Begitu Jiang Ji mengucapkan kebenaran gamblang persiapan dini ini, para hadirin langsung tahu akan kacau.
Dalam sekejap, entah dari mana mereka mendapatkan hubungan, masing-masing menggunakan kemampuan untuk memblokir mulutnya.
Zhu Xiu dengan sigap memunguti kue teh terbesar di meja dan menyodokkannya ke mulut Long Aotian, memutus "analisis rasional" yang hendak diucapkannya sambil menggeretakkan gigi: "Shixiong, kau pasti lapar!"
Kebetulan, Yu Jiaojiao juga berpikir demikian.
Dua potong kue raksasa berhasil masuk ke mulut Long Aotian secara bersamaan, membuatnya tersedak hingga matanya memutar.
Yun Zhifeng cepat-cepat menuangkan teh dingin semalam ke cangkir dan menyodokkannya ke mulutnya, rela memberikan cangkir tersebut ikut tertelan.
Ia berkata penuh perhatian: "Cepat telan yang mulus."
Jiang Ji: "Aghmm...yue!" (slang: muntah)
Di samping, Liu Lao Tou tertawa terbahak-bahak dan berteriak, "Hidangan teh ini sudah tidak segar! Lihat kondisi luarnya, pasti sudah disimpan hampir setengah bulan! Jiang Ji, senang tidak kamu memakannya? WKWKWKWK!"
Wajah Jiang Ji berubah hijau.
Di sisi lain, Song Nanshi memegang surat utang yang telah menunggu seribu tahun untuk diwariskan ini dengan kedua tangan bergetar.
Tanpa sadar ia mulai menghitung bunga pinjaman 5.000 Lingshi selama ribuan tahun sesuai suku bunga umum di dunia kultivasi.
Semakin dihitung, semakin suram masa depannya.
Tapi setidaknya ia masih ingat ada sesepuh Wan Jian di sini.
Ia mengangkat wajah, bertatapan dengan sesepuh Wan Jian yang terlihat linglung namun mengandung sedikit simpati.
Song Nanshi memaksakan senyum dan bertanya dengan sedikit harapan, "Apakah senior itu... meninggalkan barang lain?"
Sesepuh Wan Jian: "..."
Menurut Guru Besar, saat senior itu datang, dia juga meninggalkan dua formasi yang hancur dan beberapa pintu utama yang diafkir.
Jika semua ini dijumlahkan...
Sesepuh Gunung Wan Jian memandangi pemuda ini yang belum menguasai ilmu apapun tapi sudah kebanjiran utang, memilih tidak mengucapkan hal-hal itu karena belas kasihan.
Maka dia berkata, "Tidak ada, tidak ada. Senior itu tidak merusak apapun saat datang."
Senyuman Song Nanshi langsung menjadi kaku.
Menyadari kekeliruannya, sesepuh itu: "..."
Keduanya saling pandang. Sang sesepuh bertindak cepat, "Sekte punya urusan penting. Karena wasiat kedua senior sudah disampaikan, saya akan kembali dulu."
Sesepuh itu kabur secepat kilat.
Song Nanshi tetap tersenyum kaku sambil menyaksikan kepergiannya.
Setelah sesepuh itu cukup jauh, yang lain saling memandang, ingin menghibur adik senior yang penuh musibah ini.
Yun Zhifeng hati-hati memilih kata, "Song Nanshi..."
Ucapan belum terucap, Song Nanshi sudah cepat-cepat meraih surat utang berusia ribuan tahun itu. Raut wajahnya tak biasa serius, memeriksanya kata demi kata.
Orang lain terdiam tak berkutik oleh kharismanya, sementara tak ada yang berani bersuara.
Beberapa saat kemudian, Jiang Ji tiba-tiba berbisik pelan: "Jangan-jangan surat utang ini sebenarnya menyimpan makna tersembunyi?"
Yun Zhifeng menggeleng pelan: "Kurasa..."
Zhu Xiu menegaskan dengan pasti: "Tidak mungkin!"
Begitu kata-kata itu terucap, Song Nanshi akhirnya mengangkat kepala dari surat utang itu.
