Sorot mata para gadis mengikuti punggung Li Shuaizhen dan Chen Da yang sedang berjalan menuju toko gelap, penuh kekaguman. Tiba-tiba di ujung jalan raya, sebentuk cahaya muncul mendekat dengan cepat. Deru dahsyat mesin offroad memecah kesunyian malam di padang gurun.
Chen Da secepat kilat menarik kembali Li Shuaizhen. Jalan Raya 217 yang sepi di malam hari ini tiba-tiba didatangi mobil offroad tak biasa. Bisa jadi berkaitan dengan orang-orang di dalam toko.
Mereka pernah menduga bahwa grup ini sangat mungkin adalah geng pemburu ilegal sejati di _No Man's Land_, peran palsu pedagang falcon mereka sendiri jika dibandingkan malah terlihat kurang.
Sebenarnya, Chen Da sejak siang hari diam-diam mempelajari grup ini setiap ada kesempatan, bahkan bisa dibilang mereka memberinya banyak inspirasi.
Peran yang harus dimainkan Chen Da adalah kriminal pemburu ilegal pedagang falcon, sekarang ada template kegarangan langsung yang bisa dipelajari, mengapa tidak?
Mobil yang melesat dengan cepat ini, siapa gerangan? Hanya lewat? Ataukah legenda pembeli level atas perburuan liar?
Chen Da melirik ke seberang, terkejut melihat grup di kedai hitam itu berdiri serempak seperti menghadapi musuh besar setelah melihat bayangan mobil!
Dengan keyakinan, pasti ada hubungan antara kedua pihak, kalau tidak grup ini takkan bereaksi demikian. Tapi siapa sebenarnya yang mampu membuat pria bergolok garang ini harus merespons dengan serius?
Sebuah mobil offroad biasanya berkapasitas 5 penumpang. Meski ada 5 orang di dalamnya, mana mungkin bisa menjadi lawan dari 10 orang di sini?
Saat Chen Da terus berspekulasi dalam hati, ia menarik Li Shuaizhen untuk mengundurkan diri. Dia tak ingin terlibat dalam masalah rumit ini.
Di sisi Li Kun, ketika melihat mobil itu, dia memberi isyarat dengan menoleh. Dua pria segera menuju ke pikap usang dan mengeluarkan dua bungkusan kertas minyak dari lapisan rahasia di bawah bagasi - tak besar, ukurannya mirip pistol.
Ekspresi Li Kun semakin dingin. Bertemu sniper yang nekad melindungi yak di padang gurun sudah merupakan nasib sialnya. Tapi bertemu sniper tak dikenal bukan berarti Li Kun akan berbaik hati! Di wilayah ini, dunia abu-abu tetap di bawah kendalinya!
Uang muka satu juta itu takkan dia kembalikan. Jika si bocah itu membawa lebih banyak uang tunai di tubuhnya, semuanya akan menjadi miliknya juga.
"Sudah lama menjalankan bisnis perburuan liar di Padang Gurun ini, baru pertama kali Li Kun pulang dengan tangan hampa. Karena tak punya keyakinan untuk membalas dendam pada sniper itu, maka dilampiaskan amarahnya pada orang lain. Pokoknya tidak boleh dirugikan sendiri!"
"Selain itu, Li Kun masih memikirkan dua hal. Pertama, jika pemuda ini membawa sisa 9 juta RMB uang tunai di mobil, bukankah itu akan menguntungkannya?"
"Hal kedua adalah... Mengapa begitu keluar dari Padang Gurun, pihak lawan langsung muncul di pintu rumahnya?"
"Periksa tas yang berisi uang itu, lihat apakah ada masalah," perintah Li Kun.
"Hasilnya, seorang anak buah membongkar tas tangan tersebut. Kurang dari 2 menit, dia mengambil golok dan membuka kantung rahasia di lapisan terdalaman, mengeluarkan sebuah kancing bundar kecil."
"Melihat pemandangan ini, ekspresi wajah Li Kun semakin muram. Apakah sniper itu benar-benar ada hubungan dengan pemuda ini? Tapi pihak lawan membayar untuk membeli tanduk yak, malah mencegah kita... Logika ini tidak masuk akal!"
Jika benar sang sniper membunuh semua orang sekaligus, Li Kun merasa itu baru masuk akal. Namun nyatanya, sang sniper lebih memilih menghancurkan senjatanya daripada membunuh.
