Rombongan gerbong mendekat dari kejauhan. Tingkat keusangan lima pikap tua itu membuat seluruh kru film yakin mereka takkan pernah menyetir mobil seperti itu seumur hidup. Tapi justru mobil-mobil ini terlihat lebih cocok dengan Padang Gurun yang tandus, bagai binatang buas yang berlarian di hamparan pasir.
Koordinator produksi buru-buru menyuruh staf mengamankan peralatan. Perlu diketahui, kamera profesional mereka satu unit saja harganya setara mobil mewah. Jika sampai hancur, takkan ada tempat untuk menangis.
Karena satu minggu bersama membuat bos toko hitam punya banyak kesan baik pada Zhang Ming dkk, ia buru-buru memberi peringatan: "Sutradara Zhang, bagaimana kalian mundur ke tenda dulu? Malam nanti setelah mereka makan, saya akan masak untuk kalian. Mereka paling cuma tinggal semalam di sini, besok bisa lanjut shooting."
Sebenarnya bos toko hitam juga khawatir gerombolan Li Kun akan mengacaukan bisnisnya. Meski Li Kun dkk pelanggan langganan, tapi Zhang Ming dkk untung jumlahnya banyak. Jujur saja, kalau Zhang Ming tinggal sebulan di sini, pengeluarannya bisa setara dengan pengeluaran Li Kun selama setengah tahun.
Siapa yang mau bermusuhan dengan uang?
Awalnya bos toko hitam masih ingin mengandalkan harga dirinya agar kru film Li Kun bisa rukun. Tapi setelah dipikir-pikir, harga dirinya di depan geng pemburu ilegal bersenjata ini sama sekali tak ada artinya!
Di samping bos toko gelap, Zhang Ming mengangguk, Ia tahu niat bos ini baik: "Baik, saya akan mengumpulkan semua ke tenda sebelah sana untuk istirahat sebentar, baru mulai syuting lagi setelah mereka pergi."
Dalam sekejap, semua orang terpengaruh aura lima mobil ini, buru-buru mengikuti arahan Zhang Ming menuju tenda sebelah sana. Yang perlu melatih dialog terus berlatih, sementara Zhang Ming berpikir, lebih baik manfaatkan waktu ini untuk menata ulang skenario. Jika masih ada sisa waktu malam nanti, akan berdiskusi lagi dengan Chen Da, Liu Erbao, Li Shuaizhen, serta artis perempuan bernama Li Ting tentang skenario, mengingat empat orang ini memegang porsi cerita terbesar dalam film ini.
Li Ting ini sama sekali tidak cantik, sehingga reputasinya tak dimiliki. Untungnya pada tubuhnya terdapat aura unik dan akting yang luar biasa, baru bisa terus numpang lewat di dunia hiburan ini.
Awalnya semua heran mengapa Sutradara Zhang memilih gadis seperti ini sebagai tokoh utama perempuan. Namun belakangan baru paham, ternyata tokoh utama perempuan dalam skenario ini memang tidak boleh terlalu cantik.
"Gadis yang dijual ke sini lewat pernikahan palsu di Padang Gurun, kalau cantik kayak dewa, ini bukan film yang serius. Penonton pasti keluar dari imaji."
Saat semua orang memindahkan barang ke tenda, terlihat 10 orang turun dari mobil. Sebagian mengenakan jaket kulit hitam pekat, sebagian lagi jaket kulit cokelat yang kotor hingga menghitam, dengan baju-baju penuh jejak badai pasir.
Sekilas, kelompok ini tampak biasa saja. Tak jelas mengapa Sutradara Zhang menghindari mereka. Tapi setelah diamati lebih seksama, terasa aura yang berbeda.
Tatapan dingin ke sekeliling dari kesepuluh orang ini memancarkan kegarangan yang tak terbayangkan oleh bunga-bunga rumah kaca perkotaan di lokasi syuting.
"Golok. Mereka bawa golok," bisik Li Shuaizhen. "Golok kukri, sudahlah diasah. Bukan sekedar buat gertak sambal."
Li Kun dan Zhang Ming saling memandang dari kejauhan, kemudian merapikan jaket kulitnya dengan tangan, memalingkan kepala ke arah bos losmen hitam yang menyambut sambil berkata dingin: "Ada apa?"
"Mereka adalah kru film dari ibukota, ke sini untuk syuting film tentang perburuan liar," jelas bos losmen hitam.
Perburuan liar? Film?