Wajahnya tampak lebih lega.
Jiang Ji masih yakin dia pasti menemukan sesuatu. Selama ini, ia makin yakin adik senior ini benar-benar bukan orang sembarangan.
Dengan serius ia bertanya: "Adik Senior, kau menemukan apa?"
Song Nanshi: "Tidak ada bunga."
Jiang Ji: "Ah?"
Song Nanshi menepuk-nepuk dadanya, seperti baru hidup kembali sambil berkata: "Aku sudah meneliti surat utang ini kata demi kata, dan menemukan kedua pihak tidak menetapkan bunga. Artinya, aku hanya perlu membayar modal, tak perlu mengurus berapa bunga yang terkumpul selama seribu tahun lebih."
Jiang Ji: "...Oh."
Song Nanshi: "WKWKWKWK!"
Dengan menggoyang-goyangkan surat utang di tangannya, ia pergi dengan riang gembira.
Para hadirin: "......"
Setelah diam cukup lama, Zhu Xiu berkata pelan: "Kenapa menurutku tawa adik senior agak mengerikan?"
Liu Lao Tou menggelengkan kepala sambil menghela napas: "Kondisi mental adikmu pasti ada yang tidak beres."
Yun Zhifeng menghela napas panjang, lalu mengangkat kakinya dan mengikutinya.
Saat menyusul Song Nanshi, ia melihat wanita itu sedang memasukkan surat utang tersebut ke dalam kotak kayu kecil, seolah ingin menjaganya dengan baik.
Dia menatap lama, akhirnya tidak tahan, berkata: "Kalau orang lain, mungkin takkan peduli surat utang ribuan tahun ini. Seribu tahun lebih, tiga generasi berganti, zaman sudah berubah besar-besaran, pemberi utang dan peminjam masa itu pun sudah tiada. Kau juga tak wajib mengurus utang seribu tahun lalu."
Song Nanshi balik bertanya: "Kalau kau, apa kau akan mengurusnya?"
Yun Zhifeng diam sejenak, menjawab: "Akan."
Song Nanshi: "Makanya, ada yang tak bayar, pasti ada yang akan bayar."
Sambil menggeretakkan gigi, dia melanjutkan: "Aku yakin si kakek tua ini pasti sengaja! Kalau aku tipe orang yang cuma mengambil barang tanpa melunasi utang, dulu mungkin bahkan rintisan pertama pun takkan bisa kulewati, apalagi membuat papan takdir mau jinak! Sial! Jangan-jangan dia cuma mau cari orang bodoh buat bayarin utangnya?!"
Yun Zhifeng tidak bisa menahan tawa, tak lagi khawatir dengan kondisi mental Song Nanshi.
Song Nanshi menaruh kotak dengan rapi, menoleh melihatnya belum pergi, bertanya: "Kak Yun, tahukah kau tentang Keluarga Shen di Zhongzhou?"
Yun Zhifeng mengangguk paham.
Begitu dia memanggil "Kakak Yun", berarti ada yang ingin diminta darinya.
Maka dengan senyum datar, dia berkata: "Aku memang besar di Zhongzhou."
Mata Song Nanshi langsung berbinar, "Cepat ceritakan!"
Kakak Yun menjelaskan: "Di Zhongzhou ada lima keluarga Shen terkemuka yang tersebar di empat kota, belum lagi keluarga Shen tak terkenal yang jumlahnya tak terhitung. Jika kau mencari hanya berdasarkan nama 'Shen', entah sampai kapan bisa ketemu."
Entah sampai kapan bisa ketemu.
Sudut mulut Song Nanshi nyaris melengkung kegilaan, tapi dia tetap memaksakan ekspresi berat yang dramatis: "Sungguh disesali!"
Yun Zhifeng: "Tapi—"
Mendengar kata pengecualian, ekspresi Song Nanshi berubah drastis.
Yun Zhifeng berkata dengan santai: "Senior itu secara eksplisit menulis 'Keluarga Shen Zhongzhou' di surat utang, membuktikan bahwa keluarga Shen yang dimaksud pasti begitu terkenal sehingga sebutan itu langsung mengarah ke satu keluarga spesifik—paling tidak di masa itu."
