……
"Jadi akhirnya kau mengembalikan 1000 lingshi itu ke kakak seniormu?"
Kakek Shi bertanya dengan semangat.
Song Nan Shi dengan ekspresi datar: "Ya."
Kakek Shi: "WKWKWKWK!"
Song Nan Shi: "……"
Ia sudah tahu, si kakek tua ini takkan melewatkan kesempatan untuk menertawakannya.
Dengan ekspresi datar, Song Nan menatap kakek tua itu tertawa terbahak-bahak. Setelah puas, barulah dia berkata kepala dingin: "Bulan lalu Anda masih berhutang tiga puluh keping Lingshi pada saya, ditambah uang anggur bulan sebelumnya, total lima puluh keping Lingshi."
Tawa Guru Lao tiba-tiba berhenti.
Song Nan penuh perhatian: "Saya tidak akan meminta bunga."
Sang kakek langsung murka: "Aku tidak bilang tidak mau mengembalikan! Bulan depan akan kukembalikan dengan bunganya!"
Kali ini Song Nan yang tersenyum: "Saya memang menunggu kalimat itu!"
Guru Lao mendengus dingin: "Kau mencariku hanya untuk mengingatkan hutang ini?"
Song Nan berdehem, mengingat dirinya masih perlu bantuan sang kakek, memutuskan untuk menahan diri.
Dengan tulus dia menjawab: "Bisa saja tidak, kalau bukan urusan penting mana berani mengganggu Anda."
Guru Lao bersuara sinis: "Wah, ternyata memang ada urusan. Coba ceritakan biar kakek tua ini..."
Song Nan menatapnya, menunjukkan gestur lima jari.
Kakek tua itu berhenti sejenak, teringat hutang Lingshi-nya, lalu enggan mengganti sebutan: "Setuju! Setuju! Katakan saja!"
Song Nan Shi berpikir sejenak, menyembunyikan ramalan "Hidup Menuju Kematian" yang ia dapatkan dari meramal, hanya bercerita tentang keanehan yang dilihatnya di tubuh Zhu Xiu setelah membuka Mata Langit.
Terutama kabut abu-abu yang tiba-tiba melesat keluar dari api kehidupan Zhu Xiu.
Siapa sangka wajah Kakek Shi langsung berubah sebelum ia selesai bicara.
Dengan wajah memerah, ia menghujani cercaan: "Kau bodoh! Berani-beraninya menangkap sesuatu yang tak kau kenal!"
Biasa sang kakek suka marah-marah, tapi Song Nan Shi belum pernah melihatnya murka sehebat ini, membuatnya linglung oleh omelan tiba-tiba itu.
Sang kakek sama sekali tidak memberinya kesempatan bereaksi, langsung membuka Mata Langit-nya.
Song Nan Shi terkejut: "Anda..."
Kakek Shi dengan wajah hitam legam: "Berdiri stabil dan jangan bergerak!"
Dengan alis berkerut, ia memeriksa sekujur tubuh Song Nan Shi menggunakan Mata Langit-nya, terutama api kehidupan di tubuhnya.
Song Nan Shi membuka mulutnya, sementara tak bisa mengeluarkan kata-kata.
Guru Shi memang ahli ramalan, tapi sejak muda kultivasinya rusak, takkan sembarangan membuka Tianmu yang memberatkannya.
Tapi sekarang……
Saat ini, Guru Shi melihat Api Nyawa gadis itu tak bermasalah, sekujur tubuhnya juga tak ada yang aneh, barulah ia menghela napas lega.
Tianmu terasa perih.
Guru Shi diam-diam menekan pelipisnya, saat membuka mata kembali memarahi dengan wajah sangat mengerikan: "Kau tahu benda itu mempengaruhi Api Nyawa orang lain, tapi tetap berani menyentuhnya! Apa kau anggap nyawamu lebih berharga?!"
Marahnya begitu menjadi-jadi, ia mengira sesuai karakter Song Nan Shi, pastilah gadis itu akan membalas dengan nada sinis. Tapi saat menengadah, dilihatnya gadis itu justru memandangnya dengan ekspresi kompleks, entah sedang memikirkan apa.
