“Aku mau keluar sebentar,” Ren He memberi tahu Yang Xi lalu bersiap pergi.
Sikapnya yang absurd ini membuat Yang Xi bingung, sambil bermain Dota ia menoleh tajam bertanya: “Mau ngapain?”
“Ehm, nggak apa-apa,” Ren He keluar dengan bersikap rendah hati. Ia enggan memberitahu Yang Xi tentang cangkir kartun yang tiba-tiba dimilikinya, urusan memalukan seperti ini lebih baik tidak diungkap.
Ia pergi untuk mencari sprei yang cocok, atau minimal membeli stiker yang lebih serius untuk menutupi desainnya. Jika tidak, terpaksa harus melakukan elektroplating pada cangkir itu.
Tapi selama belum benar-benar terdesak, Ren He tidak ingin merepotkan orang lain. Bagaimana jika saat diminta elektroplating, tukangnya bertanya mau dicat apa – lalu ia mengeluarkan cangkir kartun? Brengsek, pasti dikira sedang bercanda.
Hasilnya Ren He diam-diam pergi membeli stiker dan kembali. Stiker ini juga bergambar kartun, tapi untungnya tidak terlalu kekanak-kanakan. Namun setelah ditempelkan, gelas itu tidak menunjukkan perubahan aneh apa pun. Yang jelas kapasitasnya tiba-tiba berubah menjadi 200 mililiter...
Sialan!
Ren He langsung tahu urusan ini tidak sesederhana itu. Sistem Hukuman Langit jelas-jelas memaksanya untuk mengambil keputusan: tingkatkan peluang keselamatan tapi dipermalukan di depan orang, jangan digunakan sama sekali!
Wajah Ren He langsung menghitam, hampir saja melemparkan gelas kartun ini ke tanah. Sudah sekian lama ia berurusan dengan Sistem Hukuman Langit, akhirnya dapat equipment yang agak, tapi ternyata cuma barang brengsek yang mencelakakan orang tua!
Tapi akhirnya ia masih enggan melepaskannya. Ren He tak tega membuangnya, karena ia tahu betapa berharganya bisa membawa-bawa 20 liter air tawar di gurun tandus seperti _No Man's Land_.
“Dia sudah tidak berharap Sistem Hukuman Langit akan memberinya skill yang lebih jempolan. Kalau benda ini malah menyuruhnya teriak 'Bala Bala Moxian Kecil' sebelum dipakai, ia tidak mau dipermalukan seperti itu!”
“Dengan adanya Sistem Hukuman Langit ini... seumur hidup ini... cita-cita panjang umur sudah tidak perlu diimpi-impi lagi...”
“Hidup ini terasing seperti longsor salju besar, sialan.”
Alhasil ketika Ren He bersembunyi di dapur menguji coba gelas itu, tiba-tiba melihat kepala kecil mengintip dari balik pintu dapur. Yang Xi langsung tertawa ngakak melihat Ren He memegang gelas kartun.
“Bisa nggak kamu berhenti ketawa...” Hati Ren He langsung basah oleh air mata.
Hari keberangkatan akhirnya tiba. Saat kru film _No Man's Land_ Zhang Ming belum juga berangkat, justru Ren He yang harus pergi lebih dulu.
Ren He tidak memberitahu Zhang Ming tentang hal ini. Ia hanya bilang agar Zhang Ming tenang saja memfilmkan _No Man's Land_ tanpa perlu mempertimbangkan pendapatnya. Hanya _Da Hua Xi You_ yang kini paling ia perhatikan.
Utamanya, di lokasi _No Man's Land_ itu memang tidak ada sinyal, mana mungkin Ren He berharap bisa menerima telepon untuk memberikan bimbingan shooting film sementara ia sedang sibuk berurusan dengan para pemburu ilegal di Padang Gurun?
Lagipula Zhang Ming-lah sutradara profesional sejati, tingkat kemampuanku ini lebih baik tidak usah ikut campur. Ren He punya kesadaran diri.
Mobil yang dibeli tahun lalu sudah sampai. SUV besar ini hanya sedikit lebih kecil dari Ford Raptor, dua kursi, bagian belakang dimodifikasi jadi gudang barang. Di dalamnya penuh baju ganti dan "makanan" yang disiapkan Yang Xi untuk Ren He. Menjelang keberangkatan, Yang Xi berubah jadi siluman kecil yang manja, berbagai hal yang perlu diperhatikan dijelaskan berulang kali, intinya agak berat hati melepas kepergian Ren He dan ingin mengulur waktu dengan cara ini.
Tapi ekspedisi kali ini memang tidak cocok membawa Yang, mengingat risikonya cukup tinggi. Ren He sendiri pun harus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi situasi.
