Sepagi berakhir, Zhao si gemuk berjongkok di samping Ren He memuji habis-habisan, sampai wajah Ren He memerah kemerahan.
Saat makan nasi kotak lagi, tunjangan Ren He mulai berbeda. Pemain khusus tidak perlu rebut makanan. Ada tenda pelindung matahari sederhana yang sudah dipasang khusus dengan meja tersedia. Kru panggung memberi tahu Ren He untuk makan di sebelah sana menjelang akhir sesi pagi.
Ren He bertanya apakah bisa membawa Jin Xiaolong dan Zhao Pangzi. Tapi jawabannya tidak boleh, akhirnya ia membantu kedua anak itu merebut nasi kotak.
Kru panggung merasa si bocah ini tidak tahu terima kasih. Baru ditinggikan sedikit status sudah lupa diri? Banyak orang yang ingin kesempatan makan di bawah tenda itu.
Namun bagi Ren He, kesempatan ini sebenarnya tidak terlalu penting.
Kenapa Zhao Pangzi dipukul kemarin? Apa karena Zhao Shuai nggak suka padanya? Bukan.
Karena Zhao Pangzi mengambil risiko membawa Ren He cs menerobos masuk ke lokasi syuting, lalu sukses mendapatkan peran. Ini membuat Zhao Shuai tidak puas dan mencari kesempatan balas dendam.
Menurut Jin Xiaolong, Zhao Pangzi pasti tahu bahwa tindakannya ini akan berakhir dipukuli, apalagi sudah pernah mengalaminya sebelumnya. Jika Zhao Pangzi saja rela dipukuli demi membuka kesempatan untuk mereka, lalu bagaimana jika dirinya yang demi bisa makan di bawah tenda malah membiarkan Zhao Pangzi dan Jin Xiaolong kelaparan bahkan sampai tak kebagian makanan? Pengalaman hidupnya ini pasti akan jadi bahan tertawaan.
Zhao Pangzi menatap siluet Ren He yang berdesak-desakan di kerumunan calon murid, raut wajaknya menunjukkan perasaan campur aduk. Dulu saat membaca novel silat, dia selalu mengira orang-orang pemberani yang suka menegakkan keadilan itu cuma khayalan belaka. Tapi sekarang sepertinya dia benar-benar bertemu dengan sosok seperti itu.
Ren He mengorbankan kesempatan makan bersama sutradara di bawah tenda demi dirinya dan Jin Xiaolong. Atas hal ini, Zhao Pangzi benar-benar ingin memarahi Ren He, memanggilnya bodoh terang-terangan sampai si idiot itu tersadar.
Namun kata-kata makian itu tak juga keluar dari mulutnya. Di hati, Zhao Pangzi mulai merasa bahwa ia benar-benar telah mendapatkan saudara baru.
Saat Ren He berdesak-desakan masuk, tiba-tiba ia merasakan pukulan di bawah tulang rusuk. Pukulan ini datang secara tak terduga, seolah disengaja, dengan kekuatan yang cukup besar.
Namun kekuatan yang dianggap besar bagi manusia biasa... bagi Ren He hanya seperti gigitan nyamuk. Kepadatan otot dan tulang memang termasuk bagian dari poin fisik.
Ia menoleh tajam, tak melihat seorang pun yang dikenalnya di sekitarnya... Tapi dengan memori super-nya, Ren He langsung mengenali dua orang di dekatnya sebagai pemeran latar standar dari pihak Zhao Shuai. Meski tak pernah berinteraksi, sekali lihat langsung terekam.
Ekspresi mereka menunjukkan keterkejutan, seolah bertanya-tanya mengapa pukulan tadi sama sekali tidak berpengaruh pada Ren He...
Ren He mengabaikan mereka, terus menerobos kerumunan untuk merebut nasi kotak. Setelah berhasil mengambil tiga bungkus, ia menyerahkan semuanya ke Zhao Pangzi sambil berpesan menunggu sebentar, lalu kembali bergabung dalam kerumunan perebut nasi kotak.
