Satu minggu berlalu, yak liar lenyap tanpa jejak.
Tengah malam, Ren He berbaring di lubang yang digali di bawah pasir, wajah penuh keputusasaan berusaha memejamkan mata...
Selama seminggu ini Ren He tidur di alam terbuka, menjaga barak militer Li Kun dan lainnya, khawatir akan melewatkan waktu kemunculan yak.
Meski memiliki keteguhan tekad, di gurun tandus yang dipenuhi badai debu ini, bahkan Ren He pun mulai menunjukkan gejala neurasthenia...
Untungnya Ren He tidak punya fobia kotoran. Tubuhnya kini begitu kotor sampai tak bisa dipandang. Awalnya ia khawatir jika tak sengaja bertabrakan dengan Li Kun di gurun dan dikenali, namun sekarang tidak perlu cemas - bahkan bercermin pun ia mungkin brengsek tak mengenali dirinya sendiri!
Rambut sudah panjang, jenggot tumbuh lebat, wajah hitam legam. Ren He membuka matanya menatap bulan yang terbungkus cahaya keperakan di atas padang gurun. Tempat sialan ini bahkan tidak bisa main Dota, apalagi bertemu Yang Xi.
Saat bersama setiap hari dulu tak terasa, kini kerinduan semakin menjadi. Entah si gadis kecanduan game itu sedang main Dota atau tidak?
Orang bilang saat menyendiri kita akan merenungi kehidupan. Tapi Ren He cuma ingin buru-buru kembali ke kota untuk menyantap hot pot, lalu seumur hidup takkan pernah lagi menyentuh biskuit kompresi sialan ini!
Sambil terus berpikir, Ren He bangun lalu mengeluarkan cangkir bergambar beruang merah muda dan meneguk air...
Hingga detik ini, Ren He mulai meragukan: Masih adakah yak liar di Karamay? Jangan-jangan sudah punah semua?!
Tentu saja, Ren He juga sangat paham, jika benar-benar mudah menemukan yak liar, kemungkinan besar sudah lama dibantai habis oleh geng pemburu ilegal.
Kakak Yak, cepatlah datang minum ke tepi danau... Ren He menjatuhkan diri kembali ke lubang pasir sambil mempersiapkan diri untuk tidur.
Namun tepat di saat ini, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki dari kejauhan: Bunyi sepatu boots keras menginjak pasir yang bergemerisik.
Ren He seketika bangkit tanpa suara dan bersembunyi di balik patung tanah liat aneh hasil erosi angin di bukit pasir, patung-patung alami ini menjadi bunker alami di gurun tandus.
Siapa yang mungkin datang saat ini? Orang-orang Li Kun jelas-jelas masih di barak militer, hal ini Ren He yakin betul.
Hanya 2 orang yang tidak berada dalam regu, yaitu dua pria kekar yang tulang rusuknya patah akibat kepalan tangannya. Namun Ren He tidak mengira keduanya bisa mengikuti regu. Ia yakin dengan kontrol kekuatan pukulannya - dua "anak-anak" itu mustahil turun dari tempat tidur dalam 3 bulan tanpa berbaring total.
Siapakah itu? Ren He mengerutkan kening. Bahkan ia memperlambat tarikan napasnya untuk mendengarkan arah dentang langkah kaki itu.
"Sudah dekat, pelan-pelan," seseorang berbisik. Ren He memperkirakan hanya ada 3 orang dari suara langkahnya, dan seharusnya bukan bagian dari kelompok Li Kun. Jika dari kelompok yang sama, tanpa perlu berhati-hati seperti ini.
Di Padang Gurun ini masih ada dua geng pemburu ilegal lain. Satu dipimpin Li Longfei, satunya lagi oleh Chen Guofeng. Menurut data dari Steve, mereka adalah orang-orang tangguh di wilayah _No Man's Land_ ini, masing-masing membawa kekuatan tembak yang mengesankan.
"Apakah mungkin dua kelompok lain marah karena Li Kun nekat memasuki wilayah mereka? Lalu tiga orang yang diam-diam mendekat ini, dari pihak manakah mereka?"
Sorot mata Ren He dengan rekaman visual super sekilas melihat tiga pria berpenampilan garang merangkak naik bukit pasir dan mengarahkan pandangan ke barak militer Li Kun. Namun Ren He bisa melihat mereka, sementara mereka tak mampu melihat Ren He.
"Sialan, Li Kun dan kroni benar-benar nekat, berani berburu di wilayah kita!"
