Meski merasa duo Long Aotian ini terlihat aneh, tapi dibukanya Paviliun Makhluk Spiritual tetaplah kabar baik.
Terutama bagi murid yang belum mencapai Foundation Establishment.
Di bawah Foundation Establishment tak bisa mengendarai pedang, kemampuan juga rendah, benar-benar cuma kulit tipis tak berguna tanpa mobilitas maupun serangan.
Jadi makhluk spiritual yang berguna sangat vital bagi mereka, baik itu mount untuk transportasi maupun makhluk spiritual yang bisa bertarung bisa bertahan.
Di dunia kultivasi, keluarga bangsawan kultivasi yang cukup mampu biasanya telah mempersiapkan makhluk spiritual yang sesuai sejak anak-anak mereka baru dilahirkan. Anak-anak dan makhluk spiritual tumbuh besar berdampingan, membentuk hubungan yang tak tergoyahkan - inilah senjata ampuh mereka untuk menyelamatkan nyawa saat kemampuan masih rendah.
Paviliun Makhluk Spiritual yang dibuka Sekte Wuliang berisi makhluk-makhluk yang dikembangbiakkan murid-murid Puncak Pelatih Makhluk selama proses latihan, lalu dikirim ke sana untuk dipilih murid-murid tanpa dukungan keluarga.
Oleh karena itu, memilih makhluk spiritual di Paviliun ini tidak ada istilah "cocok atau tidak", yang utama adalah kecocokan pandangan.
Lebih tepatnya, apakah kau cocok di mata makhluk spiritual.
Secara vulgar, apakah makhluk spiritual memandangmu dengan baik.
Kau kira masuk Paviliun Makhluk Spiritual untuk memilih mereka? Salah! Kau justru jadi kupon makan yang dipilih makhluk spiritual.
Makhluk-makhluk hasil pelatihan murid Puncak Pelatih Makhluk itu semua punya "orangtua" (baik laki-laki maupun perempuan) yang mengawasimu dengan tatapan garang. Ingin pilih yang mana saja seenaknya? Mimpi kali!
Saat Pintu Makhluk Spiritual dibuka terakhir kali, Song Nan Shi baru berumur 7 tahun. Karena penasaran, dia ikut keramaian dan menyaksikan langsung seorang "" dari Puncak Penjinakan Makhluk yang awalnya mengancam dengan wajah menyeramkan kepada seorang shixiong agar memperlakukan "harta karunnya" dengan baik. Begitu shixiong itu pergi, lelaki berbadan besar itu langsung menangis tersedu-sedu.
Gayanya bukan seperti memberikan makhluk spiritual, lebih mirip menikahkan putri sendiri.
Adegan itu membuat Song Nan Shi terpana sepanjang tahun.
Sejak saat itu, Song Nan Shi mulai memiliki gambaran yang cukup jelas tentang Puncak Penjinakan Makhluk.
——Sebuah puncak para ibu.
Setelah 10 tahun berlalu, akhirnya gilirannya sendiri. Di dalam hati Song Nan Shi, ada antisipasi terhadap makhluk spiritual sekaligus ketegangan seperti akan menghadapi ayah mertua.
Ah, sebentar lagi akan menikahi istri... memilih makhluk spiritual, deg-degan.
Karena ketegangan ini, Song Nan Shi pun tidak membuka lapaknya selama dua hari ini. Dengan gila-gilaan memanfaatkan Kura-Kura, menggandengnya hampir menjelajahi seluruh Puncak Lanze.
Kura-kura kelelahan sampai jadi kura-kura mati yang tak mau bergerak. Song Nanshi dengan penuh kesabaran: "Ini menyangkut urusan seumur hidupku! Kau bantu aku kumpulkan modal istri sekarang, nanti aku bantu kau cari kura-kura jelita!"
Begitu mendengar "kura-kura jelita", kura-kura yang tak bisa bergerak itu langsung menyentak, berusaha rajin bergerak untuk menghapus persepsi mengerikan si manusia.
Song Nanshi di belakang hanya bisa geleng-geleng kepala.
Tsk, pria.