Petunjuk-petunjuk dalam pikiran Li Kun mulai kacau...
Mana dia tahu kalau di samping Ren He ada Sistem Hukuman Langit yang terus-menerus menciptakan masalah tak terduga? Sejujurnya, Ren He sendiri juga bingung dengan si tukang onar ini!
Di lokasi syuting, kru film memperhatikan sepuluh orang di kedai gelap itu yang sudah berhenti minum arak. Semua terlihat serius, tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yang pengecut langsung bersembunyi di dalam tenda, mengintip diam-diam.
Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi.
Saat mobil offroad itu semakin mendekat, di antara kerumunan kru syuting, mulut Liu Erbao terbuka semakin lebar!
Brengsek, mobil offroad ini terasa sangat familiar ya? Waktu itu setelah Ren He mengambil mobilnya, semua modifikasi dibantu Liu Erbao yang cari tukang. Kalo bukan Ren He, mungkin Liu Erbao yang paling ngerti mobil ini...
"Waduh... kali ini mainnya sampai segini besarkah?" Liu Erbao bergumam lirih.
Li Shuaizhen di sampingnya penasaran, berbisik: "Kak Erbao, bilang apa tadi?"
"Gak ada..." Liu Erbao merasa agak kesel...
Seseorang di sebelah bergumam: "Menurut kalian, apa bakal ada lima pria bertubuh besar lompat dari mobil dan berantem sama grup orang di black shop itu?"
"Di dalam kan ada 10 orang, 5 orang mana cukup?"
"Kalau dipaksakan duduk, mobil ini mungkin bisa muat 7 orang... mobil offroad kan luas."
"Kita mingkem jauh-dikit nanti, kalau-kalau mereka mau menghabisi semua saksi, kita lari ke padang gurun terpisah-pisah."
"Lupakanlah," Li Shuaizhen dengan sikap meremehkan: "Kita ada lebih dari 80 orang, mereka mau menghabisi semua saksi? Kau pikir lagi syuting film? Tusuk satu-satu pakai golok, sampai kapan baru selesai?"
Sebenarnya semua hanya bercanda untuk meredakan ketegangan, dalam hati mengakui kebenaran perkataan Li Shuaizhen. Meski tempat ini sepi, tapi bukan area tak bertuan. Di seluruh negeri sekarang mungkin tak ada penjahat gila seitu.
Persis saat itu, mobil offroad berhenti di depan kedai gelap, mesinnya mati.
Dalam kegelapan malam, cahaya dari dalam kedai gelap kontras tajam dengan kegelapan di luar, seolah komposisi master kamera telah mengatur semuanya.
Mobil offroad di luar yang tadi bergerak gesit kini diam total, sementara orang-orang di dalam kedai meneliti dengan fokus, golok telah terhunus.
Seluruh kru produksi menahan napas. Tak seorangpun tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Pintu mobil terbuka, semua orang melihat seorang pemuda sendirian melompat turun dari mobil, lalu berdiri di tengah jalan dengan tenang mengamati sekeliling. Seolah seorang diri di tengah jalan, ia memisahkan kedai hitam di barat Jalan Raya 217 dengan lokasi syuting di timur. Pandangan semua orang di kedua sisi jalan raya tertumpu padanya...
Jalan raya itu tidak terlalu lebar, hanya dua jalur.
Ren He berdiri di tengah jalan. Ia memalingkan wajah dengan tenang ke arah Zhang Ming, Liu Erbao dan yang lain, tanpa bicara lalu berbalik perlahan memasuki kedai hitam, mendekati gerombolan pemburu ilegal yang sedang makan barbekyu di tempat terbuka.
Zhang Ming dan Liu Erbao adalah orang-orang cerdas. Sekilas pandangan itu - tanpa salam pengakuan - membuat mereka paham: Ren He tidak ingin mereka menyapanya.
Ini adalah bentuk kecocokan hati yang paling sederhana.
Liu Erbao menelan ludahnya dan berbisik, "Sutradara Zhang, masih ingat tidak? Seminggu lalu bos kedai gelap itu bilang di _No Man's Land_ tiba-tiba muncul sosok kejam yang bisa memukul orang hingga terbang ke udara dengan sekali tinju. Waktu itu kita semua tidak percaya, mengira mana mungkin ada sosok jempolan seperti itu di dunia. Pasti si bos kedai gelap itu cuma berkoar-koar, tapi... sekarang aku percaya!"
