Yun Zhifeng bangkit dari tanah, menatap tajam Song Nanshi dengan ekspresi datar.
Song Nanshi melotot lebih besar darinya.
Sepasang matanya biru kehijauan tanpa cahaya, memancarkan aura aneh.
Melihat ini, Yun Zhifeng berhenti sejenak. Untuk sesaat, dia hanya merasa bahwa saat hantu wanita bernama Sadako membuka rambutnya, kira-kira akan terlihat seperti ini.
Setelah diam cukup lama, dia berkata dengan suara tenang: "Katakan, apa maksudmu?"
Song Nanshi menghela napas panjang: "Bangun, belajar."
Yun Zhifeng kehilangan kata-kata.
Suaranya semakin bingung: "Kau membangunkanku di tengah malam hanya untuk mendesakku belajar?"
Song Nanshi tertawa pahit: "Kalau tidak?"
Yun Zhifeng: "……"
Dengan ekspresi datar, dia memutar kepala dan menendang Jiang Ji.
Jiang Ji sedang tertidur lelap. Ketegangan tersembunyi antara adik seperguruannya dan musuh bebuyutannya sama sekali tidak mengganggunya.
Lalu tubuhnya terhempas ke dinding akibat tendangan itu.
Dia memang pantas disebut Long Aotian yang terlahir dari pertarungan hidup-mati, reaksinya sangat cepat. Hampir bersamaan saat ditendang keluar, matanya langsung terbuka lebar. Dengan gesit dia berbalik badan bangkit dari dinding, pedang panjang sudah di tangan. Bekas tidur masih terlihat di wajahnya, namun sorot matanya sudah memancarkan niat membunuh yang menusuk tulang.
"Ada musuh!" katanya dengan dingin.
Yun Zhifeng perlahan menarik kembali kaki panjangnya, berkata datar: "Tidak ada."
Jiang Ji bingung: "Lalu tadi aku..."
Dia menunduk, melihat cap sepatu utuh di bajunya.
Posisi cap sepatu itu sempurna, tenaga yang digunakan tepat. Hanya dari sebuah cap sepatu saja terlihat betapa kuatnya kendali sang pelaku atas tubuhnya.
Dia berhenti sejenak, pandangannya perlahan beralih ke Yun Zhifeng.
Yun Zhifeng tak menyangkal: "Benar, aku yang menendangmu."
Jiang Ji tak percaya: "Aku sedang tidur nyenyak, kau..."
Ucapannya belum selesai, Yun Zhifeng sudah mendengus dingin: "Ini harus kau tanya pada adik seniormu."
Jiang Ji memutar kepala tanpa tujuan, langsung berhadapan dengan wajah ekspresi datar Song Nanshi.
Jiang Ji kaget setengah mati.
Dari belakang, Yun Zhifeng menyatakan fakta dengan tenang: "Aku baru tidur satu jam, tadi, adik seniormu membangunkanku."
Jiang Ji: "？？？"
Ubun-ubunnya dipenuhi tanda tanya: "Adik seniorku membangunkanku, jadi kau memutuskan membangunkanku juga?"
Yun Zhifeng mendengus dingin: "Kalau tidak?"
Tiba-tiba, Liu Lao Tou mengapung keluar dari giok, berkomentar tepat: "Ini namanya utang ayah dibayar anak."
Jiang Ji: "……" Sialan utang ayah dibayar anak! Ayah siapa anak siapa!
Ia tak bisa menahan diri: "Kau gila ya!"
Yun Zhifeng tetap ekspresi datar: "Tidak, yang gila bukan aku."
Sambil bersandar ke dinding, ia memejamkan mata: "Adik seniormu ini ada sedikit cacat psikologis, sebagai shixiong, kau harusnya mengaturnya."
Usai bicara, tanpa peduli reaksi orang lain, ia langsung tidur sambil memeluk lengan.
Tersisa Jiang Ji yang berdiri tak karuan menatap adik seniornya.
Song Nanshi menyambut tatapannya dengan senyum "lembut".
