Saat memarkir mobil, Ren He sudah mempertimbangkan kemungkinan terdeteksi, sehingga menyembunyikannya dengan cukup baik. Tapi dia tidak tahu seberapa familiar para pemburu liar ini dengan medan lokasi kegiatan utama, juga tidak tahu dari arah mana lawan akan datang. Bisa dikatakan informasi yang dia peroleh masih belum cukup.
Tapi para pemburu liar ini mungkin tidak tahu seperti apa bentuk mobil mereka sebenarnya. Jika sampai bisa dicuri, benar-benar sia-sia menghabiskan uang sebanyak itu. Hanya saja, kalau ketiga pencuri mobil ini gagal mencuri lalu marah dan menghancurkan mobilku, harus ku kontrol ke mana mencari keadilan?
Karena itu Ren He harus segera menyelesaikan masalah ini, lalu memindahkan mobil ke lokasi lain.
Bagaimana menyelesaikannya? Untuk membuat ramuan muntah tingkat lanjut menjadi skill tetapku, membunuh sama sekali tidak boleh dilakukan.
Lagipula saat ini di barak militer Li Kun semua masih belum tidur. Jika aku menembak, dikhawatirkan akan mengguncang Li Kun dan membuat mereka langsung mundur. Lalu bagaimana misiku bisa terselesaikan?
Maka hanya ada satu cara...
"Eh... Tunggu sebentar!" Ren He melangkah keluar dari persembunyian, berbisik menghentikan ketiga "orang" yang sedang bersemangat berunding soal mencuri mobil itu.
"Siapa?" Orang di depan menoleh tegang mendengar suara orang luar, menekan suara bertanya. Postur ketiganya aneh, tangan telah memegang senjata masing-masing. Ren He menyadari tak ada jejak senjata api di tubuh trio ini. Rupanya bahkan dalam geng pemburu ilegal, manajemen senjata sangat ketat.
Keketatan ini kemungkinan merupakan langkah antisipasi agar anak buah tidak berkhianat.
Mereka mengira orangnya Li Kun. Di bawah cahaya bulan, trio ini memandang orang di hadapan mereka lalu saling pandang bingung... Apakah ini manusia liar dari gurun _No Man's Land_? Tidak juga, pakaiannya masih terlihat bukan sekedar kain sembarangan. Lagipula belum pernah ada kabar tentang manusia liar di sana. Tapi raut wajak orang ini... Brengsek hitam banget!
Ren He memperhatikan ekspresi ketiganya. Ia mengisap giginya dengan geli di selangkangan. Apakah dirinya sudah sampai level dikotori sampai membuat orang saling pandang begini...
“Jangan bergerak,” Ren He berkata dengan tenang, “Kalian bertiga tinggal di sini selama 2 jam, gue jamin kalian aman. Kalau tidak...”
Sebelum Ren He selesai bicara, ketiganya sudah tertawa kecil, “Dia bilang apa? Hahaha, ini lelucon terbaik yang pernah gue dengar dalam beberapa tahun.”
Salah satunya tertawa lancang, “Hei, elo gila ya? Cuma sendirian aja.”
Mereka yakin ini bukan orang Li Kun. Kalau iya, kenapa harus berbisik-bisik seperti mereka? Ketiganya mencabut golok dari pinggang dan perlahan mendekati si manusia liar ini. Rencana awal mereka adalah kembali membawa pasukan untuk menyergap kelompok Li Kun. Kalau sampai ada yang menggagalkan rencana ini, pasti bakal berabe.
Ren He menyadari ketiganya tak mungkin diajak kerja sama. Dengan pasrah, tangannya meraih kantong pinggangnya.
Seketika ketiganya panik. Jangan-jangan di pinggangnya ada senjata? Suasana langsung mencekam!
Tapi yang dikeluarkan Ren He dari pinggangnya adalah...
“Hahaha, brengsek! Ternyata cuma senter kecil!”
“Nyaris mati ketakutan! Kukira dia mau mengeluarkan pistol!”
“Sudahlah, pukul sampai pingsan dan bawa pergi. Jika tidak memungkinkan, bunuh saja,” seseorang berkata dingin.
Namun ketika ketiga orang itu kembali memalingkan wajah dengan cemberut kejam ke arah Ren He, senter kecil tak mencolok itu tiba-tiba memancarkan cahaya yang tak terpercaya...
Di area barak militer Li Kun, saat semua sedang duduk mengelilingi api unggun sambil minum arak dan berbincang, tiba-tiba terlihat pilar cahaya putih raksasa menyorot miring ke angkasa jauh. Sinar putih itu begitu dahsyat hingga seolah-olah seluruh padang liar diterangi...