Guru Shi mengangkat alis: "Masih tidak terima? Ingat! Sejak awal kau tak boleh pakai Tianmu untuk memeriksa kakak seniormu! Sebagai ahli ramalan, bahaya menggunakan Tianmu untuk menyelidiki orang lain, mana mungkin kau tak-"
“Apakah mata Anda sakit？” Song Nan tiba-tiba memotongnya.
Guru Lao terkejut, kemudian protes: "Jangan mengalihkan perhatianku! Ingat baik-baik! Jangan pernah membuka Tianmu untuk orang tak berkepentingan lagi!"
Song Nan menatapnya lama, akhirnya mengangguk manis dan berbisik: "Aku tak akan melakukannya lagi."
Sikap penurutnya yang tak biasa ini justru membuat Guru Lao bengong, amarahnya tiba-tiba menguap entah ke mana.
Setelah gelagapan sejenak, ia membentak kaku: "Asal kau tahu resikonya!"
Song Nan mengangguk-angguk seperti burung pelatuk.
Niat Guru Lao untuk memarahinya habis-habisan tertelan oleh sikap manis tak terduga ini, membuatnya merasa risi bagai duri di tenggorokan.
Gadis itu malah menambahkan: "Silakan lanjutkan, aku mendengarkan."
Sang guru: "..." Lanjut apalagi?!
Dengan wajah memerah, ia menggerutu: "Bayangan kelabu itu namanya Ying Gui, siluman buatan cultivator berhati busuk untuk jadi mata-mata mereka. Cuma sampah tak berguna!"
Song Nan tenggelam dalam pikiran: “Hantu bayangan…”
Wajah Kakek Senior menjadi serius, “Makhluk ini bisa mencuri umur orang lain secara rahasia untuk digunakan sendiri. Kakak Seniormu ditarget oleh benda ini, mungkin karena dia telah menyinggung musuh di luar sana. Jadi mereka menggunakan cara licik ini untuk menyakitinya. Kali ini kau beruntung, si pembuat hantu bayangan ini tidak ahli sehingga mudah kau taklukkan. Tapi jika bertemu yang mahir dalam hal ini, saat kau berusaha menangkap hantu bayangan, pikirkanlah di mana kau akan terlahir di kehidupan selanjutnya!”
Song Nan tenggelam dalam kontemplasi.
Saat dia membuka Tianmu, api kehidupan di sekujur tubuh kakak senior yang memudar sebenarnya adalah hantu bayangan yang sedang mencuri umurnya?
Tapi apakah ada adegan hantu bayangan menyakiti orang dalam kisah asli?
Song Nan tidak terlalu ingat jelas.
Kakek Shi melihat Song Nanshi yang tetap diam, merendahkan suaranya: "Jangan khawatir, tidak ada jejak Ying Gui di tubuhmu. Entah itu kabur, atau memang si pembuatnya kurang terampil. Tapi kali ini kau beruntung, kalau ada kali, bersiaplah aku yang akan mengambil mayatmu!"
Sambil mengusap dahinya, kerutan kelelahan muncul di antara alisnya. Dengan kesal ia berkata: "Kalau sudah tak ada urusan, pergilah! Membuang-buang waktuku!"
Song Nanshi menangkap keletihannya, tiba-tiba bertanya: "Jadi aku bukan orang tak berkepentingan, benar?"
Jangan buka Tian Mu untuk orang tak berkepentingan.
Saat kau bilang begitu, kau justru membuka Tian Mu-ku tanpa ragu.
Memandangi raut wajah kakek yang bingung, tiba-tiba ia tersenyum becanda: "Kakek Shi, kalau khawatir padaku bilang saja Ah, sok jagoan malah nggak keren."
Kakek Shi langsung melompat marah: "Siapa yang khawatir! Sekarang juga minggat dari sini!"
Ia bangkit hendak memukul. Song Nanshi pun kabur terbirit-birit sambil melindungi kepala.