Suaranya berbisik halus: "Shixiong, pernahkah kau dengar pepatah?"
Secara misterius, bulu kuduk di lengan Jiang Ji merinding semua.
Ia gagap: "Apa... pepatah apa?"
Song Nanshi: "Semasa hidup ngapain lama-lama tidur, mati nanti pasti bakal tidur panjang."
Sambil berkata demikian, ia menyodorkan buku di tangannya ke senior utama, berujar lembut: "Shixiong, mari kita sama-sama introspeksi."
Sudut mulutnya mengangkat, duduk anggun di samping meja tulis. Ekspresi tenangnya yang dipadukan bola mata biru kehijauannya justru terlihat mengerikan.
Jiang Ji: "……"
Liu Lao Tou: "……"
Liu Lao Tou mengamati sejenak, lalu bergumam berat: "Tamat. Sudah tak tertolong."
Jiang Ji hampir menangis ketakutan, buru-buru mendekat sambil gugup: "Adik Senior, lebih baik kau istirahat dulu, kenapa sampai segini juga!"
Song Nanshi: "Tian akan menurunkan tanggung jawab besar kepada seseorang, harus membuatnya menderita mental, memeras tulang dan ototnya, serta membuat tubuhnya kelaparan."
Jiang Ji ragu-ragu cukup lama, tak berani menasihati lagi.
Ia memutar kepala memandang rak buku di belakangnya, lalu melihat adik senior yang tetap belajar meski wajahnya sudah seperti hantu, menggeretakkan gigi dan duduk kembali di depan meja tulis, memaksakan mata sayu yang tak berdaya.
Song Nanshi melihat ini, sudut mulutnya menampakkan senyum dingin.
Ayo! Bersainglah!
Maka, sebelum Yun Zhifeng sempat tidur lama, ia tersentak bangun oleh aura persaingan yang bahkan terasa di udara.
Ia membuka mata, memandang dengan tatapan kosong ke arah kakak-beradik senior yang mulai bersaing di samping rak buku.
Sebagai penduduk asli dunia kultivasi, ia tak tahu apa arti "persaingan ketat".
Tapi entah mengapa ia merasa terhisap dalam pusaran yang seolah-olah mengharuskan pengorbanan nyawa jika tak berusaha keras.
Setelah terdiam lama, akhirnya dia terpaksa bangkit dan berjalan ke rak buku dalam keheningan, seluruh tubuhnya diselimuti awan gelap.
Song Nanshi melihat ini, senyum tipis yang nyaris tak terlihat mengembang di sudut mulutnya, dipenuhi aura konspirasi.
Rencana persaingan tidak sehat, berhasil.
Coba tanyakan, siapa di dunia ini yang bisa lepas dari nasib persaingan tak sehat?
Ayo kita semua berkompetisi!
……
Dua puluh ribu buku, tiga orang, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membacanya semua?
Bila satu orang sehari bisa membaca dua buku asal-asalan, tiga orang bersama-sama pun masih membutuhkan waktu delapan sampai sembilan tahun.
Tentu saja ini kecepatan manusia biasa, para cultivator harus diperhitungkan secara terpisah.
Cultivator, selama telah melatih persepsi spiritual, maka baik membaca maupun berlatih bela diri sudah tidak lagi mengandalkan penglihatan dan daya ingat otak.
Di bawah sorotan persepsi spiritual, tidak berlebihan untuk mengatakan mereka bisa membaca sepuluh baris sekaligus dan menghafal sekilas.
Song Nanshi tak tahu berapa lama waktu telah berlalu di luar, tapi saat menghitung dengan jari, dia menyadari mereka telah membaca buku di perpustakaan ini selama tiga bulan penuh.
Tiga bulan penuh, tidak hanya harus menyelesaikan semua buku, tapi juga memastikan setiap detail dalam buku diingat dengan jelas untuk menghindari pertanyaan konyol seperti "teh apa yang diminum tokoh wanita saat bertengkar". Song Nanshi sempat merasa di kehidupan ini tak ingin lagi membaca buku.
