Huangfu Zhuri yang sedang bosan membuka-buka ponsel saat rapat komunitas sekolah, tiba-tiba menemukan berita yang membuatnya terguncang.
Nama-nama dalam berita itu begitu familiar baginya: Kesatria, profesor muda, Ren He...
Nama terakhir dari ketiganya bagaikan soal dalam buku PR zaman kecil dulu: pilih jawaban yang berbeda dari opsi lainnya.
Mengapa nama ini muncul di sini? Sungguh tak terbayangkan!
Usai membaca berita, ia masih terhisap dalam keterkejutannya. Meski musim gugur dalam di Australia, tak terasa dingin sama sekali.
Tiba-tiba ia teringat fragmen kejadian di Gunung Laojun tahun lalu, tanpa sadar mengkerutkan lehernya.
Ia memotong pembicaraan ketua komunitas: "Apa kalian semua sudah lihat berita tentang Kesatria itu?"
Komunitas sedang mengadakan aktivitas balap sepeda selama dua hari ini. Semua anggota sibuk hingga limbung baru saja kembali dari jalan gunung yang berliku di area pegunungan. Sekarang sedang melakukan evaluasi keberhasilan dan kegagalan acara ini, jadi sama sekali tidak ada yang menyadari berita apa pun. Seorang anggota bertanya penasaran: "Berita apa?"
"Identitas sebenarnya Kesatria telah dibongkar," kata Huangfu Zhuri sambil mengusap dahinya.
Sekilas melihat Li Zi yang mengenakan gaun merah tiba-tiba mengambil ponsel dan mulai mencari, lalu berteriak kaget: "Astaga! Benar-benar baru 17 tahun, berarti aku lebih tua 2 tahun darinya. Apakah ia akan meremehkan aku?!"
Huangfu Zhuri mengabaikan Li Zi. Ia membuka ponsel dan menelepon Duan Xiaolou: "Hei, Xiaolou, sudah lihat beritanya?"
"Sudah," jawab Duan Xiaolou dengan jelas melalui telepon. Namun suaranya tiba-tiba terdengar bergema kosong, seolah ada sesuatu yang hilang.
Kedua pihak tidak menyebutkan berita apa, tapi sama-sama menjawab dengan tepat. Ini berarti mereka pasti membicarakan hal yang sama.
Huangfu Zhuri tiba-tiba berkata: "Aku ingat, di antara teman sekelasmu di SMP dulu ada seorang anak laki bernama Ren He, aku pernah makan bersama dia, bahkan pernah mengolok-olok hubungan kalian berdua."
Saat Huangfu Zhuri mengucapkan kalimat ini, ruang rapat langsung hening. Udara seolah tiba-tiba membeku. Semua orang paham maksud ucapan Huangfu Zhuri.
Di seberang telepon, Duan Xiaolou hanya mengeluarkan suara "Hmm" lalu tak berbicara lagi.
Huangfu Zhuri mulai panik: "Apakah dia itu Kesatria?"
Duan Xiaolou kembali mengeluarkan suara "Hmm".
Huangfu Zhuri mencoba menyelidik: "Kau sudah tahu dari dulu?"
"Hmm," Duan Xiaolou mematikan telepon.
Huangfu Zhuri memalingkan wajah ke semua orang di ruang rapat sambil bergumam pelan: "Percayakah kalian, aku pernah makan hot pot domba dengan Kesatria ini, bahkan bilang padanya kalau mau main olahraga ekstrem bisa cari aku..."
Li Zi berlari seperti orang gila dan mencengkeram Huangfu Zhuri: "Si Gendut, ganteng nggak suamiku?! Tampangnya gimana?!"
……
Eksposur identitas Kesatria menjadi pesta pora media global. Semua orang menjadi gila-gilaan, mungkin karena kebaruan berita itu sendiri, atau mungkin pemuda itu telah melampaui tingkat manusia biasa, bahkan melampaui imajinasi orang-orang sehari-hari.
Ketika sosok yang hanya muncul di movie dan novel muncul dalam kehidupan nyata, ini sendiri sudah menjadi legenda hidup.
Namun Kesatria tidak jauh dari kita - ia juga hidup di zaman ini, di dunia ini. Segala sesuatu masih terus berlanjut, legenda sedang dalam masa keemasannya.
Kejadian ini pertama kali viral di AS, kemudian dengan lesat cepat menyebar ke Tiongkok, membongkar wajah misterius Kapten regu Pionir legendaris itu untuk seluruh rakyat Tiongkok.
