Sepasang kekasih ini telah mengalami kedamaian, juga krisis hidup-mati, akhirnya tetap bersama.
Ternyata Ren He adalah Kesatria! Ternyata Lapangan Praha adalah lagu yang ditulis Ren He untuk Yang Xi, ternyata Ren He adalah penyanyi aslinya!
Ternyata... segala sesuatu sudah ditakdirkan.
Semua orang seolah tersadar!
Lalu hari itu seluruh SMA Negeri 4 Ibukota tahu kabar ini, setelahnya, perlahan kabar ini menyebar ke luar negeri.
Saat itulah seluruh dunia baru tahu, oh, bahkan Permainan Pembunuhan pun diciptakan oleh sosok ini. Kalau bukan karena kejadian ini, mungkin kita takkan pernah tahu.
Para maestro tiba-tiba menyadari, identitas Kesatria ini bagaikan puzzle yang terpecah-pecah dan berserakan di seluruh dunia, membutuhkan kerja sama semua orang untuk menyusunnya kembali menjadi utuh.
Jika menelusuri sejarah dunia ratusan tahun ke belakang, belum pernah ada sosok yang begitu memikat seperti Kesatria ini. Padahal usianya baru 17 tahun.
Di kompleks perumahan mewah Keluarga Yang, sekretaris Kakek Yang menunjukkan beberapa berkas: "Perlu kita kunci informasi ini?"
Kakek itu mengetuk-ngetuk meja kayu jati sambil tersenyum: "Dia sendiri belum bertindak, kita tak perlu buru-buru."
Sang patriark berdiri dan menepuk pohon raksasa di pekarangan: "Seandainya aku terlahir 60 tahun lebih muda..."
Sekretaris membenarkan kacamatanya: "Yang Mulia bercanda. Negara masih sangat membutuhkan Bapak."
“Cuma bisa menjilat, pergilah. Kabar yang membanggakan negara seperti ini tidak perlu diredam. Keluarga Yang sudah memiliki menantu yang baik, hahaha.”
……
Pagi-pagi sekali di Yinchuan bertiup angin kencang yang menerbangkan pasir ke mana-mana, namun angin ini datang dan pergi dengan cepat.
Setelah bangun tidur, Ren He datang ke lokasi syuting dan mendapati semua orang memandangnya dengan tatapan aneh.
Tatapan aneh ini bukan karena ia memakai baju terbalik, atau wajahnya dicoret sesuatu yang aneh oleh Yang Xi.
Lebih mirip semacam kefanatikan, pemujaan, dan keterkejutan.
Ren He menemui Zhang Ming: "Sutradara Zhang, ada apa dengan kru film ini?"
Zhang Ming diam sejenak: "Kamu belum melihat berita pagi ini?"
"Belum, berita apa?" Kemarin malam Ren He bermain Dota semalaman dengan Yang Xi di sarang mereka. Awalnya mereka hendak main di bilik warnet, tapi ternyata terlalu merepotkan.
Akhirnya mereka berdua langsung memasang broadband, lalu membeli dua komputer dan dua meja komputer, langsung bermain di sarangnya.
Karena kemarin malam main sampai larut, jadi bangunnya juga telat, sehingga sama sekali tidak melihat berita langsung datang ke lokasi syuting.
Zhang Ming menyodorkan ponselnya ke Ren He, lalu mengawasi perubahan ekspresi wajah Ren He.
Begitu Ren He melihatnya, dia langsung memaki keras: "Badan Keamanan Nasional AS ini ngapain aja sih, tahun lalu Program PRISM sudah dibongkar, ternyata belum juga dihentikan!"
Wajah Zhang Ming langsung memerah, dari sekian banyak orang yang melihat berita ini, hanya Ren He yang bereaksi seperti ini.
Tak lama kemudian Ren He terus memaki Badan Keamanan Nasional AS: "Brengsek, nggak ada sense kewaspadaan sama sekali, trik kecil phishing seperti ini saja bisa kena jebak!"
Meski Ren He sangat paham bahwa di kehidupan sebelumnya para eksekutif AS yang terjebak dalam kasus serupa bertebaran bagai jamur di musim hujan, tapi bukankah saat itu tidak ada hubungannya dengan dirinya? Sekarang malah, pihak lawan menanam satu trojan, hasilnya dirinya yang terkena tembakan.
Zhang Ming menarik napas dalam-dalam: "Aku hanya ingin tahu, apa yang tertulis di sini... semuanya benar, kan?"
Ren He memandang Zhang Ming dengan ekspresi datar, lalu mengangguk: "Benar..."
"Tetap saja aku menilai rendahmu, Bos Besar," desah Zhang Ming. Informasi bocor ini jika bukan karena semua orang tahu keasliannya, Zhang Ming mungkin akan mengira itu cuma skenario belaka...