Namun efeknya juga terlihat jelas.
Mereka membagi rak buku perpustakaan ke dalam dua sisi utara dan selatan. Buku yang belum selesai dibaca ditumpuk di area utara, sedangkan yang sudah selesai diletakkan di selatan.
Seiring bertambahnya buku di sisi selatan dan berkurangnya tumpukan utara, Song Nanshi menyadari meski hampir tidak sempat bersila untuk berlatih selama tiga bulan ini, kultivasi-nya juga meningkat perlahan-lahan.
Jika hal-hal ini masih kurang jelas, ada satu hal yang benar-benar bisa dirasakan Song Nanshi.
Bottleneck Foundation Establishment-nya yang selama bertahun-tahun tak menunjukkan tanda-tanda perkembangan, akhirnya mulai melunak.
Song Nanshi tenggelam dalam pikiran.
Di dunia kultivasi, tahap Foundation Establishment adalah titik balik antara cultivator dan manusia biasa. Banyak cultivator yang tidak bisa mencapai Foundation Establishment seumur hidup mereka.
Song Nanshi hampir tidak memiliki bakat dalam berlatih pedang, tapi di bidang lain bakatnya tidak bisa dibilang buruk. Seharusnya dia tidak akan terkikis hingga usia 17 tahun tanpa ada tanda-tanda Foundation Establishment.
Tapi siapa sangka dia adalah seorang ahli ramalan.
Breakthrough untuk ahli ramalan terkenal sulit. Sebelum Yuan Bayi, cultivator lain mungkin bisa mengandalkan kekuatan militer yang bertumpuk untuk breakthrough. Tapi bagi ahli ramalan, breakthrough dari awal sampai akhir harus mengandalkan bakat yang abstrak dan sulit dipahami.
Entah karena alasan apa, breakthrough bagi Song Nanshi bisa dibilang sulitnya berlipat ganda.
Bakatnya tidak buruk, talenta juga ada, tapi berkali-kali terjebak di ambang breakthrough, selalu merasa ada sesuatu yang kurang.
Lao Shi pernah meramal untuknya. Setelah melihat hasil ramalan, dia kehilangan kata-kata untuk waktu lama, hanya berkata: "Kebetulan belum tiba."
Song Nanshi tidak mengerti mengapa seorang cultivator tahap Qi Refining pemula yang ingin breakthrough ke Foundation Establishment masih perlu menunggu kebetulan.
Tapi saat ini, dia seolah mendapat pencerahan.
Jodohnya telah tiba.
Setelah menyadari hal ini, Song Nanshi tidak lagi emosional. Dengan tekun, dia mulai menyimak setiap buku satu per satu.
Kedua orang itu mungkin mendapat sesuatu yang tak diketahui dari buku-buku itu. Namun Song Nanshi jelas merasakan keseriusan mereka yang semakin meningkat dari hari ke hari.
Yang paling rajin dan cepat membaca adalah Yun Zhifeng.
Song Nanshi tahu Yun Zhifeng memiliki luka lama. Kemampuan sebenarnya mungkin melebihi yang terlihat, meski kultivasinya terganggu, persepsi spiritualnya tetap utuh.
Persepsi spiritualnya jauh lebih kuat dibanding kakak-beradik Song Nanshi. Kecepatan membacanya hampir tak tertandingi.
Cerita hantu, naskah langka, ilmu kultivasi - yang relevan maupun tidak - mereka serap seperti spons kehausan.
Song Nanshi secara samar merasa, tuan warisan ini mungkin memang tidak banyak membaca buku, tetapi dia pasti menyadari bahwa kekurangan pengetahuan atau wawasan telah membuatnya menghadapi banyak rintangan dalam perjalanan latihannya. Oleh karena itu, dia memasukkan semua buku yang dianggapnya berguna ke dalam perpustakaan, menggunakan metode pengajaran yang hampir seperti memaksa bebek ini untuk mendidik penerusnya.
Song Nanshi menyadarinya, begitu juga yang lain.