Demikian, dia masih punya keberanian untuk bersuara keras sebelum diusir dari rumah: "Guru Lao Tou, Anda tidak perlu khawatir, nanti saya yang akan membiayai pensiun Anda!"
Guru Lao Tou: "Membiayai Tai! Kalau kau terus nekat begini, belum tentu siapa yang lebih panjang umur!"
Song Nan Shi tertawa terbahak-bahak.
……
Di sisi lain, baru turun dari Puncak Xuantong, Song Nan Shi yang dinyatakan Guru Lao Tou "tidak ada jejak hantu bayangan" langsung merasakan sekujur tubuhnya dingin.
Karena tidak membuka Mata Surgawi, dia tidak melihat secercah kabut abu-abu yang sedang menyusup diam-diam dari sela rambutnya.
"Hati-hati" di sini bukan perumpamaan. Siapapun yang bisa melihat kabut ini akan langsung mengetahui kegemetarannya dari cangkang tak berbentuk tanpa hidung maupun mata.
Saat ini ukurannya sudah menyusut lebih dari satu lingkaran dibanding pertama kali Song Nan Shi melihatnya, terlihat lesu.
Seluruh gumpalan kabut itu terlihat lemah, menyedihkan, dan tak berdaya.
Dengan menahan napas, butuh waktu lama bagi kabut itu untuk merayap dari rambut Song Nan Shi ke bahunya, khawatir akan membangunkannya.
Saat itu, Song Nan bergumam, "Kenapa aku merasa ada yang dingin?"
Hantu Bayangan: "!"
Ia langsung kaku di tempat, tak berani bergerak sedikitpun.
Sangat mengerikan, benar-benar mengerikan!
Sebagai hantu bayangan yang memiliki kemampuan mandiri, ia sangat berbeda dengan hantu bayangan tanpa kesadaran diri.
Sejak dilahirkan, tugas yang pernah ditanganinya tak pernah mengalami kekalahan.
Jadi awalnya, saat tuannya menyuruhnya menghadapi seorang gadis kecil, ia bahkan menganggap tuannya menggunakan sumber daya besar untuk hal sepele.
Dan faktanya, gadis itu memang tampak tak berdaya.
Tapi siapa sangka...
Arah pandangan Hantu Bayangan tertuju pada Song Nan.
Siapa sangka, Sekte Wuliang ini menyimpan naga dan harimau tersembunyi, ternyata ada sosok seperti ini yang tak dikenal orang.
Ia tak pernah membayangkan ada yang bisa menembus penyamarannya hanya dengan Tianmu, seperti tak pernah menyangka gadis biasa ini bisa menampar hingga separuh nyawanya hilang.
Ia berjuang mati-matian baru bisa menyelamatkan nyawanya.
Kalau lawannya adalah bos besar Yuan Bayi mungkin masih bisa dimaklumi, tapi gadis ini jelas-jelas belum mencapai tahap Foundation Establishment.
Tidak boleh! Ia HARUS melarikan diri, ia harus memberi tahu sang tuan bahwa di Wu Liang Zong, bahkan cultivator tahap Refining Qi punya kemampuan seperti ini, penuh bakat terpendam, benar-benar mengerikan!
Hantu Bayangan menahan napas dengan tegang sambil merayap turun.
Ia sudah memutuskan, setelah lepas dari tubuh manusia ini, akan mencari burung untuk dirasuki, lalu terbang kembali ke sisi tuannya!
Kebetulan, saat Song Nan melewati jembatan, sekawanan burung liar sedang mencari makan di permukaan sungai.
Hantu Bayangan sangat gembira, langsung mempercepat laju.
Tiba-tiba, tanpa sengaja ia menyentuh sehelai rambut Song Nan.
Helai rambut itu melayang-layang, menggesek leher Song Nan.
Mata Hantu Bayangan langsung membelalak!
——Tidak!
Di telinganya terdengar gumaman setan: "Leherku agak gatal, apa masih ada nyamuk di bulan ini?"
