Duan Xiaolou duduk di kursi penumpang depan. Meski mengenakan sabuk pengaman, gaya sentrifugal mobil sport yang melaju kencang di tikungan tetap membuatnya tidak nyaman. Ada perasaan gaib yang mengatakan padanya: Benar, teman sekelas lama itu sedang di gunung. Pihak lawan masih mempertaruhkan nyawa, tidak seperti bayangannya yang kembali ke lintasan kehidupan manusia biasa.
Duan Xiaolou tak paham. Apakah keyakinannya sama sekali tidak goyah seiring pertumbuhan? Tapi keyakinan ini seolah tak bermakna apa-apa.
Mengejar kenikmatan di ambang hidup-mati, apa manfaatnya bagi kehidupan? Saat ini Yang Xi masih bersamanya, tapi jika ia menjadi cacat permanen, cinta macam apa di dunia ini yang bisa bertahan dari hancurnya kehidupan?
Duan Xiaolou diam-diam menggelengkan kepala, ia tidak percaya pada keajaiban dan kebesaran Cinta. Dalam dunianya, cinta hanyalah kosakata yang disucikan oleh sekelompok sosok kalah mencolok.
Ia tidak tahu kejadian antara Ren He dan Yang Xi, tidak percaya ada orang yang akan mengorbankan nyawa untuknya. Karena itu, sudah semestinya ia pun tak akan berkorban untuk orang lain.
Sebagian besar orang dalam rombongan gerbong itu masih muda, belum lulus kampus, penuh semangat muda. Saat itu satu-satunya yang mungkin masih menjaga kewarasan hanyalah Duan Xiaolou yang tidak memuja Kesatria.
Tiba-tiba Duan Xiaolou keluar dari lamunannya. Ia memalingkan wajah penuh rasa ingin tahu ke Huangfu Zhuri: "Kamera pengawas diaktifkan setengah jam lalu. Baterai kamera model ini full bisa tahan 2 jam. Kalau baterai lama, waktunya lebih singkat. Artinya, kalau mereka mau merekam video tantangan, harusnya sedang proses sekarang. Kalian naik ke atas sekarang, sangat mungkin bertemu langsung. Tidak takut ketahuan?"
Huangfu Zhuri terpaku!
Pada dasarnya mereka masih mahasiswa labil yang mudah terpancing emosi. Begitu tersulut, langsung lupa segala konsekuensi. Namun perkataan Duan Xiaolou kali ini bagai sambaran petir di telinga Huangfu Zhuri!
Pertemuan... Bagaimana jika rombongan gerbong bertabrakan dengan mereka yang sedang melakukan downhill di jalan tol? Bukan sekadar disalip seperti tahun lalu, tapi benar-benar tabrakan!
