Malam itu, Lao Ren dan Ibu Ren menonton TV di luar, Yang Xi dan Ren He berkumpul di kamar mereka. Hari ini pemanas menyala cukup hangat, cukup memakai kaos T untuk berdua.
"Apa kamu masih ada hubungan dengan teman sekelas Duan itu? Bukannya dulu kamu bahkan pernah menulis surat cinta untuknya?" tanya Yang Xi sambil menatap mata Ren He.
"Lupakan saja," Ren He langsung tahu si Gadis Kecanduan Internet ini mulai cemas lagi. Tapi dia benar-benar merasa dirugikan - surat cinta itu secara teknis bahkan bukan dia yang menyodorkan. "Andai aku melakukan perjalanan waktu seminggu lebih awal, hal seperti ini tidak akan terjadi."
Mungkin wajar saja, pemuda yang sedang dalam keremajaan akan sangat menyukai gadis seperti itu - karena dia terang benderang, dan selalu yang benar.
Namun sebenarnya Duan Xiaolou bukanlah tipe yang disukai Ren He sejak awal. Setelah beberapa kali berbincang di masa lalu, ia sudah memahami seperti apa gadis ini. Lintasan dunia kedua pihak pasti akan berjalan di jalan yang berbeda. Ren He tak bisa menjalani kehidupan disiplin ala Duan Xiaolou, dan Duan Xiaolou juga tak akan menyimpang dari jalurnya sendiri.
Bagi Ren He, setelah mengalami begitu banyak peristiwa, dunia memberinya kesempatan untuk memulai kembali. Sejak saat itu, tak ada lagi yang disebut 'kesalahan' atau 'yang benar'.
Kesalahan dan kebenaran itu hanyalah standar moral orang lain, tapi tak ada hubungannya dengan Ren He. Apakah memilih kehidupan batas maksimal itu salah? Belum tentu.
Hanya orang lain yang menganggapnya salah.
Malam itu, setelah makan malam, Xu Nuo masih meneleponnya dengan tingkah laku aneh. "Teman-teman sekelas merasa Duan Xiaolou mengalami perubahan besar," katanya. Ren He merasa antara ingin tertawa dan menangis. "Brengsek, untuk hal ini kamu khusus meneleponku? Tidak tahukah Yang Xi ada di sampingku!?"
Menurut Ren He, apakah perubahan pihak lain itu salah? Tidak sama sekali.
Inilah realita masyarakat, pihak lain tak memiliki Sistem Hukuman Langit miliknya sendiri. Ia telah meraih kesuksesan besar dalam kehidupan.
Setiap orang berhak memperjuangkan kehidupan yang lebih baik untuk diri sendiri, bukan begitu?
Hanya saja setelah mengalami perubahan, para maestro sulit menyatukan kembali hubungan seperti semula, dan tak perlu melakukannya.
Hidup sudah cukup sulit, jalani saja hari-harimu dengan baik.
Melihat Ren He benar-benar tak menganggap penting Duan Xiaolou di hatinya, barulah Yang Xi bisa merasa lega.
Di dunia ini mungkin memang ada sosok yang tak terlupakan hingga paruh baya. Nama itu tetap menjadi penghuni spesial di hatimu, tak dekat namun juga tak menjauh.
Tapi mungkin yang kau ingat hanyalah kenangan perasaan masa lalu dan bayanganmu di air itu, bukan orangnya. Dalam senja, mungkin kau masih bisa mengingatnya, namun itu semua sudah tak relevan lagi.
Rentang hidup manusia hanya puluhan tahun, yang diperlukan hanyalah terus melangkah maju tanpa ragu.
Kenangan lama di belakang, biarkan lenyap berantakan tersembunyi di cakrawala. Tunggu sampai ada waktu luang, barulah menoleh tajam melihat keremajaan sendiri - itu pemandangan paling memesona.
……
Pagi hari di Malam Tahun Baru Imlek, saat Ren He bangun, Yang Xi sudah tak ada di samping. Kini di tengah malam pun Ren He lebih kalem. Ibu Ren dan Lao Ren tak lagi mengejeknya...
Bertemu orangtua tak bermoral seperti ini benar-benar bikin tak ada watak.
Saat Ren He bangun dan mandi, dilihatnya Yang Xi di dapur membantu Ibu Ren menggoreng makanan. Aroma harum menyelimuti rumah kita. Penyedot asap di rumah sudah dipakai empat lima tahun, agak kurang efektif.
Ketika Ren He masuk kamar mandi, terlihat sikat giginya yang sudah diolesi pasta gigi tergeletak di atas gelas. Tiba-tiba ia merasa hari-hari seperti ini penuh kehangatan.