Ternyata baik manusia maupun kura-kura jantan, sama-sama tak bisa melewati ambang pintu ini.
Di hari terakhir, ia pergi ke kota membeli kue-kue kesukaan makhluk spiritual.
Saat pulang, ia kembali melewati lapak Yun Zhifeng.
Yun Zhifeng masih duduk pura-pura tidur di depan lapaknya. Tapi kali ini ternyata ada pembeli!
Pembeli itu bertanya: "Ini gigi taring Mu Lang?"
Yun Zhifeng bahkan tak membuka mata: "Ya."
Pembeli: "Berapa harganya?"
Yun Zhifeng: "Tiga puluh Lingshi."
Pelanggan mencoba menawar: "Dua puluh lima setuju? Lima puluh Lingshi untuk dua biji saya ambil."
Yun Zhifeng: "Tidak boleh."
Pelanggan yang menanti debat sengit tertegun oleh penolakan singkatnya.
Pelanggan mengeluarkan jurus andalan: "Kalau tidak, saya pergi! Harga ini sudah jujur. Lihat warung sebelah..."
Menurut logika umum, saatnya memberikan diskon kecil.
Yun Zhifeng membuka mata dengan wajah bingung: "Mau pergi, mengapa masih bertanya?"
Pelanggan: "..."
Tamu itu pergi sambil menggerutu.
Yun Zhifeng kembali memejamkan mata tanpa peduli.
Song Nan terkesima melihat adegan ini.
Pedagang biasa memperlakukan pelanggan seperti dewa. Berani berdiri saja sudah hebat. Tapi pria ini? Tak cuma berdiri, malah berlaku seperti dewa!
Tak tahan, Song Nan menghampiri: "Saudara Yun, begini tidak akan untung."
Yun Zhifeng membuka matanya, seolah-olah tidak terkejut dengan kedatangannya, hanya berkata: "Aku tahu."
Song Nanshi yang sedang bersiap-siap membagikan ilmu bisnis: "……"
Ini sudah tidak bisa dijelaskan lagi.
Yun Zhifeng: "Bagaimana kabar kura-kuramu?"
Song Nanshi langsung teringat saat mendengar penyebutan kura-kura, buru-buru berkata: "Oh ya, aku ingin bertanya, apa kau masih punya kura-kura lain?"
Berhenti sejenak, menambahkan: "Lebih baik yang betina."
Yun Zhifeng sedikit menegakkan badannya: "Kura-kura yang itu? Sudah kau copot?"
Ini jadi menarik...
Kemudian dia mendengar Song Nanshi berkata: "Tidak, sudah terbiasa."
Yun Zhifeng diam sejenak, bertanya: "Lalu mengapa kau mau membeli kura-kura lagi..."
Song Nanshi dengan malu-malu menjawab: "Kura-kuraku itu sudah cukup tua, seharusnya punya latar belakang keluarga."
Yun Zhifeng: "……"
Ekspresinya terlihat kosong untuk sesaat.
Song Nanshi masih menambahkan: "Kalau tidak ada betina, jantan juga boleh, cinta tidak mengenal gender!"
Yun Zhifeng diam cukup lama.
Kemudian dia berkata dengan tenang: "Dua hari lagi datanglah ke sini, jantan atau betina akan kuberikan gratis. Biar kura-kura pilihanmu itu memilih pasangan untuk berkeluarga."
Song Nan sangat gembira!
Orang baik!
Dengan wajah berbunga-bunga dia berkata: "Terima kasih banyak, Saudara!"
Yun Zhifeng mengangguk dingin.
Matanya menatap kue makhluk spiritual di tangan Song Nan, bertanya: "Mau ke Paviliun Makhluk Spiritual?"
Song Nan mengangguk girang.
Yun Zhifeng tampak kontemplatif: "Paviliun Makhluk Spiritual... Aku mengerti."
Seketika dia kembali memejamkan mata, membuat Song Nan bingung tanpa alasan jelas.
Melihatnya tak berniat berbicara lagi, Song Nan berbalik badan pergi.
Benar-benar si aneh.