Ia membeli satu set data dari Steve tentang beberapa geng pemburu ilegal di wilayah barat Karamay. Awalnya coba-coba menyelidiki apakah ada informasinya, ternyata benar-benar ada.
“Apakah kelompok kepentingan di belakang Steve sebegitu kuatnya? Bahkan geng pemburu ilegal di wilayah Tiongkok pun punya informasi?”
Kemudian Ren He pun tersadar, memang benar - jaringan ini menjual barang curian ke luar negeri. Ada yang memburu, ada yang menjual, bahkan pihak asing juga membantu. Dengan persenjataan otomatis di tangan, wajar saja mereka bisa masuk ke sistem informasi intelijen.
Di barat Karamay terutama ada tiga geng pemburu ilegal. Tanpa nama tim resmi, hanya kumpulan orang-orang nekat yang tidak terkenal. Mereka bukan teroris, pemerintah kesulitan mengontrol, daya hancurnya pun terbatas. Polisi barat memang terus berusaha menangkap, tapi tidak ada operasi khusus.
Intinya wilayah barat laut terlalu luas. Meski hanya ada satu jalan masuk ke _No Man's Land_, begitu mobil offroad menerobos gurun, sulit dilacak. Terkadang pengejaran malah berakhir di tengah gurun pasir.
“Utamakan keselamatanmu sendiri nomor satu, aku tidak keberatan,” bisik Yang Xi lembut sebelum perpisahan.
Ren He mengerti maksud Yang Xi. Belakangan ini Yang Xi juga menyadari bahwa ia tak ingin lagi melukai perasaan orang. Ada yang bilang semua manusia setara, tapi bagi Yang Xi tak ada nyawa yang lebih penting daripada Ren He. Jika Ren He sampai celaka karena sekedar angan-angan belas kasih, justru itulah yang tak ingin dilihat Yang Xi.
"Aku tahu, tenang saja," Ren He tersenyum lebar siap-siap naik mobil.
Tiba-tiba Yang Xi menariknya dan mencium pipinya perlahan: "Tunggu aku kembali."
Usai bicara, Yang Xi berbalik masuk ke rumah Siheyuan. Ren He mengusap bekas ciuman di pipinya dengan girang. Ia melompat ke mobil offroad yang langsung menderu ke arah barat.
Satu orang, satu mobil. Target: _No Man's Land_.
Keluar dari ibukota melalui arah Distrik Fangshan, mengambil Jalan Tol Dingwu dan Lianhuo, pertama ke selatan melewati Baoding, lalu melanjutkan ke arah barat laut melewati Gansu. Dari Wuwei sampai Zhangye, Jiuquan, akhirnya keluar dari Jiayuguan!
Ren He melanjutkan perjalanan ke barat. Pemandangan mulai meluas, gunung hijau lenyap digantikan debu kuning yang menyelimuti angkasa. Ia teringat syair kuno: "Kuncilah cawan arakmu, Tuan. Di seberang Yang Guan, tak ada teman lama." Rasa kepedihan zaman purba membuncah di hatinya.
Yang Guan sebenarnya terletak 70 km barat daya Dunhuang. Namanya berasal dari posisi di sisi selatan Gerbang Giok (Yumen Guan).
Tujuan Ren He kali ini jauh melampaui Yang Guan.
Sebenarnya ada versi modern dari syair itu: "Di seberang Yang Guan, tak ada pahlawan."
Ren He merasa kalimat itu terlalu keras. Saat bertukar pelajar di Universitas Shihezi Xinjiang dulu, ia justru merasakan keramahan penduduk setempat.
Tapi tak bisa dipungkiri, wilayah seluas domain langit ini pasti memiliki daerah dengan kekosongan hukum.
Karena itu janganlah ikut-ikutan omongan orang. Meski mendengarkan kisah orang lain bisa menambah wawasan, kita harus tetap membawa otak saat mencerna informasi.
Dalam _No Man's Land_ berhasil mengabadikan keburukan kemanusiaan secara sempurna, sana bagaikan dunia persilatan Wildlands yang tak beradab. Ada pencuri besar, ada pejabat yang sedikit lemah, ada sosok kecil, ada penduduk jujur, juga ada pengusaha serakah.
Itu adalah gurun tandus yang luas, dunia persilatan di mana nyawa manusia tak lebih berharga daripada rumput.
Ren He sudah lama ingin melihatnya, mengenai seperti apa sebenarnya tempat itu, Ren He merasa harus pergi ke sana dulu baru tahu.
Saat itu di ufuk langit membentang pasir kuning sepuluh juta li, senja merah seperti darah.
