Ren He menepuk-nepuk debu di tangannya lalu memalingkan wajah sambil tersenyum ke Zhao Si Pangzi yang masih terdiam tak berkutik: "Apa kubilang tadi?"
Zhao Pangzi tidak mengucapkan sepatah kata pun, namun pelatih bela diri di dalam hotel tiba-tiba berkata dengan terpaku: "Apa yang dia katakan sore tadi tentang jago berantem?"
Ini beneran jago level dewa!
Saat mendengar klaim Ren He tentang keahlian bertarungnya sore itu, sang pelatih dalam hati menertawakan kenaifan pemuda yang tak tahu batas.
Namun kini ia menyadari, pernyataan "jago" itu justru merendah!
Sebagai praktisi bela diri sejati yang masih rutin berlatih kuda-kuda dan handstand setiap hari - sesuai prinsip "pondasi menguatkan jurus, kuali besar tingkatkan tenaga" yang merujuk pada teknik handstand.
Sutradara Li tersenyum melihat sosok remaja penuh vitalitas di balik kaca patri: "Dia terlihat sangat muda, mungkin belum 20. Bagaimana menurutmu, Lao Liu? Siapa yang lebih unggul antara kalian?"
Pelatih Liu terdiam lama sebelum akhirnya tersenyum getir: "Tiga jurus saja mungkin takkan kuhabiskan. Ini benar-benar ahli sejati."
Ia adalah yang paling paham di antara yang hadir. Kemampuan pemuda ini dalam menghantam titik vital untuk menaklukkan musuh bisa disebut tak terkalahkan. Begitu si bocah ini berhasil memukulmu, setidaknya separuh kekuatan tempurmu sudah tak bisa dipulihkan.
Dalam perspektif bela diri, ini bukan apa-apa lagi selain kemampuan ilahi!
Apa arti seni bela diri Tiongkok? Apakah untuk pertunjukan? Bukan.
Para ahli era Republik Tiongkok semua menekankan kewibawaan dalam menghabisi musuh. Beberapa yang ekstrem bahkan menyebut jika seni bela diri Tiongkok tidak menyerang area bawah vital, maka itu hanyalah rak bunga dengan kepalan tangan bordir - secara harfiah berarti... "memukul telur dulu saat bertarung..."
Meski tampaknya korban yang tergeletak di tanah tidak mengalami luka berat, Guru Liu paham ini adalah hasil dari sikap mengendur yang ditunjukkan lawan. Seorang ahli sejati yang mampu dengan santai mengalahkan belasan orang, jika benar-benar mengeluarkan aura pembunuh... pori-pori di tubuh Lao Liu langsung berdiri tegak.
Sutradara Li mendengar Lao Liu berkata bahwa dirinya sendiri juga tidak bisa bertahan lebih dari tiga jurus, tatapannya ke luar menjadi penuh makna. Setelah mengamati seksama, pemeran latar ini memiliki aura yang mencolok dan kemampuan bertarung yang luar biasa, apalagi usianya masih muda.
Selera penonton sekarang mulai bergeser ke usia yang lebih muda, aktor yang lebih fresh justru semakin diminati. Sejujurnya alasan dia menyuruh Ren He datang lagi besok ke lokasi syuting sore itu adalah karena Ren He menunjukkan potensi akting yang bagus.
Soalnya aura keberanian prajurit tangguh seperti itu memang tidak bisa diperankan sembarangan orang.
Dalam adegan itu, Jinwuwei adalah pasukan elit pengawal kaisar, salah satu unit terbaik dalam sistem militer. Skenario menulis dengan jelas: kabar angin di dunia persilatan mengatakan setiap anggota Jinwuwei bisa mengalahkan seratus musuh. Kalau penampilan mereka terlalu lemah, drama ini akan cacat besar.
Makanya wakil sutradara sampai panik mencari orang yang cocok memerankan tiga puluh Jinwuwei ini.
Dan Ren He benar-benar memerankan efek yang diinginkan Sutradara Li, ini hal yang sangat langka.
Punya penampilan bagus, kemampuan bertarung melebihi pemain aksi biasa, usia yang dicintai penonton, plus akting yang bisa ditingkatkan - Sutradara Li mengetuk-ngetuk meja sambil merenung.
Zhao Pangzi menarik Ren He dan Jin Xiaolong yang masih bengong buru-buru lari. Sampai di lokasi terpencil, Zhao Pangzi terengah-engah berkata: "Sudah terlanjur berkelahi, tapi hati-hati dengan faksi mereka yang akan menjegalmu. Orang-orang ini suka menindas yang lemah dan takut pada yang kuat. Hari ini kau sudah mengintimidasi mereka, mungkin secara terang-terangan takkan berani macam-macam. Tapi waspadalah dengan jurus licik mereka. Figuran yang terluka saat syuting takkan dapat simpati."
