Ren He mencocokkan dengan peta satelit tidak bisa menahan mengerutkan kening. Lokasi ini termasuk jantung pertahanan Padang Gurun _No Man's Land_. Menurut keterangan bos-bos toko hitam, wilayah ini bukan daerah kekuasaan Li Kun. Akankah dua keluarga pemburu ilegal lain rela mereka berburu yak di sini?
Meski dunia abu-abu ini terlihat kacau, ia memiliki hukum alamnya sendiri. Li Kun yang nekat masuk ke wilayah orang demi 10 juta uang sungguhan, bisa jadi akan memicu komplikasi tak terduga.
Sudah terlanjur datang, maka hadapi dengan tenang. Ren He berbaring di tanjakan pasir dengan kedua lengan sebagai bantal, memikirkan apakah Sutradara Zhang sudah sampai di lokasi syuting.
Tanah ini ternyata tidak semenyeramkan yang dibayangkan. Di kota maupun permukiman sebenarnya cukup aman. Tapi mengingat wilayahnya yang luas dengan populasi jarang, tentu ada banyak celah yang bisa dimanfaatkan. Ini memang tak terhindarkan.
Zhang Ming dan krunya yang terbiasa hidup di kota metropolitan seperti ibukota, bahkan saat shooting film pun memilih lokasi terkenal. Jika bukan karena skenario _No Man's Land_ yang mereka tulis sendiri, mungkin seumur hidup tak akan memilih barat laut sebagai lokasi shooting utama.
Tiba di padang gurun yang garang ini, entah apakah mereka bisa beradaptasi.
Ren He yang kini sudah cukup memahami dunia abu-abu gurun ini pun merenung: Bagaimana jika Zhang Ming bertikai dengan black shop?
Sebenarnya ini kekhawatiran berlebihan. Seorang veteran dunia persilatan seperti Zhang Ming yang sudah menjelajah ke berbagai penjuru, apa lagi yang belum ia alami?
Rombongan gerbong produksi langsung menuju Kota Tanpa Malam di Jalan Raya 217 utara Karamay pada hari kedatangan. Kali ini semua sudah siap menjalani kuxiushi. Selama proses shooting tidak ada hotel yang disediakan, mengingat lokasi ini berjarak 200+ km dari Karamay. Jika shooting pagi lalu sore kembali ke kota, pasti akan menelantarkan segalanya.
Maka Zhang Ming membawa tenda - sebanyak 80 buah!
Staf kru film masih jarang menghadapi situasi seperti ini. Awalnya semua merasa segar mendengar kabar soal tenda, apakah ini semacam piknik bersama ke pedesaan? Lumayan romantis juga!
Ketika tiba di Karamay, mereka mendengar akan syuting di tempat bernama Kota Tak Pernah Tidur. Beberapa staf yang belum tahu detailnya langsung berbinar matanya - Kota Tak Pernah Tidur... hehehe...
Tapi setelah sampai di sana, semua orang terpaku. Ini yang disebut Kota Tak Pernah Tidur?
Bangsat! Tante-tante yang matanya menyorotkan sinar hijau ke arah para pemuda di kru ini bagaimana sih! Lalu rumah tanah liat ini? Mana janji kota gemerlapnya...
Zhang Ming tertawa terbahak melihat para pemuda yang kebingungan: "Jangan diam saja, ini lokasi syuting pertama kita."
Tentu saja ini harus mendapat persetujuan dari warga Kota Tak Pernah Tidur terlebih dahulu.
Urusan ini Zhang Ming tangani sendiri. Mereka tidak perlu menginap di Kota Tak Malam, kota kecil ini pun tak muat menampung sebanyak orang. Rencana Zhang Ming adalah membuat semua orang berkemah di arah barat laut Kota Tak Malam, sekaligus memanfaatkan beberapa rumah tanah liat ini sebagai penahan badai pasir.
Soal cara membuat penduduk Kota Tak Malam setuju, Zhang Ming tersenyum lebar saat bernegosiasi dengan sang bos: Selama 2 bulan proses shooting, semua kebutuhan makanan akan disediakan oleh Kota Tak Malam dengan harga diskon 20%.
Faktanya, Zhang Ming sama sekali tidak merasa sedang dikerjai. Seandainya shooting di studio film, tetap harus bayar biaya lokasi. Namun di kepala bos toko gelap ini sama sekali tak ada konsep biaya lokasi. Zhang Ming menganggap uang makanan itu sudah termasuk biaya lokasi dan alat peraga. Memang seporsi Yuxiang Rousi dijual puluhan ribu rupiah terkesan mahal, tapi secara keseluruhan perhitungannya tidak akan terlalu rugi.