Wajah Song Nanshi langsung lunglai.
Yun Zhifeng melihat ekspresinya, lalu berkata: "Kini, dari lima keluarga Shen yang kuketahui, semuanya hanya keluarga kecil biasa, tak satu pun yang memiliki prestasi seperti itu."
Song Nanshi diam-diam menghela napas lega, mengangguk paham: "Artinya mereka jatuh miskin dalam seribu tahun ini."
Dia bertanya lagi: "Lalu, apa kau tahu ada keluarga Shen terkenal seribu tahun yang lalu?"
Yun Zhifeng menggelengkan kepala: "Aku belum punya waktu untuk mempelajari seperti apa keadaan keluarga yang sudah merosot selama ribuan tahun."
Setelah berpikir sejenak, dia menambahkan: "Tentu saja, mungkin bukan hanya merosot. Bisa jadi keluarga Shen ini sudah punah selama seribu tahun terakhir."
Mendengar ini, raut wajah Song Nanshi kembali cerah.
Yun Zhifeng berbicara perlahan: "Tapi..."
Song Nanshi: "......"
Dengan ekspresi datar, dia menatapnya: "Kakak Yun, kau sedang mempermainkanku?"
Yun Zhifeng: "Tidak-tidak."
Song Nanshi menarik napas dalam-dalam: "Sudahlah! Kalau ada yang ingin kau katakan, selesaikan sekaligus!"
Yun Zhifeng tersenyum tipis di sudut mulutnya yang hampir tak terlihat, berkata: "Meski aku tak tahu peristiwa seribu tahun lalu, tetapi Sekte Tanpa Batas kalian didirikan sekitar seribu tahun lebih yang lalu. Pasti ada catatan tentang Zhongzhou, maka Keluarga Shen yang terkenal dari seribu tahun lalu juga akan tercatat di sana. Jika kau benar-benar ingin mencari Keluarga Shen dari seribu tahun lalu, lebih baik langsung kembali ke sekte dan telusuri catatan sejarah sekte."
Ya, bolak-balik begini, jalan keluar selalu lebih banyak daripada kesulitan.
Song Nanshi dengan tak berdaya melambai-lambaikan tangannya: "Mengerti, mengerti."
……
Kebetulan yang aneh, saat Song Nanshi bertanya pada Yun Zhifeng tentang pencarian Keluarga Shen, Jiang Ji juga sedang menginterogasi golden finger-nya dengan bertanya ini itu.
Dia berkata: "Lao Liu, apakah Anda tahu siapa Senior Jian Sheng itu?"
Mendengar itu, ekspresi Liu Lao Tou terlihat tersadar sekejap.
Setelah diam sejenak, dengan nada agak kompleks dia berkata: "Benar-benar sudah seribu tahun lebih berlalu. Kini, bahkan nama Jian Sheng pun sudah tak dikenal orang."
Jiang Ji menatapnya, hati-hati berspekulasi: "Seribu tahun lebih yang lalu... Jangan-jangan Anda pernah memiliki hubungan dengan Jian Sheng di masa lalu?"
Liu Lao Tou juga terperangkap di dalam giok seribu tahun yang lalu.
Siapa sangka Liu Lao Tou malah tertawa mendengarnya, berkata: "Aku mana punya dasar hukum untuk mengenal Jian Sheng, hmm... kalau aku mengenalnya tapi dia tidak mengenalku, itu juga bisa dianggap kenal."
Setelah tertawa, raut wajahnya tak bisa menahan kesan nostalgia: "Waktu aku masih pemuda hijau seumuranmu, Jian Sheng sudah terkenal sejak lama. Mana mungkin aku punya hak untuk mengenal keluarga terhormat seperti itu."
Perlahan ia melanjutkan: "Baru saat Jian Sheng hendak terbang ke surga, aku beruntung bisa menyaksikan dari jauh ritual penerbangannya. Setelah dia menghilang, dunia kultivasi berbisik tentang warisan yang ditinggalkannya di dunia manusia. Waktu itu sempat terjadi gejolak, tapi siapa sangka warisan itu ternyata ada di ruang rahasia Baiwu, dan kebetulan tepat ditemukan olehmu."