Kemampuannya jelas mumpuni, tapi kenapa setiap hari di sini hanya jual bulu binatang biasa yang tak laku-laku?
Ah, aneh atau tidak, apa urusanku?
……
Tak terasa tibalah hari pembukaan Paviliun Makhluk Spiritual.
Seperti biasa, Song Nan melakukan undian hariannya.
Namun hari ini sistem undiannya tak jelas kenapa, berputar-putar lama tapi tak mengeluarkan hasil apa pun.
Dulu dia juga pernah mengalami situasi seperti ini dua tiga kali, dia curiga apakah Sistem mengalami BUG.
Tapi karena terburu-buru ke Gerbang Makhluk Spiritual, dia tak punya waktu menyelidiki lebih dalam, buru-buru berlari ke tempat pertemuan dengan Jiang Ji.
Sampai di lokasi pertemuan yang disepakati, langkah Song Nanshi terhenti sejenak.
Seorang gadis berusia 15-16 tahun berdiri di samping Jiang Ji, wajah putih salju-nya menunjukkan kebingungan.
Melihat Song Nanshi, ekspresinya langsung berubah seperti "selamat", buru-buru berkata: "Kakak Senior Kecil."
Song Nanshi menghela napas dalam hati.
Dia mendekat: "Adik Senior."
Gadis itu segera menyusul, mengikuti erat di sampingnya, kebingungan di wajahnya baru sedikit memudar.
Song Nanshi langsung melirik Jiang Ji.
Kebetulan Jiang Ji juga menoleh, saat pandangan mereka bertemu, keduanya sama-sama tersenyum getir.
Adik Senior ini ah...
Kakek Liu mewakili isi hati mereka: "Adikmu ini juga 15-16 tahun kan, kok bisa takut sekali pada orang?"
Song Nanshi dalam hati menjawab: Bagaimana tidak?
Yu Jiaojiao, tokoh wanita novel romansa kuno manis yang terpaksa dicium di dinding.
Di seluruh sekolah, tokoh utama ini termasuk yang paling minim kesan keberadaannya.
Karena tokoh wanita novel romansa kuno ini menderita fobia sosial berat.
Song Nanshi masih punya sedikit ingatan tentang buku ini, hanya ingat tokoh wanitanya berkarakter lembut dan berperangai halus, bisa dibilang standar tokoh wanita lembut dan manja.
Tapi saat dihadapkan pada kenyataan, mana ada yang manja-manja, ini jelas-jelas fobia sosial.
Sebulan hanya keluar dua kali, satu kali mengambil gaji bulanan, satu kali membeli logistik, pergi ke tempat ramai baginya sama seperti membunuhnya.
Song Nanshi pernah melihat langsung bagaimana dia nyaris menggali lubang untuk mengubur diri saat berada di kerumunan, karena tidak tega akhirnya mengajaknya keluar, sejak itu di hati sang tokoh wanita dia dianggap orang baik tiada tanding.
Tak hanya fobia sosial, karakternya juga terlalu bergantung pada orang lain.
Seperti sekarang, tidak akrab dengan Jiang Ji tapi cukup dekat dengan Song Nanshi, maka begitu Song Nanshi datang, refleks bersandar di dekatnya.
Song Nanshi dulu pernah heran, bagaimana orang sefobia ini bisa berpacaran.
Terakhir kali dipikirkan, oh, tokoh pria utama di buku itu adalah putra mahkota bangsa iblis, saat pertama muncul dalam wujud aslinya, memiliki fobia pada manusia tapi tidak pada hewan.
Menurutnya, seandainya sang putra mahkota iblis itu awalnya berwujud manusia, meski tampan sekalipun, hubungan asmara ini tidak akan terjalin.
Dalam arti tertentu, pria non-manusia dan wanita fobia sosial, memang kombinasi sempurna.
Memang dia lengah, Yu Jiaojiao hanya dua tahun lebih muda darinya, sudah waktunya memilih makhluk spiritual.
Tapi dia yakin kali ini sang tokoh wanita pasti gagal memilih.
