Huangfu Zhuri berpikir matang-matang, Gunung Laojun saat ini dalam status tutup akses gunung. Awalnya tidak tahu bagaimana lawan bisa naik ke atas, tapi kemungkinan besar mereka juga tidak menyadari adanya rombongan gerbong yang mendaki gunung setelah mereka. Lantas dalam situasi seperti ini, seperti apa kira-kira situasi ketika kedua pihak bertemu?
Jika benar itu adalah Kesatria, mungkin berita terbesar besok adalah sang Kesatria mengalami kematiannya sendiri?
Memikirkan ini, Huangfu Zhuri panik. Ia membuka jendela mobil dan berteriak ke arah mobil sport di belakang: "Kurangi kecepatan! Kurangi kecepatan! Jalan di sebelah kanan, lebih baik berhenti dan menunggu di tempat!"
Rombongan di belakang tidak mengerti kenapa Huangfu Zhuri tiba-tiba bertingkah aneh. Mereka sedang asyik balapan mobil, kenapa tiba-tiba disuruh mengurangi kecepatan bahkan berhenti? Ada apa, jangan-jangan terjadi sesuatu di depan?
Melihat mobil sport Huangfu Zhuri terus melaju, mereka pun tidak berhenti dan tetap meneruskan perjalanan.
Sementara Huangfu Zhuri menginjak pedal gas sepenuhnya, deru mesin mobil bagaikan auman binatang buas. Ia berusaha mengejar Li Zi di depan untuk mencegahnya melanjutkan drift ke atas gunung.
Jalan setapak gunung ini terlalu sempit! Ketika mobil sport melakukan drift masuk tikungan, ruang yang tersisa untuk kendaraan lain sangat minim!
Biasanya dalam hal balap liar, Huangfu Zhuri sama sekali tak bisa disejajarkan dengan Li Zi. Seperti kata Li Zi kepadanya: "Kalau bisa melihat lampu belakangku, kau menang."
Tapi sekarang meski tak bisa mengejar, ia harus terus berusaha. Jangan biarkan Li Zi terus mengamuk seperti ini. Setiap tikungan yang dilalui membuat keringat bercucuran di ubun-ubun Huangfu, beberapa kali nyaris celaka, hanya mengandalkan tekad baja yang menopangnya.
Li Zi mendengar deru mesin dari belakang. Penasaran, di lingkaran mereka kini masih ada yang bisa menyamai kecepatannya? Sebelum memasuki tikungan, ia melirik kaca spion - ternyata Huangfu si pria gemuk! Kapan si gendut ini jadi sekelas ini?!
Huangfu Zhuri membuka kaca jendela mobil siap mencoba memanggil Li Zi, melihat apakah pihaknya bisa mendengar. Soalnya setelah kaca mobil sport ditutup, suara dari luar jadi sangat kecil, terlebih di tengah deru mesin saat ini. Kemungkinan besar Li Zi benar-benar tidak bisa mendengar teriakannya dari belakang.
Namun tepat di saat ini, Huangfu Zhuri sudah mulai mendengar suara di luar deru mesin mobil dan cengkeraman ban. Itu tidak seperti suara ban sepeda... lebih mirip roda skateboard yang menggelinding di permukaan beton...
Bisa mendengar suara ini berarti pihak lawan sudah sangat dekat, dan kecepatan pendekatannya semakin cepat! Suara roda mirip skateboard yang bergesekan dengan tanah sangat keras, gema berliku di pegunungan juga perlahan membesar. Jika kecepatannya rendah, mustahil suara seperti ini bisa didengar oleh Huangfu Zhuri.
Huangfu Zhuri yang sudah lama berkecimpung di komunitas olahraga ekstrem segera menyadari: suara roda skateboard, kamera pengawas, dan kecepatan tinggi yang terkumpul bersamaan membuatnya secara bawah sadar teringat satu istilah - Longboard Downhill!
Lawannya sedang bermain longboard downhill! Dari suaranya, kemungkinan maksimal dua tikungan lagi dia akan bertemu dengan Li Zi di depan. Waktu sesingkat ini sungguh tidak cukup untuk menyusul Li Zi!
Celaka! Wajah Huangfu Zhuri juga memucat pasi. Entah lawannya benar-benar seorang Suzerain atau tidak, ini pasti situasi yang berbahaya!
Dengan jarak 300 meter dari mobil Li Zi, Huangfu Zhuri memasuki tikungan. Dengan jelas ia melihat di tanjakan panjang lurus ini tidak hanya terpasang kamera pengawas, tapi juga ada sebuah alat pengukur kecepatan!
Untuk tujuan apa alat pengukur kecepatan dipasang? Tentu Huangfu Zhuri sangat paham.
Li Zi sudah mencapai bagian tengah tanjakan panjang, sementara suara longboard downhill itu sepertinya juga sedang mendekati tikungan terakhir sebelum masuk ke tanjakan lurus!
Tak ada lagi ruang untuk berbalik arah. Dengan putus asa, Huangfu Zhuri memperlambat mobil sportnya. Ia tak tahu harus berbuat apa, juga tak sanggup melakukan apapun untuk menyelamatkan situasi ini.
……
Ren He melesat di jalan gunung berkecepatan tinggi. Longboard downhill selalu dijuluki sebagai salah satu olahraga paling merangsang adrenalin. Di jalan berkelok dengan beda ketinggian ekstrem ini, yang dimiliki Ren He saat ini hanyalah sebilah papan panjang.