Ren He merenungkan dampak yang mungkin timbul dari situasi ini, setelah berpikir matang, sepertinya tidak ada efek signifikan. Bahkan jika ia berjalan di jalan, yang tidak mengenalinya tetap tak akan tahu.
Soalnya dalam berkas ini hanya ada foto KTP-nya plus beberapa foto samar dari rekaman kamera pengawas. Kecuali orang yang memang sudah kenal dengannya, mustahil bisa mengenali.
Dan kalau semua kejadian ini sampai diketahui Ibu Ren dulu, mungkin aku harus bersujud.
Tapi sekarang memang tidak ada pengaruhnya lagi.
Beberapa media yang mempublikasikan berita adalah media mainstream yang tidak bisa dimasuki saham oleh Kelompok Qinghe, termasuk Kelompok Media Ibukota yang termasuk BUMN di bawah pemerintah.
Bahkan media seperti ini sudah mulai melaporkan, berarti pengaruh Kelompok Qinghe-ku pun tidak bisa mengunci semua informasi. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak menyensor.
Biarlah semua orang yang perlu tahu, benar-benar mengetahuinya.
Zhang Ming menatap Ren He: "Apa kau tidak merasa dirimu sendiri sudah sangat cocok memerankan Sun Wukong? Dari dulu aku sudah berpikir begitu. Hari ini setelah membaca berita ini, tiba-tiba muncul rasa pengakuan yang belum pernah terjadi sebelumnya: Tak ada yang lebih cocok darimu."
Ren He diam. Zhang Ming melanjutkan: "Bukan hanya aku yang berpikir begitu. Kemungkinan besar seluruh kru produksi juga sepaham. Pahlawan memerankan pahlawan, memang sudah seharusnya!"
Saat itu semakin banyak staf yang berkumpul di sekitar Ren He dan Zhang Ming, raut wajak mereka semua bersemangat.
Para karyawan lama yang pernah menghadiri pertemuan tahunan yang menandai awal transformasi Qinghe itu wajahnya memerah darah. Mereka seolah mengingat kembali segala legenda tentang bos besar ini, semuanya begitu memesona.
Waktu itu bos besar berkata, Qinghe akan mengubah kebiasaan hidup semua orang. Dan itu benar-benar terjadi.
Kini bos besar adalah Kesatria, profesor muda, pendiri Permainan Pembunuhan, sekaligus keyakinan Kelompok Qinghe.
Pemuda itu bagaikan Raja Kera Suci dalam skenario, seorang pahlawan legendaris yang benar-benar sesuai dengan namanya.
Bahkan Xia Yuting pun tidak mengetahui hal-hal ini. Diam-diam ia berdiri di area luar, baru menyadari betapa banyak peristiwa yang telah dialami Yang Xi dan Ren He.
Ia tersenyum lalu pergi. Karena sudah begini, lebih baik ia tetap diam di luar panggung yang menjadi hak mereka, daripada merusak sesuatu.
Ren He memandangi staf produksi di sekitarnya, tersenyum: "Apa? Sudah tidak perlu bekerja lagi?"
“Bos besar, apakah berita di media itu benar?” seseorang bertanya dengan hati-hati.
“Benar,” Ren He mengangguk.
Saat itu semua orang teringat pada geng pemburu ilegal itu. Entah nasib sial apa yang menimpa geng pemburu ilegal itu, berani menantang bos besar kami yang bahkan berani menyergap tim operasi CIA...
Bisakah pemburu liar dibandingkan dengan CIA? Kualitas dan jumlah mereka tidak bisa menyaingi...
Dulu mereka pikir Ren He memang cocok memerankan Sun Wukong. Tapi sekarang mereka merasa selain bos besar kami sendiri, tak ada orang lain yang layak memerankannya.
Bukankah dia sendiri adalah orang berani kekuatan luar biasa yang bisa mengacau Istana Langit?
Saat itu Li Kun dan kawan-kawannya masih terkurung di penjara, sambil mengerjakan kerajinan tangan yang ditugaskan petugas, matanya tertuju pada berita di TV. Begitu melihat berita tentang Ren He beserta fotonya, wajahnya memerah marah. Dengan kasar dia melemparkan kotak kertas yang sedang dilipatnya ke lantai lalu menginjak-injaknya berkali-kali: "Gue kalah sama orang keren pantas lah! Lu brengsek ngapain repot-repot ngejegal gue?!"
"1388, kau ngapain?" teriak petugas penjara yang melihat gerakan Li Kun, sambil menghampiri dengan tongkat polisi di tangan.
Li Kun buru-buru memungut kotak kertas itu sambil tersenyum kecut: "Gak apa-apa, cuma kececer aja!"