Ren He mencari kenangan sambil memilah-milah aktor figuran dari pihak Zhao Shuai di kerumunan, setiap yang ditemukannya, ia menyusup lalu memberikan pukulan ke tulang rusuk sebelum cepat-cepat menghilang.
Langsung, dari kerumunan berebut nasi kotak terdengar lebih dari sepuluh jerit kesakitan...
Zhao Shuai terus mengawasi situasi dari samping, ketika melihat Ren He keluar dalam keadaan kembali utuh lalu masuk lagi ke kerumunan, firasat buruk mulai menghantuinya...
Kini mendengar jeritan kesakitan dari kerumunan, Zhao Shuai merasa gigi gerahamnya mulai berdenyut-denyut!
Iblis macam apa ini yang muncul tiba-tiba?!
Jin Xiaolong asyik menyantap nasi, si pria gemuk Zhao malah menebak tujuan Ren He. Mendengar teriakan itu ia juga merasa kesal, apakah sekarang dirinya dan Zhao Shuai benar-benar telah menjadi musuh bebuyutan?
Menurut pemikiran pria gemuk Zhao, asalkan Ren He berkinerja baik kali ini, pasti akan diterima sebagai aktor spesial kelompok. Ini yang diharapkan Zhao, tentu saja bagus jika saudara sendiri bisa lebih sukses, siapa tahu nanti bisa membantu dirinya.
Lagipula Ren He berbeda dengan orang-orang sebelumnya, Zhao yakin jika Ren He menjadi terkenal, pasti akan kembali membantu dirinya.
Tapi sebelum Ren He membantunya lepas dari lautan penderitaan? Durasi waktu di tengah ini masih panjang, dia harus menghindari kelompok Zhao Shui, kalau tidak bisa-bisa dijadikan pelampiasan amarah mereka...
Mengingat penderitaan di hari-hari mendatang, wajah pria gemuk Zhao pun muram.
Tapi jika benar-benar ada yang bertanya: menyesalkah membantu Ren He membalas dendam? Zhao pasti akan jawab: Tidak! Sungguh sangat memuaskan!
Pukulan yang akan diterimanya di masa depan, nanti ketika Saudara Ren He kembali ke Zhenbeibao, biarlah dia yang membalas mereka!
Ren He yang sedang keluar makan melihat ekspresi pria gemuk Zhao yang muram, langsung menebak isi hati orang itu. Dengan senyum lebar ia berkata, "Jangan khawatir, dalam beberapa hari saudaraku akan memberimu kejutan besar untuk menyelamatkanmu dari lautan penderitaan."
"Bagus, sepakat!" Pria gemuk Zhao segera tersenyum lebar. Meski di hatinya masih khawatir dan tidak percaya Ren He bisa lepas dari lautan penderitaan dalam waktu singkat, tapi bukankah tidak pantas terus menunjukkan muka masam kepada saudara?
Alasan ketidakpercayaannya pada kemampuan Ren He membantu segera, adalah karena ia paham betul: bahkan jika film berikutnya Ren He beruntung bisa langsung menjadi pemeran utama sutradara Li, untuk benar-benar menjadi viral dibutuhkan waktu setahun minimal.
Ren He tahu dia tidak percaya, tapi tidak banyak berkomentar. Terlalu dini mengungkapkan malah bisa dianggap berkoar-koar.
Ia memperkirakan, kedatangan sutradara Zhang ke Zhenbeibao tinggal hitungan hari lagi...
Sore itu, pemeran pria utama drama televisi ini akhirnya kembali. Orang tersebut memang berwatak baik, saat melihat Ren He sekejap langsung tersenyum getir, mungkin teringat kejadian kemarin sore ketika ia sampai ditendang pingsan oleh seorang pemeran latar standar...