Hingga pada akhirnya, ketiga orang tanpa direncanakan telah berhenti menjadikan kelulusan sebagai tujuan akhir. Alih-alih menggunakan cara pintas seperti berpisah membaca 20.000 buku lalu mengumpulkan ide cemerlang untuk menjawab soal ujian, mereka justru aktif mencari buku-buku yang belum pernah mereka baca.
Bahkan ketika rak buku utara sudah kosong, tak seorang pun mengajak pergi.
Demikianlah, tiga bulan kembali berlalu.
Saat Song Nanshi dengan refleks meraba buku di samping tangan namun hanya menemukan kekosongan, dia bahkan belum sepenuhnya tersadar.
Dia mengangkat pandangan, bertanya spontan: "Bukunya?"
Yun Zhifeng yang berdiri di sebelahnya menjawab dengan nada tertahan tawa: "Sudah tiada."
Song Nanshi refleks mengulangi: "Sudah tiada?"
Yun Zhifeng: "Song Nanshi, waktunya untuk pergi."
Song Nanshi akhirnya tersadar.
Sudah tiada.
20.000 buku, selama enam bulan penuh.
Ini akhirnya.
Liu Lao Tou tersenyum riang mengawasi mereka, kali ini tak mengejek: "Ayo pergi ke ujian, lihat apa warisan yang dimaksud ini."
Song Nanshi seperti terbangun dari mimpi.
Ketiganya bangkit, memandang terakhir kali rak buku yang hampir rusak akibat sering dibaca, saling memandang sejenak, lalu langsung menuju pintu batu bertuliskan soal ujian.
Soal-soal yang awalnya membuat mereka panik itu kini menjadi ujian terbuka.
Jiang Ji melirik: "Sesederhana ini?"
Song Nanshi: "Enam bulan lalu kau akan bilang sederhana?"
Jiang Ji tersenyum kecut.
Mereka pun terlalu bersemangat mulai menjawab.
Entah karena sudah terbiasa persaingan tidak sehat di perpustakaan, mereka pun bersaing diam-diam saat ujian.
Seringkali, begitu pertanyaan sebelumnya baru saja dijawab, semua orang sudah siap menyambar pertanyaan berikutnya.
“Apa yang harus ditambahkan ke Pil Musim Semi Abadi agar berubah menjadi racun? Tentu saja Di Dan. Masalah sederhana seperti ini malah membuat Kakak Jiang ragu-ragu, jelas-jelas waktu belajar dulu tidak serius.” Yun Zhifeng tersenyum tipis.
“Kelemahan Lei Beast? Pasti tulang Lei di ruas ketiga tulang punggung. Kakak Yun sampai ragu beberapa saat, pasti dulu baca bukunya hanya sekilas.” Jiang Ji langsung menelanjangi niat sebenarnya.
Song Nanshi menyaksikan dua pria dewasa ini saling serang dengan sinar golok dan kilau pedang di hadapannya, tak bisa menahan mendengus dingin.
Ia melirik pertanyaan berikutnya, lalu berkata dengan angkuh: “Di halaman berapa pengetahuan tentang kebiri babi jantan dibahas dalam buku 《Perawatan Pasca Melahirkan Babi Betina》, kalian tahu?”
Jiang Ji dan Yun Zhifeng: “……”
Kenapa perawatan pasca melahirkan babi betina sampai membahas kebiri babi jantan?
Mereka pun terdiam.
Song Nanshi mendengus dingin: “Di halaman 321.”
Setelah berkata demikian, dia melirik mereka dengan pandangan merendahkan, seolah melihat dua sampah kecil.
Kedua orang itu：“……”
Mereka yang kalah.
Ketiganya terus menjawab soal dengan sengit bak kilau pedang dan sinar golok, sementara Liu Lao Tou menyaksikan dengan antusias.
Hingga akhirnya mereka berebut menjawab soal terakhir.
Saat judul soal itu terlihat, ketiganya terkejut.
Song Nanshi berhenti sejenak, lalu membacakan soal tersebut.
“Ilmu Pedang.”
Hanya dua karakter itu.