Ia menghela napas: "Kau memang punya sedikit keberuntungan."
Memandangi wajah Jiang Ji yang serius menyimak, ia menambahkan: "Orang bodoh punya keberuntungannya sendiri."
Jiang Ji tersipu malu sambil tersenyum kecut.
“Tapi…” Liu Lao Tou yang melayang di udara mengusap dagunya, raut wajahnya tenggelam dalam pikiran.
Jiang Ji menoleh, bertanya dengan bingung: “Ada apa?”
Liu Lao Tou merenung: “Aku hanya berpikir, perkataan Jian Sheng yang tak terkalahkan di zamannya sama sekali bukan omong kosong. Lalu bagaimana pemilik warisan yang didapatkan adik seniormu itu bisa dengan tepat menemukan warisan Jian Sheng, bahkan bisa meminjam ruang rahasia warisan orang lain tanpa memicu mekanisme warisannya?”
Dia mengusap dagunya, “Dia bahkan pernah pergi ke Gunung Wan Jian dan mundur dengan selamat, malah memaksa grup orang Gunung Wan Jian ini untuk menyimpan surat utang sambil menunggu penerus warisannya. Alasan Gunung Wan Jian menjaga warisan Jian Sheng adalah karena hutang budi, tapi kalau mereka mau menjagakan miliknya, pasti karena takut pada kekuatannya.”
Dia bergumam pelan: “Orang seperti ini, masih seorang ahli ramalan, tak mungkin tidak terdengar namanya di dunia kultivasi. Tapi saat itu aku sama sekali tidak pernah mendengar ahli ramalan dengan kemampuan setinggi itu.”
Jiang Ji secara reflek juga berkata: "Benar, ahli ramalan kemampuannya payah……"
Siapa sangka sebelum dia selesai bicara, Liu Lao Tou sudah menyeringai memotongnya: "Ahli ramalan payah? Itu cuma ahli ramalan zaman sekarang. Lagipula di antara ahli ramalan sekarang masih ada adik seniormu. Apa adikmu payah? Apalagi seribu tahun lalu, di zaman hamba, ahli ramalan sama sekali tidak bisa dikaitkan dengan kata 'payah'. Kalau benar-benar mengganggu ahli ramalan yang kuat, mungkin mati pun tidak tahu penyebabnya."
Jiang Ji menggaruk-garuk kepalanya: "Sepertinya hamba yang kurang wawasan."
Anehnya Liu Lao Tou kali ini tidak memanfaatkan kesempatan untuk mengejeknya. Entah terpikir apa, wajahnya tiba-tiba suram.
Tiba-tiba dia berkata: "Pernah hamba ceritakan bagaimana hamba mati, kan?"
Jiang Ji ragu sesaat, lalu berbisik: "Katanya... Tuan tewas karena ditusuk dari belakang oleh sahabat lama..."
Liu Lao Tou mendengus dingin: "Sahabat brengsek itu juga seorang ahli ramalan. Hamba tewas di tangan ahli ramalan."
Jiang Ji terkejut, berdiri tak karuan.
Setelah lama, dia hanya bergumam: "Adik ketiga juga seorang ahli ramalan, Paduka begitu baik padanya, aku sempat mengira..."
Liu Lao Tou melambaikan tangan: "Seharusnya aku membenci orang yang membunuhku, bukan semua ahli ramalan. Kalau kau dibunuh cultivator pedang, apa kau akan membenci semua cultivator pedang?"
"Apalagi..." gumamnya: "Adikmu sama sekali berbeda dengan orang itu, malah si Juemingzi itu, sesama ahli ramalan tapi selalu membuatku jengah..."
……
Song Nanshi berpikir lama, akhirnya memutuskan mereka harus kembali ke sekte dulu.
Ini terutama bukan karena Keluarga Shen, tapi tiba-tiba ia ingat bahwa waktu pembagian tunjangan bulanan sudah dekat, namun mereka berempat belum mengambilnya.