Di sisi bos toko gelap, ia sangat gembira. Biasanya setelah geng pemburu ilegal masuk ke Padang Gurun, aktivitas mereka akan sepi. Kedatangan kru syuting ini benar-benar berkah. Berapa banyak keuntungan yang bisa didapat dari penjualan makanan sehari?
Pada akhirnya, semua merasa telah mendapat untung. Semua pihak senang.
Saat orang-orang masuk dan melihat menu di dinding, mereka hampir mengompol. Piring ayam besar dijual 198?! Ini ayam emas ya?!
Zhang Ming tertawa mengusir mereka: "Pergi pasang tenda! Ini bukan urusan kalian!"
Awalnya mereka antusias mendirikan tenda. Staf kru memberikan bimbingan. Tenda-tenda ini dirancang kokoh dan tahan angin. Tiga sisi tertancap dalam tanah, dengan tiang pancang sepanjang 40 cm yang masuk sangat dalam.
Perlu diketahui bahwa di sini sering terjadi badai debu, tidak memadai jika tidak melakukan persiapan yang cukup, staf berpengalaman lebih bisa diandalkan. Jika sembarangan menyiapkan tenda, kemungkinan saat badai datang, para aktor akan terbang tertiup angin...
Namun selama proses mendirikan tenda, rasa penasaran semua orang cepat memudar. Debu dan pasir betul-betul sangat menyiksa. Coba saja angkat kepala atau berbicara sedikit, mulut langsung penuh pasir...
Saat makan malam tiba, semua orang sudah menunjukkan wajah pahit. Satu-satunya penghiburan adalah masakan koki Kota Tanpa Malam ini cukup enak, pedas menggugah selera.
Ruangan terbesar di rumah tanah liat telah diubah menjadi kantin kru. Si bos restoran dengan sumringah mengangkat beberapa ember besar stainless steel untuk membagikan makanan. Setiap sendok yang dihidangkan ini adalah uang sungguhan! Kali ini benar-benar meraup keuntungan besar!
"Hari-hari bisa menghasilkan uang, tentu hati lebih enak sedikit," ia mulai mengobrol dengan aktor di lokasi syuting, "Hah, film kalian ini kok sepertinya tidak ada aktris ya?"
Zhang Ming tersenyum: "Film ini terutama aktor pria, aktrisnya hanya ada satu."
Sang bos mulai bergumam dalam hati, film tanpa aktris, apa menariknya... Waktu kecil dulu saat menonton film silat hitam putih, dia juga pernah membayangkan kalau bisa menyutradarai film, jangan ada aktor pria! Ya, film silat dengan aktris semua!
Dia bertanya lagi: "Film kalian ceritanya tentang apa?"
Zhang Ming berpikir sejenak, merasa penjelasan tentang kemanusiaan mungkin terlalu rumit untuk bos ini, akhirnya menjawab singkat: "Tentang perburuan liar."
Mata bos itu berbinar: "Wah, untuk hal ini saya punya banyak materi bisa kasih!"
"Oh?" Zhang Ming tertegun: "Di sini ada kisah legendaris apa?"
"Saya kasih tahu, beberapa hari lalu di padang gurun ini muncul orang kejam yang bisa memukul orang hingga terbang ke udara. Dia bertarung dengan... bos daerah sini, belasan orang tak bisa mengalahkannya," sang bos hampir menyebut bos perdagangan elang, buru-buru menarik ucapannya dan beralih ke pengalaman pribadinya: "Kalian tidak tahu, beberapa hari lalu di sini, seorang pemuda 17-18 tahun datang dengan mobil offroad, sebilah belati langsung melumpuhkan tangan seseorang, persis seperti pendekar golok di film silat!"
Zhang Ming langsung ogah dengar ketika bos bilang ada yang bisa memukul orang hingga terbang... ngomong kosong apa ini, belum sadar ya?
Melihat senyum sinis Zhang Ming, sang bos kesal: "Kalian tidak percaya ya? Dia pasti akan kembali, nanti kalian sendiri yang lihat!"
Seandainya Ren He ada di sini, pasti akan berkomentar: Tidak semua pemilik losmen hitam itu licik, rupanya ada juga yang punya mimpi wuxia...