Umum dan luas, bisa merujuk ke konten buku apapun terkait ilmu pedang, atau mungkin tidak.
Saat melihat soal ini, Song Nanshi langsung sadar ini bukan bidangnya.
Sorot matanya tertuju pada dua cultivator pedang.
Yun Zhifeng dan Jiang Ji sama-sama mengerutkan alis.
Kedua orang itu saling memandang.
Jiang Ji mulai mencoba menjawab pertama kali, mengutip isi buku tentang ilmu pedang dari perpustakaan atau pengetahuan yang pernah dipelajarinya.
Namun kali ini, soal itu sama sekali tidak bereaksi.
Setelah lancar sampai di sini tanpa hambatan, barulah mereka dianggap menghadapi soal rumit yang sebenarnya, atau mungkin hal yang benar-benar ingin diuji oleh senior itu.
Setelah Jiang Ji kalah telak, giliran Yun Zhifeng mulai menjawab.
Dia sangat waspada, konten jawabannya lebih mendalam dibandingkan Jiang Ji.
Namun soal masih belum bereaksi.
Ini bukan hal yang ingin didengar senior itu.
Ketiganya saling memandang, terbenam dalam diam.
Song Nanshi yang sejak tadi merenung saat mereka menjawab, tiba-tiba berkata: "Baca semua koleksi buku, masalah pasti selesai."
Jiang Ji refleks bertanya: "Apa?"
Song Nanshi: "Ini kalimat asli di pintu batu itu, artinya jawaban soal di pintu batu pasti ada di koleksi buku."
Jiang Ji: "Tapi kita sudah baca semua koleksi buku, tidak ada buku yang khusus membahas ilmu pedang."
Song Nanshi mengusap dagu, tegas dan pasti: "Pasti ada."
Sambil berkata demikian, dia berpikir sejenak lalu tiba-tiba bangkit menuju rak buku.
Yun Zhifeng menyadari sesuatu, langsung mengikutinya.
Jiang Ji masih bingung: “Bukankah kita sudah selesai membaca…”
Belum selesai bicara, Liu Lao Tou di belakangnya sudah tak tahan menendang pantatnya.
Dia berkata: “Bodoh, kau belum juga cepat menyusul!”
Jiang Ji tersadar, buru-buru menyusul.
Saat dia mengejar, Song Nanshi sedang berhenti di sebelah rak buku kosong melompong di sisi utara.
Di rak yang mereka pindahkan dengan rapi itu, sebuah buku yang tak pernah terlihat sebelumnya tergeletak kesepian di atasnya.
Jiang Ji membelalakkan mata.
Song Nanshi bergumam: “Oh begitu.”
Dia menggerakkan jarinya, ingin maju, tapi tiba-tiba berhenti, memutar kepala ke Jiang Ji: “Senior Utama, kau ambil buku itu.”
Jiang Ji refleks maju, mengambil buku itu.
Itu adalah buku yang hanya memiliki sampul, tanpa judul.
Dia langsung menyerahkan buku itu ke Song Nanshi, berkata: “Adik Senior.”
Song Nanshi: “……”
Dia sengaja meminta Jiang Ji mengambil buku karena menyadari ini mungkin adalah warisan atau sesuatu terkait warisan.
Hasilnya si bodoh ini malah memberikannya lagi padanya setelah mengambil?
Dengan kecerdikan segini, bagaimana dia bisa menjadi Long Aotian?
Tanpa menjemput, Song Nanshi langsung berkata: "Letakkan di meja tulis, kita lihat bersama."
Yun Zhifeng meliriknya.
Jiang Ji tak berprasangka, dengan patuh meletakkannya di atas meja.
Menatap buku tanpa judul itu, jantung Song Nanshi berdebar. Akhirnya ia mengulurkan tangan, membalik sampul di hadapan ketiganya.
Namun saat halaman pertama terbuka, Song Nanshi dan Yun Zhifeng serentak mengernyitkan alis.
Yang terpampang di depan mata mereka adalah "tulisan suci" tanpa satu karakter pun.