Pembantaian besar di New York demi Cinta, serangan mendatang seorang diri terhadap tim operasi CIA di Belanda - semua ini membuat mata terbelalak. Gadis-gadis pun tersentuh oleh kisah cinta Yang Xi dan Ren He.
Mungkin inilah alasan kesucian Cinta - karena selalu ada yang berani mempertaruhkan kehidupan demi nya.
Di momen ini, Jiang Haoyang, Liu Bing, dan yang lain telah memasuki hitungan mundur 100 hari menuju Ujian Nasional. Mereka sudah sejak lama mendapatkan tiket masuk dari berbagai universitas top dunia. Semua ini karena komunitas mereka termasuk yang langka dan terbaik di skala dunia, karena mereka adalah penulis utama Permainan Pembunuhan, karena mereka sukses mendaki puncak Everest saat masih SMA. Soft power seperti ini cukup untuk membuat sekolah mana pun membuka pintu gerbang bagi mereka.
Klub Qinghe menjadi objek iri seluruh siswa SMA Negeri 4 Ibukota. Saat teman-teman sibuk mempersiapkan ujian, Jiang Haoyang dan kawan-kawan justru menikmati waktu luang yang langka.
Tiba-tiba di suatu sore, seseorang berlari masuk ke kelas 12-5. Matanya menatap Jiang Haoyang: "Haoyang, kita kan teman sekelas SMP! Katakan jujur, apakah ketua legenda kalian itu... dia adalah Sang Kesatria?"
Jiang Haoyang tertegun: "Jangan asal ngomong! Kok tiba-tiba nanya begitu?"
Orang itu menyodorkan ponselnya: "Lihat sendiri."
Hasilnya, Jiang Haoyang baru melihat selama 2 menit langsung menghirup napas dingin: "Sehebat ini?!"
Dalam kesan mereka, Ren He sudah menjadi sosok paling menakjubkan di dunia, tapi soal jarak tembak efektif sniper di atas 1000 meter dan seorang diri menjebak seluruh tim operasi CIA ini bagaimana? Terlalu mengerikan, mungkinkah ini perbuatan ketua klub yang berwajah ramah itu?
"Apakah berita ini bisa dipercaya," Jiang Haoyang terpaku memandang lawan bicaranya, lalu menyodorkan ponsel ke Liu Bing dan Li Yifan.
Lawan bicaranya membalikkan mata: "Menurutmu? Cepat jawab pertanyaanku."
Nama Ren He sebenarnya bukan rahasia di SMA Negeri 4 Ibukota, hanya saja sebagian orang lebih terbiasa memanggilnya "Ketua Legenda" daripada nama aslinya, sehingga ada yang lupa. Tapi mayoritas tetap tahu.
Akhirnya dengan menghubungkan nama Kelompok Qinghe dan Ren He, jawabannya menjadi terlalu jelas.
Ada hal-hal yang sebelum kertas jendela tertusuk, mungkin takkan memicu spekulasi liar. Namun begitu tertusuk, hari itu menjadi saat kebenaran terungkap.
Jiang Haoyang tahu menyembunyikan fakta di momen ini sudah tak bermakna. Ia hanya menghela napas: "Aku juga tak menyangka dia bisa sejempolan ini..."
Dengan jawaban yang terkonfirmasi, sang teman sekelas bersemangat: "Legenda hidup sang ketua klub, benar-benar brengsek legendaris!"
Saat Ren He pertama kali tiba di SMA Negeri 4 Ibukota, Yang Xi ikut acara penyambutan mahasiswa baru. Ren He bersama banyak orang berteriak "Lapangan Praha", Yang Xi bilang perlu vokal pria. Maka di hadapan mata seluruh anggota, Ren He melompat ke panggung dan berduet dengannya. Kala itu semua menganggap anak ini benar-benar tak tahu diri, terlalu liar, melanggar segala hukum!
Saat itu Yang Xi adalah bintang yang bersinar terang di seluruh SMA Negeri 4 Ibukota, sementara Ren He sama sekali tidak dikenal siapa-siapa.
Saat itu duet mereka di "Lapangan Praha" menunjukkan kecocokan hati yang sempurna.
Saat itu Ren He mendirikan Klub Qinghe, tak ada yang bergabung, tapi Yang Xi justru masuk.
Semua mengira Yang Xi cuma ikut ramai-ramai, agar pemuda itu tak terlalu malu.
Semua mengira pilihan kelas Yang Xi tak ada hubungannya dengan Ren He, sekelas mereka cuma kebetulan.
Namun sekarang dipikir-pikir, Kesatria dan Yang Xi sudah diam-diam memamerkan kemesraan sejak saat itu, manis sampai bikin gigi ngilu.
