"Sekarang aku percya."
Zhang Ming mengecap perlahan-lahan lima kata itu. Sejak kemunculan Ren He hingga saat Liu Erbao menyebut legenda kosong yang disebut bos kedai gelap seminggu lalu, lima kata Liu Erbao ini bagai catatan kaki untuk pemuda yang masuk sendirian ke kedai gelap itu. Seolah-olah selama itu sang pemuda, tak ada hal mustahil yang tak bisa terjadi.
Zhang Ming dan yang lain tak tahu mengapa Ren He muncul di sini, juga tak paham kenapa ia punya hubungan dengan kelompok pria garang ini. Bukankah dia bilang tidak akan ikut lokasi syuting ke Karamay? Tapi akhirnya secara misterius muncul di tempat ini.
Semua ini, Zhang Ming dan Liu Erbao tidak akan pernah mendapatkan jawaban. Tiba-tiba saja mereka yakin, pemuda kejam yang bisa membuat orang terbang ke udara dengan satu kepalan tangan, kemungkinan besar adalah orang ini.
"Kok cuma sendiri?" seseorang berbisik penuh keheranan, "Satu lawan sepuluh? Tidak realistis!"
Namun yang pernah melihat bos besar Qinghe di lokasi syuting ini, tak hanya Zhang Ming dan Liu Erbao...
"Ini... ini bos kita!" seseorang berkata tak percaya kepada anggota baru Qinghe Pictures yang belum pernah melihat Ren He.
Awalnya, kru lama Qinghe Pictures pergi ke Chongqing untuk shooting _Crazy Stone_. Saat itu Ren He sempat tinggal beberapa hari di lokasi syuting. Ketika Zhang Ming dan kawan-kawan tiba, Ren He-lah yang menjemput mereka.
Jadi wajar saja jika ada yang pernah melihat Ren He. Kini di tempat yang tak terbayangkan ini, mereka menyaksikan sosok yang tak terbayangkan sedang terlibat dalam peristiwa yang tak terbayangkan.
Semua ini terasa terlalu penuh keanehan.
Staf lama Qinghe yang pernah menyaksikan bos besar adalah seorang pemuda bersih. Saat di perusahaan, ia sering bercanda dengan semua orang. Ketika bermain Dota, ia bisa menghajar para maestro hingga menyerah. Di pertemuan tahunan, dengan pedang menunjuk tajam, ia berani menantang posisi terpandang industri. Lebih dari itu, dengan keberanian visioner, ia membawa Kelompok Qinghe membuka wilayah baru.
Namun apapun penampilannya sebelumnya, semuanya berbeda dengan sekarang. Bos besar yang saat ini berada di gurun tandus, seorang diri dengan mobil offroad, bagaikan sosok dalam film.
Meski lawan memiliki 10 orang yang siap bertarung, tubuh tegak sang pemuda yang tak berotot itu justru bagai gunung kokoh menghadang jurang.
Chen Da menggerakkan tubuhnya, seakan ingin menyerang untuk membantu. Zhang Ming menariknya: "Jangan bodoh! Sudah jelas bos tidak ingin kita terlibat dalam kejadian ini. Jangan kita kacaukan rencananya!"
Chen Da masih gelisah ingin bergerak. Meski tak tahu mengapa bos besar muncul di sini, ia sama sekali tak ingin terjadi sesuatu pada orang itu.
Zhang Ming memalingkan wajah ke kru film di belakangnya yang sedang menyembulkan kepala mengintip: "Setelah ini semua harus menandatangani perjanjian kerahasiaan, menerima uang kompensasi kerahasiaan 10.000 yuan. Siapa yang bocorkan kejadian hari ini, jangan salahkan Lao Zhang berubah sikap dan tidak mengakui siapa pun."
Sebenarnya di antara orang-orang yang hadir, Zhang Ming-lah yang paling paham situasi. Tidak peduli nanti apakah kelompok kami bisa membantu atau tidak, yang penting bantu bos besar membersihkan urusan sampingan dulu.
Faktanya Ren He cukup terkejut melihat kru film di sini. Telepon satelit barunya tidak diberitahukan ke siapa pun selain Li Kun dan Yang Xi, jadi sama sekali tidak tahu kalau Zhang Ming dan timnya kebetulan membawa kru film ke Kota Tanpa Malam untuk syuting.
Ia juga baru melihat tenda-tenda di sini saat sedang menyetir tadi, awalnya tidak tahu apa yang terjadi - mungkin ada orang yang berkemah? Bahkan dengan rekaman visual super, Ren He hanya bisa melihat jelas objek dalam 2 kilometer, 5 kilometer sudah melebihi jangkauan kemampuannya. Bagaimanapun, Sistem Hukuman Langit sampai saat ini tidak punya rencana untuk mengembangkannya ke arah manusia super sejati, kemungkinan di masa depan juga tidak akan ada.
Saat akhirnya bisa melihat situasi di sini dengan jelas, siluet Li Kun yang sedang waspada juga terlihat. Berbalik arah sekarang sudah tidak tepat lagi, Ren He terpaksa menjalani rencananya sambil berharap Sutradara Zhang cukup cerdas.