Keduanya saling memandang.
Yun Zhifeng menggelengkan kepala, memberi isyarat tak bisa melihat apapun.
Song Nanshi hendak bicara, tiba-tiba melihat Jiang Ji tak sengaja menjatuhkan batu tinta di sampingnya.
Ia bergumam tak karuan: "Oh begitu rupanya."
Song Nanshi menoleh tiba-tiba.
Tampak pandangan Jiang Ji terkunci erat pada "buku kosong" itu, larut dalam cerita.
Song Nanshi awalnya seluruh tubuhnya menegang, kemudian perlahan merilekskan diri.
Dia berpikir, Ternyata benar.
Warisan yang seharusnya menjadi milik Jiang Ji dalam kisah asli, setelah berputar-putar, akhirnya kembali ke tangannya.
Bersamaan dengan itu, pintu batu mengeluarkan suara gemuruh.
Pintu batu yang tadi membuat mereka pasrah, kini terbuka.
Apa itu ilmu pedang?
Senior itu bukan bertanya tentang makna ilmu pedang secara universal, melainkan ilmu pedang versinya sendiri.
"Tulisan suci" itu adalah perwujudan ilmu pedang yang ditinggalkannya.
Orang yang mampu memahami "tulisan suci", berarti mengakui ilmu pedangnya, sekaligus orang yang dipilihnya.
Song Nanshi perlahan mengembuskan napas, melirik senior utama yang masih terbenam dalam "tulisan suci", lalu berpaling ke Yun Zhifeng: "Mari kita lihat apa yang ada di belakang pintu."
Yun Zhifeng mengangguk.
Kedua orang itu bangkit berdiri.
Saat mendekati ambang pintu batu, Yun Zhifeng tiba-tiba bertanya: "Apa kau sudah tahu sejak lama bahwa shixiongmu adalah penerus warisan yang dipilih senior itu?"
Song Nanshi tidak menjawab, malah balik bertanya: "Lalu apa kau kecewa?"
Dia tak bisa menahan tawa: “Shixiong sudah mendapat warisan, aku sekadar bergaul mendapat warisan, perjalananmu kali ini tak membawa apa-apa.”
Yun Zhifeng tersenyum kecut, nada bicara berkesan remeh namun penuh kesombongan: “Di masa depan, akulah yang akan meninggalkan warisan membuat orang berduyun-duyun mengejarnya.”
Song Nanshi mendengarnya, memandanginya dengan tersenyum.
Saat berbicara tadi Yun Zhifeng tak merasa apa-apa, kini tatapan Song Nanshi membuatnya sangat tidak nyaman.
Ia tak kuasa berkata: “Warisanmu seharusnya juga ada di dalam, mari kita lihat dulu.”
Perhatian Song Nanshi teralihkan, ia pun mulai bersemangat.
Pikirnya, meski senior yang memberinya warisan sengaja menggesekkan tempat warisan orang lain, terkesan melarat, tapi di zaman itu yang mampu meninggalkan warisan di ruang rahasia, masing-masing tidak boleh diremehkan, mungkin kemiskinan hanya tampilan luarnya saja.
Song Nanshi tak bisa menahan antisipasinya.
Dengan perasaan penuh harap itu, kakinya melangkah meninggalkan pintu batu.
Di belakang pintu batu terdapat tempat seperti Cangbingge, di mana berbagai senjata berada.
Di tengah tepat, berdiri patung pria setinggi dua orang, rupa patung itu sama persis dengan potret di perpustakaan.
Di tangan patung tersebut tergenggam sebilah pedang berat.
Song Nanshi menduga ini warisan yang disiapkan untuk Shixiong.
Astaga, pesta megah!
Tanpa sadar Song Nanshi menggosok-gosokkan tangannya.
Warisan dan senjata Shixiong sudah ada, lalu milikku...
Pikiran itu terputus ketika senyumannya tiba-tiba membeku.
Karena dia menemukan sesuatu yang diduga sebagai warisannya.
Tapi ini bukan karena kemampuannya mengamati, melainkan...