Sebuah telapak tangan besar mengibas.
Kenangan mengerikan saat ditampar hingga nyaris mati langsung berkecamuk di hatinya.
Sejarah terulang kembali.
"Brak"!
Ia bahkan tidak sempat menghindar, tamparan telapak tangan itu tepat mengenai sasaran, tubuhnya yang lemas pun tergelincir ke bawah.
Saat itu, ia masih berjuang melepaskan diri.
Tak apa, di bawah ada burung liar, asalkan bisa merasuki salah satu...
Ia mencurahkan segala daya untuk mengaktifkan kemampuan merasuki.
...Lalu terdengar "Dong!" saat ia terjatuh ke sungai.
Di dasar sungai, seekor kura-kura sedang beristirahat.
Kemampuan merasuki Hantu Bayangan itu jatuh dengan presisi sempurna pada tubuh kura-kura.
Hantu Bayangan yang belum menyadari keanehan situasi langsung bersorak gembira melihat kesuksesan itu, lalu mengibaskan "sayap"-nya dengan cepat.
Wuhu terbang!
Seekor kura-kura pun mulai mengayun-ayunkan kakinya dengan gila-gilaan di dalam air.
Hantu Bayangan: "?"
Hantu Bayangan: "???"
Ia menatap cakar kura-kura di depannya, mentalnya hancur berantakan dalam sekejap.
Song Nan Shi sengaja melakukan ini!
Pasti Song Nan Shi yang sengaja mengatur semua ini!
Tidak! Ia tidak mau menyerah! Meski jadi kura-kura, dengan merayap pun ia bisa...
Keroncong... keroncong... keroncong...
Sial! Ia tidak tahu bagaimana kura-kura bernapas di bawah air!
Song Nan berjalan di jembatan, mendengar suara dari bawah, refleks menoleh.
Lalu melihat seekor kura-kura... tenggelam?
Song Nan heran: "Kura-kura bisa tenggelam juga?"
Ia langsung menempelkan diri di jeruji jembatan, tampak bersemangat mengamati.
Kura-kura muncul ke permukaan, mengambil napas, lalu tenggelam lagi.
Diulangi lagi dan lagi.
Song Nan semakin antusias.
Sayangnya tak lama kemudian, aliran air datang menghanyutkan kura-kura yang menarik itu.
Song Nan masih belum puas.
Namun ketika ia mengangkat wajah, melihat Jiang Ji dan Giok Liu sang kakek tua berdiri di seberang jembatan, tertegun memandanginya.
Song Nan menyapa ramah: "Shixiong, kau juga datang lihat kura-kura ya."
Saksi mata Nomor Satu Jiang Ji: "..."
Saksi mata Nomor Dua Kakek Liu: "..."
Keduanya—satu bisa membuka Mata Surgawi sendiri, satunya dipaksa membukanya—telah menyaksikan seluruh proses kejadian.
Kakek Liu menolehkan kepala dan bertanya pada Jiang Ji: "Sudah kubilang! Dia sengaja!"
Jiang Ji: “……”
Ia juga tak bisa lagi mengatakan bahwa adik seniornya tidak sengaja.
Bagaimana bisa begitu kebetulan.
Maka keduanya memandanginya dengan ekspresi kompleks.
Adik senior ini, tidak sederhana!
Song Nan Shi: “？？？”
Sengaja apa? Nonton kura-kura juga bisa disengaja?
……
Hilir sungai kecil.
Ying Gui berjuang mati-matian, akhirnya berhasil naik ke tepian saat aliran air sedikit melambat.
Ia terus merangkak tanpa henti.
Harus cepat menemui tuannya, tempat ini terlalu mengerikan! Ia harus...
Tiba-tiba, tubuhnya dicubit oleh seseorang.
Seorang pria beralis pedang nan tajam muncul di hadapannya.
Pria itu mengenakan kain kerja kasar, rambutnya diikat sembarangan di belakang, namun tetap terpancar aura berkelas yang dingin.
"Ying Gui." Katanya.