Kalau sampai dapat makhluk spiritual kontrak, buat apa lagi wujud asli sang putra mahkota!
Hanya saja tak tahu kecelakaan kecil apa yang terjadi.
Saat ini, seorang penderita fobia sosial terjepit di antara beberapa orang, Song Nan dan Jiang Ji saling pandang, sama-sama bingung harus berkata apa.
Yu Jiaojiao justru lebih mudah membiasakan diri dengan suasana hening ini.
Dia hampir-hampir menarik lengan baju Song Nan sambil tetap berdiri di sampingnya, menjaga jarak jauh dari Jiang Ji.
Song Nan menghela napas, bertanya: "Adik Senior, apa kau sudah menyiapkan kue-kue kesukaan makhluk spiritual?"
Yu Jiaojiao terdiam sejenak baru tersadar, bingung berkata: "Ah? Harus menyiapkan ini juga?"
Song Nan berkata dalam hati 'Ternyata', melihat wajah bingungnya, hati nuraninya tersiksa. Dengan perih ia membagi separuh kue yang dibelinya untuk gadis kecil itu.
Pandangan tokoh wanita utama itu langsung membuatnya merasa seperti Orang Paling Baik di Dunia.
Song Nan: "..." Pantas saja mudah dibujuk.
Akhirnya sampai di Paviliun Makhluk Spiritual, Jiang Ji lega, hampir tak sabar mengantar mereka masuk.
Song Nan memahami perasaannya.
Ia menghela napas: "Ayo pergi."
Di dalam Paviliun Makhluk Spiritual.
Kedatangan mereka agak terlambat. Sekelompok '' dan '' (istilah slang: pengasuh profesional) mengawasi ketat sambil menyalahkan ketidakseriusan mereka.
Song Nan merasa bersalah, buru-buru menarik temannya untuk berdiri tegak.
Setelah setengah jam, semua orang akhirnya berkumpul. Seorang memerintahkan dengan enggan agar makhluk spiritual dibawa masuk.
Song Nan menanti-nantikan dengan penuh harap.
Tiba-tiba ia melihat bayangan seseorang yang terasa familiar melintas di belakang kerumunan.
Song Nan terkejut.
Bukankah itu Yun Zhifeng?
Ia menyibak kerumunan dan melangkah dua langkah, memicu protes. Tapi ketika menoleh lagi, tidak ada bayangan orang sama sekali.
Salah lihat?
Song Nan tenggelam dalam pikiran.
Saat itu, makhluk spiritual akhirnya dibawa masuk.
Tidak usah! Makhluk spiritual yang paling penting!
Begitu masuk, makhluk-makhluk itu langsung memenuhi kerumunan, mengendus-endus dan dengan bangga memilih kupon makan mereka.
Kesempatan untuk merebut hati makhluk spiritual pun tiba!
Song Nan langsung berbalik untuk menegur adik senior: "Adik, begini caranya memberi kue..."
Ucapan itu terhenti di tengah jalan, tubuhnya membeku.
Mengangkat pandangan, terlihat Adik Senior yang fobia sosial itu dikelilingi sekumpulan besar makhluk spiritual. Beberapa bahkan menggesekkan diri dengan manja di ujung roknya, kontras dengan makhluk spiritual di depan orang lain yang memilih 'kupon makan' dengan ekspresi angkuh.
Dia bahkan belum sempat mengeluarkan kue-kuenya.
Adik Senior menoleh bingung, "Kakak Senior, ada apa?"
Song Nan Shi: "......"
Dia berkata tenang, "Maaf, sudah mengganggu."
Mereka mungkin tidak berada di dunia yang sama.
Song Nan Shi memutar kepala dengan ekspresi kaku, menyerahkan kue di tangannya pada makhluk spiritual yang lewat.
Makhluk itu mengendus-endus dari atas dengan sikap merendahkan, lalu kabur sambil menunjukkan ekspresi jijik.
Di samping, suara lembut tokoh wanita utama terdengar, "Jangan menggesekkan kakimu, ah gatal."
Song Nan Shi: "......"
Dengan tenang dia menyuapkan kue itu ke mulutnya sendiri.