Kesepuluh orang yang dipimpin Li Kun saling berpandangan, lalu Zhang Kuang tertawa terbahak-bahak. Ternyata mereka sedang membuat film tentang perburuan liar! Bukankah kami sendiri pelaku perburuan liar?
"Haha, harusnya gue yang mainin peran utama, akting natural! Lebih baik lagi kalau ada adegan ranjang dengan pemeran wanita utamanya," ujar seorang anggota sambil melirik sinis ke arah banyaknya staf perempuan di lokasi syuting, tatapannya semakin lancang.
“Diam! Kau cari mati ya?” Li Kun berkata dingin. Bodohnya ini sampai lupa diri membeberkan identitas. Meski mereka menguasai wilayah perburuan liar di sini, bahkan orang tolol pun tahu: jika pemerintah benar-benar nekat mencari petunjuk untuk mengepung mereka, takkan ada yang lolos.
Bukankah raja-raja perburuan liar yang terjebak di parit Hoh Xil itu contoh nyata pengalaman buruk sebelumnya?
Ia mengamati ekspresi pihak syuting. Jarak kedua kelompok sebenarnya cukup jauh, mungkin mereka belum mendengar.
Wajah kru syuting berubah pucat. Mereka memang tak dengar ucapan pria itu, namun golok di pinggang dan tatapan tak senonohnya membuat semua hati berdebar: Jangan-jangan ini bertemu kawanan penjahat?
Tapi Li Kun dkk malah mengabaikan mereka. Langkahnya terus menuju kedai: “Siapkan air mandi hangat! Bapak-bapak mau mandi. Panggang daging domba cepat! Jangan sampai ku marah.”
"Baiklah, Tenang saja Tenang saja," pemilik warung gelap menjawab dengan senyum menjilat.
Saat jam menunjukkan pukul 10 malam, botol-botol arak berserakan di sekitar kelompok Li Kun, namun pesta minum mereka tak kunjung usai seolah hendak terus hingga fajar.
Kru film di luar hanya bisa memeluk lutut sambil menatap penuh keinginan ke dalam warung gelap. Setelah seharian bekerja, perut mereka sudah keroncongan hebat!
"Menurutmu kelompok macam apa ini? Keluar dari Padang Gurun, jangan-jangan mereka pemburu liar?"
"Kok nggak selesai-selesai ini? Aku sudah kelaparan! Tadi sempat bawa camilan..."
Sebenarnya hampir semua orang membawa camilan, tapi setelah seminggu ditugaskan di sini, persediaan sudah habis!
Sekarang semua orang menanti dengan perut keroncongan hingga kelompok di warung gelap selesai makan, agar pemilik warung bisa memasak untuk mereka. Ternyata mereka menunggu hingga lewat pukul 10 malam.
"Bagaimana kalau kita coba berunding dengan mereka? Soalnya mereka juga sudah hampir selesai makan. Tak akan mengganggu kalau bos mulai memasak untuk kita, kan?" seseorang mengusulkan.
Chen Da melirik Zhang Ming. Zhang Ming menatap tatapan penuh harap semua orang di sekitarnya: "Baik, Chen Da, kita berdua yang akan bicara dengan mereka."
Sejujurnya, Zhang Ming juga enggan berinteraksi dengan kelompok ini. Tapi sebagai sutradara dan pemilik produksi, jika di saat seperti ini ia tak berani membela stafnya, dikhawatirkan kedepannya akan muncul ketidakkompakan dalam kerja tim.
Bukan berarti Zhang Ming dan krunya pengecut. Faktanya, lawan membawa golok dan jelas bukan orang sembarangan. Berkonflik dengan mereka dalam situasi seperti ini jelas tindakan bodoh.
Berantem bukanlah keahlian mereka. Seandainya orang-orang di kedai hitam itu menggodai staf perempuan, mungkin aksi heroik masih ada artinya. Tapi rupanya pihak lawan juga cukup menahan diri, tak melakukan hal-hal seperti itu.
“Sutradara Zhang, lebih baik jangan ikut,” Li Shuaizhen menghalangi Zhang Ming: “Aku pergi bersama Guru Chen saja.”
Beberapa gadis ikut menyahut: “Iya, Sutradara Zhang jangan pergi.”
Li Shuaizhen tak menunggu jawaban Zhang Ming, langsung menarik Chen Da menuju toko gelap di seberang jalan. Bukan untuk pamer keberanian, tapi sebagai orang yang tahu membalas budi. Zhang Ming sudah begitu baik padanya, dia tak bisa membiarkan sutradaranya mengambil risiko.