Lagipula Song Nanshi kini berada di tahap Foundation Establishment. Selain gaji bulanan murid langsung, ia seharusnya mendapat sumber daya tambahan dari sekte untuk murid Foundation Establishment.
Nyamuk sekecil apapun tetap daging, wol sekte tentu harus dipetik saat bisa dipetik.
Di antara grup ini, meski Jiang Ji adalah Shixiong, yang selalu mengatur segalanya adalah Kakak Kedua. Maka Song Nanshi tanpa ragu mencari Zhu Xiu.
Saat menemukan Kakak Kedua, dia sedang asyik mengobrol dengan Adik Senior, semangat membara entah membicarakan apa.
Ketika Song Nanshi mendekat, dilihatnya Adik Senior menyimpan talisman komunikasi sambil berkata serius: "Ternyata benar kata Kakak Kedua, senior dari Puncak Sanjiu sudah kembali."
Song Nanshi linglung.
Puncak Sanjiu? Ada apa dengan Puncak Sanjiu?
Lalu dia tersadar.
Benar! Dia ingat, di Puncak Sanjiu ada adik seperguruan yang awal tahun kabur dengan gadis bangsa iblis, membuat Guru mereka hampir mati marah. Sebelum reinkarnasi, dia pernah memanfaatkan gosip ini untuk menuruti keinginan Kakak Kedua.
Kini terlihat Zhu Xiu dengan wajah bersemangat berkata: "Aku tidak salah kan, klan tempat gadis iblis itu berasal menganut sistem satu istri banyak suami. Gadis iblis itu sudah punya suami utama, dia malah kabur menjadi selir. Kini sudah tidak betah lagi."
Yu Jiaojiao juga menghela nafas, berbisik lembut: "Kakak Senior Zhao bilang, paman seperguruan di Puncak Sanjiu sudah sangat marah."
Zhu Xiu memanfaatkan pengetahuan reinkarnasinya: "Belum selesai, paman itu pasti akan mematahkan kaki adik seperguruan itu."
Song Nanshi awalnya hanya mengira kakak kedua kembali mengumbar gosip, tapi mendengar ini dia berhenti sejenak.
Diam-diam dia berpikir, kalau bisa menunggu waktu tepat di bawah gunung untuk menjual Xu Gu Dan...
Banyak potensi!
Tujuanmu tidak murni, siapa sangka tujuan kakak senior juga tidak tulus.
Setelah membahas pilihan dan akhir tragis adik seperguruan yang kabur bersama gadis bangsa iblis, ia melirik kelinci dalam dekapan Adik Senior sambil berfilosofi: "Cinta saja tak bisa mengisi perut. Dulu adik itu mengorbankan segalanya demi cinta, tapi kini perbedaan pola pikir antarras membuat kisah mereka bagai bunga dalam cermin - indah namun semu."
Kelinci itu kaku ketakutan di bawah tatapannya.
Zhu Xiu mendengus dingin dalam hati.
Ia tak tahu kapan si Pangeran Iblis ini mulai mendekati Adik Senior di kehidupan sebelumnya, karena itu ia buru-buru menyuntikkan 'obat mata'.
Usia Pangeran Iblis itu sudah lebih dari 100 tahun.
Sementara Adik Seniorku baru lima belas tahun.
Cih! Tebal muka tak tahu malu!
Dengan bijak ia menasihati: "Jangan pernah kau cari pasangan dari Bangsa Iblis, nanti pola pikir tidak sejalan akan merusak hubungan!"
Adik Senior yang polos menepuk-nepuk dada berjanji: "Aku tak akan mencari pasangan dari Bangsa Iblis!"
Song Nanshi tak bisa menahan diri dan tertawa.
Dirinya ini Kakak Kedua benar-benar……
Dia tersenyum, dua orang langsung menatap ke arahnya.
Song Nanshi dengan raut wajah tenang berjalan mendekat, menyapanya.
Zhu Xiu membalas sambil tenggelam dalam pikiran.
Dia tiba-tiba ingat, Adik ketiga tahun ini baru tujuh belas tahun.