"Mereka sedang memburu apa? Sepertinya bukan burung alap-alap kawah," seseorang bertanya dengan rasa ingin tahu.
"Jangan-jangan menunggu kijang dan yak datang minum? Bodoh sekali! Masih ada yang berburu yak sekarang? Kayaknya otak Li Kun udah diinjak keledai!"
Setelah tren berburu alap-alap kawah muncul, memburu yak menjadi kegiatan selingan seperti tulang ayam.
Belum lagi permintaan besar dari orang kaya Timur Tengah, di dalam negeri sendiri pun permintaan tetap lumayan.
Berapa harga elang di dalam negeri? Sebenarnya tidak mahal sama sekali. Anak elang betina sekitar 1 jin 2 tael, jantan sekitar 1 jin. Harganya 600 Yuan. Ini harga elang muda. Cukup beri 2 tael daging sapi per hari untuk merawatnya, tapi risikonya banyak yang mati.
Makanya pemburu liar di sini kalau ketemu elang muda lebih memilih dijual di dalam negeri. Soalnya Timur Tengah tidak mau elang muda jenis ini, mereka cari elang buruan level tinggi yang sudah terlatih.
Proses melatih elang ini sama sekali bukan pekerjaan yang mudah.
Melatih elang berarti membuatnya tidak makan dan tidur dalam waktu lama, cuma dikasih air lewat selang. Pelatih harus menatap tajam selama beberapa hari, karena beberapa elang bisa tidur dengan satu mata terbuka. Begitu mengantuk, harus digoyangkan sampai bangun.
Kadang satu orang tidak sanggup jaga terus, harus bergiliran beberapa orang.
Tentu ada metode yang lebih brutal: dalam kondisi ini tingkat kematian burung alap-alap sangat tinggi. Daging dibungkus rami atau bulu lalu diberikan ke elang untuk memicu gerakan perut terus-menerus sehingga elang merasa lapar. Setelah lebih dari sepuluh jam, elang dimuntahkan kembali rami dan bulu tersebut. Teknik ini disebut "melemparkan sumbu". Dalam beberapa hari, energi elang terkuras dengan cepat dan perlahan keangkuhannya berkurang dibanding sebelumnya.
Dalam film _No Man's Land_, beberapa ekor alap-alap diberikan sekaligus. Namun tidak semua bisa hidup sampai ke tangan orang kaya. Hanya alap-alap terlatih yang bernilai 1 juta dolar AS.
Dalam rantai industri ini, ada yang menerima barang, ada spesialis pelatih elang, ada yang mengkoordinasi di luar negeri, serta bernegosiasi dengan klien kaya.
Selain itu, karena rantai ini beroperasi secara sembunyi-sembunyi, tingkat kesulitan penindakannya sangat tinggi.
"Tapi apapun kesulitan proses bertahan, begitu berhasil, pasti lebih menguntungkan daripada berburu yak. Makanya sekarang semua ogah membunuh yak—buang waktu. Gerombolan yak ini belum tentu kapan kembali ke danau untuk minum. Lagipula yak lebih paham gurun ini daripada manusia. Ada sumber air yang tak diketahui manusia, tapi mereka tahu."
"Sedangkan urusan berburu falcon, sekilas terlihat sulit, tapi sebenarnya cuma pakai burung sebagai umpan, lalu tunggu elang menyambar. Tingkat keahlian teknis malah lebih rendah, bahkan tak perlu menembak."
"Ayo, kembali laporkan ke Lao Da! Li Kun dan kroni nekat masuk wilayah kita. Hal ini tak boleh dibiarkan! Nanti tersebar kabar kita mudah diinjak-injak, malu dimana?"
Ren He memahami pola pikir ini. Bagaimanapun, kalau semua bisa seenaknya berburu di wilayahmu, lama-lama orang akan merasa bisa semena-mena datang. Begitu aturan jadi rusak.
Dunia abu-abu bukan tanpa aturan, hanya memiliki standar tersendiri.
Namun tiba-tiba di tengah jalan mundurnya ketiga orang itu ada yang berkata: "Kenapa mobil mereka tidak berhenti bersama? Li Kun si bocah itu juga mulai jago, beli mobil bagus. Aku lihat mobil offroad-nya sudah dimodifikasi, kira-kira harganya sampai jutaan ya? Kita curi saja mobilnya, anggap saja mengambil bunga, gimana?"
Wajah Ren He yang bersembunyi di tempat tersembunyi langsung menjadi hitam. Mana ada Li Kun punya mobil offroad, semuanya cuma pikap tua!
"Itu mobil gue!"