Ia setengah berjongkok di atas papan, kedua tangan diletakkan di belakang punggung, berusaha semaksimal mungkin mengurangi hambatan angin selama proses downhill.
Bahkan mobil yang melaju di atas 100 km/jam saja, jika mengulurkan tangan keluar jendela rasanya seperti bisa tertiup angin kapan saja. Bayangkan saja, seorang manusia tanpa perlindungan sama sekali yang bergerak dalam kecepatan sedemikian di tengah gempuran angin kencang, betapa dahsyatnya sensasi yang dirasakan.
Saat ini, bahkan kerikil kecil di jalan yang membuat roda longboard Ren He tersandung pun bisa langsung merenggut nyawanya. Tapi Ren He justru mencintai perasaan ini. Dalam kadar tertentu, kecepatan baginya identik dengan kemerdekaan.
Pita panjang Kacu Merah di belakang kepalanya berkibar seperti bendera merah gagah perkasa, menari-nari di hempasan angin.
Pada awalnya, Yang Xi yang mengikuti dari belakang masih bisa melihat punggung Ren He. Namun kecepatan Ren He jauh melampaui mobil. Tanpa pengalaman balap, ditambah mengendarai mobil raksasa seperti Ford Raptor, Yang Xi merasa sudah sangat terbebani dengan gaya sentrifugal saat menikung meski hanya berkendara 50 km/jam di jalan gunung.
Sementara kecepatan Ren He semakin meningkat. Akhirnya Yang Xi hanya bisa menyaksikan Ren He menggunakan sarung tangan Slide untuk menggesek permukaan jalan sebagai titik tumpuan rem, memercikkan bunga api yang berkilauan, sebelum menghilang di tikungan depan.
Sebelum berangkat, Ren He sudah memperingatkan Yang Xi: Jangan memaksakan diri mengikuti kecepatan downhill longboard selama perjalanan. Di jalur gunung ini, tak ada satu pun pembalap yang berani mengejar kecepatan downhill longboard. Perbedaan berat membuat perhitungan gaya sentrifugal berbeda. Ren He bisa mengimbanginya dengan membentuk gaya sentripetal melalui sudut kemiringan tubuh, hal yang mustahil dilakukan mobil.
Namun saat hampir mendekati lereng lurus pengukur kecepatan, Ren He tiba-tiba mendengar deru mesin turbo yang bergema dari pegunungan di depan. Keningnya berkerut - ada mobil yang sedang menanjak!
Kedua pihak melaju dengan kecepatan tinggi. Hampir bisa dipastikan dari kecepatan suara yang mendekat, waktu pertemuan mereka akan terjadi tepat di tikungan terakhir sebelum lereng lurus - mungkin di situlah mereka akan berpapasan!
Sudah terlambat untuk mengurangi kecepatan. Dalam situasi ini, satu-satunya cara untuk memperlambat longboard downhill adalah menggunakan sarung tangan Slide. Jika mengandalkan bantalan rem di papan, bisa-bisa seluruh tubuhnya terlempar keluar.
Efek pengereman sarung tangan Slide tidak cukup untuk berhenti sebelum tikungan!
Tiba-tiba Ren He merasa waktu seolah melambat, seperti pertanda sebelum ajal di mana seluruh hidupnya akan diputar ulang. Udara membeku bagai air...
Tidak boleh bertemu di tikungan! Percepat!
Tubuh Ren He tiba-tiba merendah lagi, condong lebih ke depan. Pita merah di belakangnya berkibar gagah di udara, bagai pelangi. Satu-satunya nyawa bagi kedua pihak adalah mempercepat laju!
Tepat saat Li Zi tinggal sepuluh meter memasuki tikungan, matanya menangkap siluet bertudung Kacu Merah yang menyembul dari sudut tikungan seperti kilat, sudut tubuhnya hampir menyentuh tanah. Telapak tangan bergloves lawan itu menggesek permukaan hingga memercikkan bunga api, kecepatannya minimal dua kali lipat kecepatannya!
Li Zi nyaris mengubah arah karena terkejut, namun saat melihat Kacu Merah itu, ia berusaha tetap tenang. Dari balik helm, ia bisa merasakan sorot mata lawan yang menatapnya - penuh keteguhan, tenang...
Siluet Ren He tidak berhenti, setelah melakukan drift di tikungan dengan kecepatan penuh, seluruh tubuhnya menggunakan sisa gaya inersia untuk mendekati sisi dalam tubuh gunung, dan tanpa ragu kembali mempercepat. Hanya berselisih 2 cm dengan kaca spion mobil sport yang berpapasan, sementara di pandangan Li Zi hanya tersisa pita merah yang melayang!
Pita itu... begitu memesona hingga membuat hati berdebar!
Kesatria! Itu pasti Kesatria! Hanya Kesatria yang mampu melakukan hal seperti ini!
Setelah drift di tikungan, Li Zi mengerem mendadak lalu mengubah arah!
Tapi ketika kembali ke tanjakan lurus ini, yang terlihat hanyalah Huangfu Zhuri yang terdiam tak berkutik setelah turun mobil, dan angka merah di speedometer: 149KM/H.
Rekor terpecahkan!