“Apa ini?” teriak Li Kun sambil menepuk pantatnya berdiri dan menatap ke arah bukit pasir, tak tahu apa yang terjadi di baliknya.
“Waduh, ini bukan penampakan harta karun agung dari legenda?!”
Sungguh, cahaya ini terlalu mistis! Terangnya benar-benar tak terbayangkan! Bahkan lampu sorot biasa sama sekali tak bisa menandingi kecerahan ini.
Selain itu, cahaya itu hanya bersinar sebentar lalu langsung menghilang.
Lalu terdengar suara dari balik bukit pasir di kejauhan: "Waduh, ini apa! Aku buta!"
"Waduh, aku juga buta!"
"Aaaaa, aku juga buta! Tidak bisa melihat apa-apa!"
Li Kun dan yang lain saling pandang mendengar teriakan itu, lalu buru-buru mengajak orang menuju ke sana. Jika ada orang di situ, berarti ini seharusnya bukan peristiwa supranatural.
Tadi, tiga orang ini hendak mengepung Ren He. Tapi saat senter dinyalakan, pandangan mereka langsung dipenuhi putihnya salju, sama sekali tak bisa melihat.
Ren He bahkan melemparkan tiga botol ramuan air mata ke mereka. Wajah mereka basah oleh air mata, mengira diri mereka benar-benar buta!
Andai mereka tahu senter ini memiliki kekuatan sehebat ini, siapa brengsek yang akan menatap langsung? Lagi pula, siapa brengsek yang menyangka senter kecil begini bisa se-tak terkalahkan ini?
Secara logika brengsek, ini senter? Ini pasti jenis baru flashbang portabel ya? Bertiga sampai merasa brengsek melihat matahari dari jarak dekat!
Bertiga mengompol dan kencing merangkak absurd ke arah jauh, hasilnya penglihatan kabur, belum lari beberapa langkah sudah tersandung semua.
Ren He merenung, ketidakpastian tingkat ini seharusnya tidak mempengaruhi obsesi Li Kun pada 10 juta tunai. Kalau senjata api mungkin berbeda, karena senjata dianggap sangat berbahaya dalam persepsi orang.
Sekalipun Li Kun sementara menyerah atau ganti lokasi, dirinya bisa terus menyelinap mengikuti. Tapi bagaimana jika ban mobilnya ditusuk bertiga ini? Harus berjalan kaki keluar? Berapa lama jalan kaki?
Kalau benar-benar darurat, lebih baik gunakan hak imunitas untuk membatalkan misi daripada harus berjalan kaki yang menyiksa.
"Bagaimanapun juga kejadian sudah terjadi, kabur dulu baru dipikirkan kemudian," Ren He tidak peduli dengan nasib ketiga orang ini jika jatuh ke tangan Li Kun. Siksaan fisik diperkirakan tak terhindarkan, tapi nyawa pasti takkan melayang. Lagipula mereka punya backing, kalau sampai membunuh, bukankah itu akan memicu konflik tak berujung?
"Kita semua kan cuma cari duit, buat apa ribut-ribut?" Ren He yang kini sudah cukup memahami karakter dan pola pikir mereka ini segera lari ke arah mobilnya. Setelah memindahkan mobil ke lokasi persembunyian baru, barulah ia kembali untuk mengamati situasi.
Ketika Li Kun dan kawanan sampai di balik bukit pasir setengah kilometer jauhnya, yang mereka temukan hanyalah tiga anak bawang yang mengira dirinya buta, merangkak tak tentu arah di tanah sambil menangis tersedu-sedu...
"Brengsek... Bukannya ini anak buah Li Longfei?" seseorang mengenali identitas sebenarnya ketiga orang itu.
"Ada apa dengan mereka?!" Seorang anggota di samping Li Kum bertanya dengan geli di selangkangan.
"Semua orang memandang ke sekeliling tapi tak juga mengerti sumber cahaya tadi sebenarnya apa..."
Seorang pria kekar menghampiri seseorang yang sedang menangis di tanah, menjambak kerahnya dengan geram: "Kalian ngapain di sini? Apa Li Longfei yang menyuruh? Cahaya tadi itu apaan?!"
"Senter! Itu cuma senter!" orang di tanah itu menjerit sambil terisak: "Senter kecil!"
Li Kun dan yang lain terpana... Kalian anggap gue mudah ditipu ya? Senter brengsek bisa seterang itu? Kalian yang bodoh, atau menganggap kami tolol?!
Bagaimanapun, Li Kun dan kawan-kawan tetap tak percaya cahaya tadi berasal dari senter!