Pemeran utama Cheng Xin menepuk bahu Ren He sambil berkata dengan penuh perhatian: "Adik kecil, hari ini jangan sampai menendangku lagi ya..."
Ren He pun agak canggung: "Tenang saja Kak Cheng, hari ini pasti tidak akan kutantang kakak."
Orang-orang di sekitarnya tertawa terbahak-bahak. Beruntung si pemeran utama ini berhati lapang, kalau tidak pasti pemeran latar ini sudah diganti.
Sutradara Li melirik mereka: "Sudah siap?"
"Siap!" jawab mereka serentak.
"Mulai!"
Adegan kembali berjalan seperti kemarin sore. Pasukan elit Jinwuwei satu per satu dirobohkan sang tokoh utama, lalu Ren He dengan aura mengerikan berjalan sambil menyeret goloknya. Momentum kegarangan yang mencapai tingkat Ekstrem ini persis sesuai konsep Sutradara Li tentang jenderal Jinwuwei!
Namun saat ini, hati instruktur bela diri Lao Liu kembali berdebar. Ia tahu, orang yang pernah berlatih tinju atau seni bela diri Tiongkok, jika sering dilatih oleh ahli sejati, bisa mengembangkan reaksi insting. Karena itu ia menerima penjelasan Ren He kemarin - jelas si bocah ini adalah jagoan tinja, wajar jika memiliki reaksi insting.
Makanya ia sangat khawatir hari ini Ren He akan kembali menendang Cheng Xin. Brengsek, kalau sampai terjadi pasti GAGAL TOTAL!
Faktanya, Ren He juga sangat memperhatikan hal ini. Kemarin ia sudah menyadari bahwa reaksi insting ini bahkan mengalahkan keterampilan akting. Bukan berarti ia tidak bisa berakting, tapi alam bawah sadarnya menganggap nyawa jauh lebih penting daripada akting. Jadi saat tombak kavaleri menghantam, Ren He spontan melawan. Saat itu ia sama sekali tidak memikirkan urusan akting.
Saat ini, hati semua orang berdebar kencang...
Saat Ren He dan Cheng Xin terlibat pertarungan jarak dekat, belasan jurus berlalu dengan aman. Tibalah saat Ren He ditusuk di dada. Cheng Xin mengarahkan tombaknya dengan momentum dahsyat ke depan... tapi meleset!
Semua orang menyaksikan ujung tombak itu nyaris menyentuh tubuh Ren He ketika ia dengan gerakan super cepat—hampir tak terlihat—menghindar ke kiri.
Semua yang hadir terpaku: Cheng Xin terpaku, pelatih kungfu Lao Liu terpaku, bahkan Ren He sendiri pun terpaku...
Cheng Xin kebingungan, secara tak sadar mengarahkan kembali tombaknya ke kiri untuk menusuk Ren He—lagi-lagi meleset! Ren He telah berpindah ke kanan!
Proses ini berulang lebih dari sepuluh kali. Keduanya seperti sedang latihan koreografi: satu menusuk, satu menghindar...
Cheng Xin melemparkan tombaknya ke tanah dengan ekspresi antara ingin tertawa dan menangis: "Ngapain kau menghindar?! Bukannya kita sudah sepakat..."
Tiba-tiba Cheng Xin kembali geli di selangkangan. Sialan! Lawannya hanya berjanji tidak akan menendangnya, bukan tidak akan menghindar! Masih bisakah syuting sinetron ini berjalan lancar?!
“Ahem, reaksi insting reaksi insting, Sutradara Sutradara, sekali lagi, saya jamin tidak akan ada masalah!” Ren He menepuk dada menjamin.
Sutradara Li geli di selangkangan sambil mengisap gigi, ia berteriak ke arah Ren He menggunakan pengeras suara: "Kesempatan terakhir, kalau kau masih bereaksi insting lagi, enyahlah kau!"