Sebenarnya Ren He tidak bermaksud kembali, toh misinya sudah selesai. Uang 1 juta itu juga tidak pernah ia rencanakan untuk ditarik kembali, jadi pergi begitu saja adalah pilihan terbaik.
Lagipula tidak ada dendam atau konflik dengan Li Kun dkk, lebih baik ia kembali ke ibukota dan mikirin besok sendiri.
Hasilnya saat ia menyetir kembali ke Karamay, tiba-tiba menyadari status "Jika yak mati karena inang, setiap satu kepala yang mati akan membuat inang kehilangan panca indra selama satu bulan" di panel atributnya belum menghilang!
Ini benar-benar brengsek ngaco, misi sudah selesai tapi status ini belum hilang? Meski ini syarat tambahan dari Sistem Hukuman Langit saat menyelesaikan misi, tapi kan misinya sudah beres?
Mungkinkah Sistem Hukuman Langit secara diam-diam menganggap meski Li Kun dkk sudah kugertak pergi, mereka masih mungkin kembali ke Padang Gurun untuk melanjutkan perburuan yak?
Kalau begitu, berarti aku harus menghabisi Li Kun dan kroni-kroninya?
Ren He perlahan memasuki penginapan hitam, tersenyum berkata: "Perjalanan lancar? Barang yang kuminta mana?"
Li Kun duduk di belakang meja dengan tertawa dingin sambil terus menggoreskan goloknya di kaki domba panggang. Seorang preman mengangkat pelacak di meja dan menggeram: "Kau main-main dengan kami?!"
"Menurutmu kalau aku langsung kasih uang muka 1 juta, aku tidak khawatir kalian benar-benar kabur?" Reaksi Ren He cepat, alasan langsung terlontar. Maksudnya ini adalah pencegahan agar Li Kun dan kawanan tidak lari membawa uang, makanya dipasang pelacak.
Namun Li Kun dengan tenang berkata, "Dulu saat jadi Interpol kami juga pernah dilengkapi perangkat penyadap sejenis ini. Tapi teknologi pelacak selalu tertinggal, sementara yang ini jelas berbeda. Lebih dari 30 tahun aku bertemu banyak legenda hidup, jujur sudah kubunuh beberapa. Pernah lihat yang berani pantang mundur, juga pengecut pecundang, tapi belum pernah jumpa sosok seperti kau yang tetap percaya diri menghadapi sekelompok kami. Siapakah kau sebenarnya?"
"Pembeli tanduk yak," jawab Ren He sambil tersenyum lebar.
Di sela bicara, siluet tubuh Ren He tiba-tiba melesat. Gerakannya bagaikan cheetah di padang gersang - diam membisu saat tak bergerak, dahsyat bagai petir saat melancarkan serangan.
Di pihak Li Kun, tak ada yang menyangka seorang diri lawan menghadapi sepuluh orang justru berani memulai serangan lebih dulu! Pemuda yang tampak lugu ini ternyata memiliki karakter sombong seperti ini!
Saat itu juga, dua orang di samping Li Kun langsung merogoh kantong pinggang untuk mengeluarkan senjata. Begitu pemuda ini mencoba melukai orang lain atau hendak menangkap Li Kun, mereka akan langsung menembaknya di tempat.
Sebelumnya semua sudah melihat kemampuan bertarung Lü Xiaotu, jadi tak ada yang berpikir menggunakan jurus bela diri jarak dekat untuk melawannya. Justru karena tahu tingkat kekuatan lawan, Li Kun sejak awal sudah menyuruh mereka menyembunyikan senjata di pinggang.
Tapi yang tak terduga, Ren He sudah melihat semua aksi mereka mengeluarkan senjata sejak masuk radius dua kilometer! Bahkan letak persembunyian senjata di tubuh masing-masing orang jelas terlihat olehnya!
Pria yang paling dekat dengan Ren He mengayunkan goloknya ke arahnya, namun Ren He sama sekali tidak memusatkan pikiran padanya. Saat melintas di sampingnya sekejap, pria itu hanya merasakan kekuatan dahsyat yang berdatangan dari golok. Begitu menyadari, goloknya sudah direbut oleh Ren He yang menggenggam punggung golok dengan gerakan lebih cepat.
Ren He tidak menghentikan aksinya. Dalam proses berlari kencang, golok Kukri terlemparkan dari tangannya dan meluncur langsung ke arah pria yang sedang mengeluarkan senjata api di sebelah kiri Li Kun.
Tanpa teknik melempar yang memadai, golok itu berputar liar hingga bagian gagangnya menghantam lengan pria tersebut. Para maestro yang menyaksikan mengira hantaman gagang itu tak berbahaya, langsung muncul kelengahan. Namun terdengar suara "krak" — lengan pria itu langsung patah tulang!
Sebesar apa kekuatan yang terkandung dalam pukulan itu?
Dan saat itu, Ren He telah menerjang ke samping orang bersenjata lainnya, menghindar dari serangan golok Li Kun sembari melontarkan pukulan ke bahu kanan sang penembak - satu kepalan yang bagai menyimpan kekuatan naga dan gajah!
Dalam kelamnya langit malam bagai tinta, semua orang menyaksikan siluet tubuh penembak itu berputar liar dan terlempar ke belakang.
Legenda itu nyata!