Ren He berpikir sejenak tak mau sok jago: "Tenang, aku akan berhati-hati."
“Kau juga tak perlu khawatir mereka bakal mencabut golok atau lapor polisi. Di kota kecil ini memang begini adatnya. Kalau mereka memukulku dan aku tak bisa melawan, ya aku panik. Aku juga tak akan lapor polisi atau diam-diam menusuk mereka pakai pisau,” Zhao Pangzi menghibur, lalu seolah ingin berbicara tapi mengurungkan diri, akhirnya membuka mulut dan berdecak kagum: “Saudara, kau benar-benar brengsek bisa bertarung ya...”
Jika sebelumnya Zhao Pangzi hanya menganggap Ren He sebagai figuran baru yang baru masuk industri, sekarang dia mulai memperlakukan Ren He layaknya saudara.
Zaman sudah berubah. Orang memandang hina kemiskinan tapi tak menghakimi pelacuran. Istri bisa mengkhianati suami demi nama dan harta, suami juga bisa mengkhianati istri demi masa depan lebih baik dan nafsu. Tak sedikit saudara yang menusuk dari belakang, apalagi tindakan heroik spontan yang fenmao-linjiao (sangat langka).
Zhao Pangzi selalu membayangkan andai ia kurus, bisa memerankan pendekar xiake yang membela keadilan dalam drama wuxia. Bersama kawan-kawan berbakat langit minum arak berbincang hangat, saat kesulitan datang, dirinya atau mereka bisa menghunus pedang untuk saling menolong.
Namun realita itu tulang punggung, tidak ada mimpi indah sebaik ini.
Tapi hari ini, seorang teman yang baru dikenal dua hari tiba-tiba membalaskan luka kecil di wajahku sendiri, menggulingkan belasan orang sendirian! Perasaan ini benar-benar memuaskan!
Seumur hidupnya, Zhao si Gemuk sepertinya belum pernah merasa sepuas ini!
"Kalian tunggu, aku akan beli bir, kita minum di luar!" Zhao si Gemuk bergegas pergi sendirian. Sepuluh menit kemudian ia kembali sambil memikul sekardus bir dan sekantong besar camilan - ceker ayam pedas Paojiao Fengzhua, paha bebek, sosis, dan sejenisnya.
Biasanya Ren He pasti tidak mau menemani minum dengan makanan seperti ini. Tapi kini ketiganya duduk di atas pasir dan kayu kering di luar Kota Utara, meneguk bir diselingi gigitan ceker pedas dan sosis, makan dengan penuh semangat.
Ren He memandang senja di ufuk yang akhirnya tenggelam ke daratan. Menurutnya, hanya dengan segelas arak ini, pengalaman menjadi figuran untuk merasakan kehidupan sudah sepadan dengan perjalanannya.
Zhao Pangzi sama sekali tidak punya toleransi alkohol, setelah minum empat botol bir langsung mulai limbung: "Dulu aku juga ingin jadi figuran spesial atau ikut rombongan syuting, bahkan jadi aktor spesialisasi karakter pun tak apa. Tapi hasilnya bertahun-tahun cuma jadi mayat. Jadi koordinator grup figuran di sini, tujuannya apa? Aku juga punya kepentingan pribadi!"
Zhao Pangzi bersendawa alkohol lalu melanjutkan: "Aku cuma berharap suatu hari kalian ada yang sukses besar dan membawakanku peran dengan dialog! Memang aku punya kepentingan pribadi, tapi siapa yang tidak? Lü Xiaotu, cepatlah jadi aktor sukses! Kalau kau terkenal, perkenalkan aku ke peran yang bisa bicara. Jangan cuma tidur di tanah terus, tukang pijat tunanetra saja bilang tubuhku dingin. Brengsek, tiap hari tidur di tanah mana mungkin tidak kedinginan?"
Jin Xiaolong dan Ren He tertawa terbahak-bahak, keduanya merasakan betul dendam yang terpendam di hati pria gemuk itu.
Sebelumnya Ren He selalu merasa, saat perpisahan si pria gemuk ini akan mengembalikan 200 yuan dan mentraktir makan, meskipun orangnya baik, tapi ini terlalu mulia!
Hari ini perkataan Zhao Pangzi ini membuka jawaban teka-teki, rupanya agar orang ingat kebaikannya setelah sukses, lalu membantu dirinya.
Kelicikan ala kadarnya ini langsung membuat penampilan Zhao Pangzi lebih tiga dimensi, namun sebenarnya Ren He lebih menyukai Zhao Pangzi seperti ini, karena perkataannya benar - siapa yang tak punya kepentingan pribadi di dunia ini?
Orang yang tiap hari mengaku tak punya kepentingan pribadi, justru benar-benar mengerikan.
