Di Yinchuan Zhenbeibao, pasir kuning purba bertebaran tertiup angin. Seorang pemuda berbaju kain goni mengendarai kuda menuju barat. Di punggung kuda terbaring sebuah tongkat panjang terbungkus kain putih. Dari bentuk ujungnya, benda terbungkus itu menyerupai golok panjang.
Senja cahaya jingga membentang, memenuhi pandangan dengan kehampaan dan kepedihan zaman purba.
Pemuda itu menoleh tajam ke arah kota di belakangnya, lalu mencambuk kudanya melesat ke barat.
“Cut! Bagus! Lulus!” Sutradara Li berteriak lewat megafon: “Haha, sorot mata saat menoleh tadi keren! Nggak ada di skenario, tapi kau tambahkan sendiri!”
Ini adalah beberapa adegan yang diubah secara mendadak oleh Sutradara Li untuk Ren He. Setelah Ajudan Militer Jinwu gagal membunuh tokoh utama sesuai dekrit kerajaan, mereka kembali ke dalam kota dan menghadapi serangkaian kesulitan, akhirnya terseret ke dalam konspirasi besar yang menyebabkan seluruh anggota keluarga mereka tewas.
Hasilnya, Ajudan Militer justru diselamatkan kembali oleh tokoh utama, dan biang keladi pembunuhan keluarga mereka pun dibunuh sang tokoh utama, secara tidak langsung membalas dendam. Akhirnya dengan gigih, Ajudan Militer membantu tokoh utama membantai sepasukan mata-mata Misidi Si, lalu memilih mengembara ke luar perbatasan.
Bukan pertama kalinya Ren He memberikan kejutan dan sukacita kepada Sutradara Li.
Sebelumnya, 30 prajurit tangguh yang mencegat tokoh utama di luar kota bisa dianggap sebagai yang pertama kali.
Saat Ren He memerankan Ajudan Militer bertarung melawan ahli-ahli Misidi Si adalah yang kedua kalinya. Saat itu naskah hanya menuliskan bahwa Ren He harus membunuh semua ahli Misidi Si, dengan semua aksi sudah dilatih sebelumnya, sehingga tidak mungkin gagal dilakukan Ren He.
Namun setelah selesai membunuh, Ren He dengan inisiatif sendiri melepas helmnya. Dengan wajah berlumuran darah yang tak bisa dikenali, ia memandang dingin ke arah mayat-mayat yang berserakan sambil tetap membisu. Adegan ini dengan sempurna menggambarkan kejenuhan akan perebutan nama dan harta, membuat Sutradara Li berdecak kagum!
Peran Ajudan Jinwuwei ini sebenarnya hanyalah karakter tak penting dalam alur cerita. Meski kemampuan bertarungnya luar biasa, statusnya tetap rendah. Berasal dari keluarga sederhana, ia berjuang mati-matian hingga akhirnya mencapai posisi ajudan. Namun tak ada yang peduli bahkan ketika keluarganya dibunuh oleh pejabat kejam.
Pada titik ini, wajar jika ia muak akan segalanya. Dengan kemampuan sehebat ini, lebih baik menjelajahi dunia persilatan!
Aktor yang bisa mematuhi skenario saja sudah bagus. Tapi yang bisa memperkaya cerita? Itu baru luar biasa!
Siapa yang tak suka kejutan? Jika investasi 100 ribu yuan bisa menghasilkan 1 juta, siapa pun pasti bahagia! Hal semacam ini mana ada yang tidak disukai?
Sutradara Li juga menyukainya! Entah mengapa, awalnya Sutradara Li hanya menulis peran ajudan ini sebagai karakter kecil yang tidak berarti. Namun sekarang, ia sangat menyukai peran ini sampai tak terbendung.
Kejutan ketiga terjadi hari ini. Adegan yang seharusnya hanya reshoot adegan kepergiannya ke perbatasan utara, ternyata menyimpan esensi mendalam dalam panorama kuda yang menoleh di bawah senja.
Dengan gembira, Sutradara Li berbisik pada wakil sutradara: "Benar! Mustahil seorang Zhongyuan pergi ke perbatasan utara tanpa secercah kerinduan! Ia harus menoleh!"
Wakil sutradara hanya tersenyum tanpa komentar. Ia sudah paham betapa Sutradara Li kini sangat mengagumi figuran Lü Xiaotu. Bisa jadi aktor ini akan melesat ke puncak ketenaran.
Sutradara Li tiba-tiba bertanya, "Bagaimana kalau kita buat sekuel nanti? Tokoh utamanya adalah ajudan ini, yang setelah pergi jauh ke perbatasan, kembali ke Tiongkok Tengah karena nama dan harta serta cinta. Masih muda, kemampuan beladirinya sangat kuat, bisa dikembangkan. Dan menurut instingku, penonton pasti akan menyukai peran ini!"