Hari ini adalah saatnya keluarga anak bandel datang merayakan Tahun Baru Imlek, Ren He secara bawah sadar melirik ke arah Yang Xi di dapur. Ia masih berharap gadis kecanduan internet yang menyimpan binatang buas di hatinya ini akan saling menantang si anak bandel.
Kalau dirinya yang terus-menerus mengganggu seorang anak kecil, tentu tidak etis bukan? Jadi tahun ini biarlah Yang Xi yang menyelesaikannya. Ren He merasa jika digantikan oleh Yang Xi, nasib si anak bandel mungkin akan lebih tragis. Sekilas melihat beberapa adik sepupu Yang Xi yang seperti dihapus dari daftar teman, tak berani bersuara sedikit pun di depan sepupu perempuannya, ini pasti hasil dari pertempuran yang sengit...
Hasilnya tetap mengecewakan Ren He. Entah mengapa, anak bandel yang biasanya ribut tahun ini begitu masuk pintu langsung berteriak "Kakak laki-laki baik!", membuat Ren He tertegun - apakah ini formula baru?
Ini... tidak ilmiah!
Belum sempat Ren He memikirkan apa yang terjadi, Yang Xi yang keluar dari dapur langsung melihat si anak bandel duduk di sofa dengan kedua tangan di lutut, wajahnya memperlihatkan dua kata besar: patuh.
Yang Xi berbisik penuh keraguan: "Inikah anak bandel yang kamu ceritakan? Kulihat dia sangat penurut. Jangan suka mengganggunya, pasti sebelumnya kamu yang mengarang ceritanya ya?"
Hah! Ren He hampir memuntahkan darah tua. Kok bisa ini disebut karanganku? Siapa yang tahu kenapa tahun ini si anak bandel berubah begini?
Tiba-tiba paman Ren He melihatnya dan matanya berbinar: "Ren He, sini-sini, ini angpao untukmu."
Tanpa sungkan Ren He langsung menerimanya: "Terima kasih, Paman."
Amplop merah semacam ini memang simbol sukacita. Sekalipun hartamu mencapai 300 miliar, tak perlu menolak pemberian ini.
Namun satu detik kemudian Paman langsung bertanya: "Kabarnya akhir-akhir ini kamu membuka perusahaan internet yang cukup sukses. Ajari Paman cara mengembangkan internet dong, atau biarkan Paman ikut menyuntik modal. Kan bisa jadi perusahaan keluarga kita? Aku belakangan terus mempelajari internet, bahkan ada beberapa perusahaan internet yang mengajakku jadi wakil direktur. Aku bilang perlu pertimbangkan dulu, lagipula perusahaan kamu kan juga internet, lebih baik membantu keluarga sendiri daripada orang luar."
Oh... Ceramah penuh bunga-bunga ini langsung membuat Ren He tersadar. Rupanya anak bandel jadi kalem begini karena orangtua bandelnya punya keperluan dengan orang. Mungkin sudah briefing si anak sebelumnya.
Katanya belajar internet? Tahun lalu masih nanya cara main Dou Dizhu daring, tahun ini udah jadi pakar internet? Hmph...
Paman kecilku ini masih sama compang-campingnya seperti burung gereja di kehidupan sebelumnya. Lao Ren menyuruhnya membawa uang untuk Kakek Nenek, tapi orang ini pura-pura tidak tahu menahu dan malah menyelipkan semua uang itu ke kantongnya sendiri.
Terkadang Ren He merasa hubungan darah adalah hal yang magis. Ada kerabat yang sejak kecil memperlakukannya layaknya anak kandung sendiri, ada pula yang seperti kerabat gratisan yang hanya memikirkan cara mengeruk keuntungan dari keluarga kita. Ren He tak percaya ikatan darah wajib dituruti. Kalau semua dimanjakan, siapa sebenarnya yang pantas disebut paman?
Struktur kepemilikan saham Kelompok Qinghe-nya tetap bersih meski sudah ada Beidou Military Industry. Ren He yakin keuntungan Qinghe bisa memberi kontribusi bagi industri militer negara, sekaligus memberinya payung pelindung besar. Ini situasi saling menguntungkan.
Memberikan saham ke paman kecil? Untuk apa?
Dengan senyum manis ia menjawab diplomatis: "Tidak boleh."
Yang Xi melirik dua karakter 'Ren He' yang hampir membuat Paman kecilnya tercekik sampai mata putihnya terbalik, buru-buru menyelinap kembali ke dapur untuk membantu Ibu Ren memasak. Ibu Ren sambil menggoreng bakso daging sapi diam-diam menyimak keributan di luar, nyaris tertawa terbahak-bahak saat mendengar nama 'Ren He' disebut.
Selama ini Ibu Ren selalu pusing memikirkan cara berurusan dengan adik dari keluarga Lao Ren ini, tapi ternyata anak kandungnya sendiri yang akhirnya membela harga dirinya.