Song Nanshi menatap dengan ekspresi datar ke arah kertas kecil yang menempel di dahi patung pria gagah itu.
Empat karakter terpampang dengan arogan.
——Kakek di sini!
Di sebelah tulisan itu ada tanda panah mengarah ke atas, tepat ke ubun-ubun patung.
Dengan leher kaku, Song Nanshi mengangkat wajahnya sentimeter demi sentimeter.
Dia melihat kotak kayu sederhana yang diletakkan di mahkota kepala patung.
Song Nanshi: “……”
Bersamaan itu, suara Yun Zhifeng yang ingin mengatakan sesuatu namun ragu terdengar.
“Senior ini…” Ia berpikir sejenak, akhirnya berkomentar: “Cukup tak terbelenggu formalitas.”
Song Nanshi: “……”
Tiba-tiba, warisan ini jadi tak begitu diinginkannya lagi.
……
Di luar ilusi, di atas tebing.
Zhu Xiu dan Yu Jiaojiao mencari hingga ke sini dengan hati gelisah seperti terbakar.
Zhu Xiu memandang sekeliling, tegas berkata: “Benar, aku sudah bertanya ke cultivator terakhir yang melihat kakak senior mereka. Kata mereka shixiong dan shimei memang ke sini.”
Yu Jiaojiao bingung: “Tinggal tiga jam lagi ruang rahasia akan ditutup. Kalau belum menemukan kakak senior…”
Zhu Xiu menghibur: “Tak apa, selama masih di dalam, saat penutupan mereka pasti akan dikeluarkan.”
Yu Jiaojiao berhenti sebentar, bertanya: “Tapi bagaimana jika di ruang rahasia mereka terbenam dalam ruang independen?”
Zhu Xiu diam seribu bahasa, raut wajahnya menjadi serius.
Kedua orang itu sedang bingung, tiba-tiba melihat ruang di hadapan mereka mulai melengkung. Sesaat kemudian, seorang pria dengan wajah bengkak seperti kepala babi tiba-tiba kabur dari dalam.
Dia berteriak seperti orang gila: "Enam bulan! Enam bulan!"
Yu Jiaojiao mundur refleks sambil berteriak kaget: "Kepala babi ini..."
Ucapannya belum selesai ketika "Kakak Kepala Babi" itu tiba-tiba menoleh ke arahnya.
Kemudian mata "Kakak Kepala Babi" itu berkaca-kaca: "Manusia! Manusia! Ini Manusia Hidup! Masih hidup!"
Seolah melihat keluarga, dia berlari ke arah Yu Jiaojiao.
Saat ini, Zhu Xiu yang sedang memeriksanya sekitar berada satu zhang (~3.3m) dari Yu Jiaojiao, berubah pucat: "Adik Senior!"
Yu Jiaojiao juga berubah pucat!
Tapi kekagetan bukan karena pria ini tiba-tiba menyerang, melainkan karena naluri emosional fobia sosialnya kambuh!
Melihat orang yang menghampiri ini, reaksinya persis seperti orang yang fobia serangga melihat ulat bulu.
Dia terus-menerus mundur, sorot matanya penuh kengerian, kata-katanya tak terkendali: "Manusia! Manusia! Manusia Hidup! Jangan mendekat ke sini!"
Menyadari mundur tak membuahkan hasil, orang itu masih bersikap arogan, naluri emosional fobia sosialnya tiba-tiba meledakkan potensi tak terbatas.
Dia mengangkat tangan dan langsung mengarahkan pukulan, tepat menembus wajah Kepala Babi.
Sesaat kemudian, tenaga pukulan ini membuat Kepala Babi terlempar terbang mundur, langsung masuk kembali ke dalam pusaran itu.
“Brak”.
Pusaran mengikat.
Susah payah kabur, Kakak Bantal dihajar kembali ke titik awal oleh fobia sosial.
Dewa Bumi mengembalikan wajah ngeri: "Manusia Hidup! Mengerikan sekali!"
Zhu Xiu: “……”