Ren He dengan ceria memacu kudanya kembali. Selama lebih dari sebulan ini, ia benar-benar menikmati pengalaman menjadi figuran. Dengan akting tingkat ahli Larangan, ia tak khawatir melakukan kesalahan besar. Adegan yang menampilkan wajahnya hari ini adalah shot jarak jauh, penonton tak bisa melihat wajahnya jelas. Saat melepas helm sebelumnya, wajahnya penuh darah dan kotoran, sama sekali tak bisa dikenali. Ren He justru senang dengan keadaan ini.
Sutradara Li juga menanyakan apakah perlu menambah shot yang menunjukkan wajahnya. Ini untuk mencegah Ren He menyimpan perasaan tidak enak di hati. Soalnya, aktor mana yang tidak ingin penonton mengingat wajahnya? Karena Sutradara Li berniat mempercayakan peran penting pada Ren He, tentu ia ingin merangkul hati Ren He.
Hasilnya, Ren He langsung bilang tidak perlu. Sutradara Li memujinya sebagai orang yang paham...
Hari ini porsi syuting Ren He sepenuhnya telah selesai, setelah ini tidak ada urusan lagi. Namun Sutradara Li masih memerintahkan Ren He untuk terus mengikuti kelompok syuting, mengatakan masih ada hal yang perlu dibicarakan setelah seluruh proses syuting rampung.
Zhao Pangzi yang paling mengerti situasi internal, begitu mendengar perkataan Sutradara Li langsung paham maksudnya. Pasti ingin Ren He tetap ikut produksi berikutnya yang kemungkinan sudah memiliki peran cocok untuknya!
Ren He juga tidak buru-buru. Sutradara Zhang sudah menelepon minggu lalu memberitahu akan segera tiba. Saat itu film Da Hua Xi You akan mulai syuting, dia pasti harus ikut seluruh proses produksi di sini. Posisi film Da Hua Xi You di hatinya agak berbeda, dia khawatir tidak bisa memerankan nuansa novel aslinya.
Belum lagi Sutradara Zhang melarangnya pergi. Saat menelepon langsung memprotes Ren He yang dianggap tidak serius, "Perusahaan film sendiri saja tidak diurus, malah jadi figuran di lokasi syuting orang lain. Apa menariknya?"
Sutradara Zhang sengaja mengancam untuk menjengkelkan Ren He: "Bos besar, apakah Anda tidak puas dengan kerja kami? Untuk mengalami kehidupan perlu sampai ke lokasi syuting lain?"
Ren He juga agak canggung: "Aku cuma mencoba mengalami kehidupan..."
Zhang Ming di seberang telepon mengecap-ngecap mulut, kehidupan orang inilah yang sebenarnya, bebas melakukan apapun, merasakan ratusan takdir, bermain di dunia fana.
Mereka yang sedang bermain dengan kehidupan, sedangkan orang-orang sepertinya separuh hidupnya tak bisa lepas dari nasib dipermainkan kehidupan.
Namun pengalaman Ren He menjadi figuran ini membuat Sutradara Zhang tersadar, bos besar ternyata bisa berakting! Daripada ke lokasi syuting orang lain untuk mengalami kehidupan, lebih baik ke rumah tangga sendiri!
Hanya saja tidak tahu apakah bisa membujuk Ren He untuk syuting. Saat Zhang Ming menelepon, serial silat yang sedang dibintangi Ren He belum sampai tahap Pembunuhan. Sejak saat itu Zhang Ming mulai memikirkan, kenapa bos besar kita malah sibuk berakting di tempat orang?
Di sisi Ren He, Sutradara Li baru saja menyuruh Ren He untuk tetap bergabung dengan tim produksi, pria gemuk Zhao langsung menarik Ren He ke samping dengan mata berbinar-binar: "Kau harus benar-benar ingat perkataanku, jangan buru-buru masuk grup Sutradara Li dulu. Bilang saja masih ada urusan rumah tangga yang perlu diselesaikan. Lagipula masih ada waktu minimal dua bulan sebelum syuting film berikutnya Sutradara Li dimulai. Tim produksi Sutradara Zhang akan segera tiba, kesempatan ini sama sekali tidak boleh kau lewatkan! Menurutku kau pasti bisa lolos seleksi, hanya saja..."
Kalimat terakhirnya tertahan. Zhao ingin mengatakan: Meskipun porsi cerita Lü Xiaotu di sini sudah cukup signifikan, tapi karena belum tayang, kau masih kurang modal saat audisi di tempat Sutradara Zhang.
Sekarang situasinya berbeda. Belum tayang berarti dianggap tidak ada. Jika Ren He audisi di tempat Sutradara Zhang, harus mulai dari nol lagi. Paling-paling hanya sedikit lebih baik daripada figuran biasa.