Tapi Yun Zhifeng si Raja Iblis itu... sudah sekitar 100 tahun juga usianya.
Ah ini……
Ekspresi Kakak Kedua yang baru saja menyebut Pangeran Iblis tidak tahu malu tiba-tiba menjadi dilematis.
Meski kelakuan Yun Zhifeng si iblis itu yang menghibur Adiknya yang 17 tahun terlihat sangat memalukan, tapi...
Dia kembali teringat bayangan Yun Zhifeng yang tanpa ragu terjun ke ruang rahasia yang runtuh.
Kakak Kedua: Dia sangat mencintainya.
Zhu Xiu menghela napas penuh kekaguman.
Raja lahir saat aku belum ada, aku lahir……
Sudahlah, di dunia kultivasi usia 100 tahun belum bisa dibilang tua.
Tapi dia benar-benar sangat mencintainya.
“Kakak Senior？Kakak Senior？”
Zhu Xiu tersadar, menatap Adik ketiganya: “Ada apa？”
Song Nanshi: "Aku bertanya kapan kita kembali?"
Zhu Xiu berhenti sejenak: "Adik Senior ingin pulang?"
Song Nanshi mengangguk seolah tak terjadi apa-apa: "Utamanya ini sudah waktunya membagikan tunjangan bulanan."
Zhu Xiu terkejut, tak bisa menahan senyuman.
Saat hendak berkata, talisman komunikasinya tiba-tiba berbunyi.
Refleks ia melirik sekilas.
Guru.
Zhu Xiu berhenti, segera bersiap mencegat.
Tapi pihak lawan tak memberinya kesempatan.
Talisman komunikasinya tersambung otomatis.
Dari seberang terdengar suara dingin yang jernih: "Zhu Xiu, kau di mana?"
Zhu Xiu diam sejenak, berkata datar: "Gunung Wan Jian."
Nada bicara Guru tak terdengar emosi: "Kembali."
Zhu Xiu menarik napas dalam-dalam: "Aku..."
Ucapan belum keluar, Song Nanshi di samping tiba-tiba tersenyum, berkata datar: "Maaf Guru, kami belum puas bersenang-senang, belum siap pulang."
Usai bicara ia langsung mengulurkan tangan, merobek talisman komunikasinya.
Zhu Xiu terkejut menatap: "Kau..."
Song Nanshi tersenyum："Tenang saja, aku tidak bergantung padanya untuk makan."
Zhu Xiu diam sejenak："Tapi bukankah tadi kau masih ingin pulang?"
Song Nanshi："Sudah tidak. Kita jalan-jalan setahun atau setengah tahun lagi juga asyik."
Zhu Xiu menatapnya lama, tiba-tiba tertawa terbahak.
Dia berbisik："Ayo pulang, waktunya juga hampir habis."
Kebetulan, sudah saatnya dia membuat keputusan tegas.
Zhu Xiu mengundurkan diri dan pergi.
Song Nanshi memandang sosok yang menjauh itu, dadanya tiba-tiba sesak.
Dulu, dia memandang semua tokoh utama di sekitarnya seperti membaca cerita tak berkaitan.
Dia tahu penderitaan mereka, tahu akhir mereka, tapi sama sekali tak terpengaruh.
Mereka kan pemeran utama.
Tapi sekarang...
Song Nanshi bangkit.
Dari belakang, Yu Jiaojiao terbata："Kakak Senior..."
Song Nanshi langsung menoleh, serius："Buku latihan hewan peliharaan yang kuberikan, pelajari baik-baik!"
Yu Jiaojiao bingung："Oh."
Kelinci hitam："......"
Dia merasa setiap orang di sini sepertinya sengaja menyerangnya.
Song Nanshi kembali ke kamarnya sendiri.
Dia memiliki kebiasaan, yaitu ketika dirinya tidak nyaman, pasti akan membuat orang lain juga tidak nyaman. Ini disebut pengalihan emosi.
Tapi kini dia belum mampu membuat Gurunya tidak nyaman.
Kalau begitu...
Song Nanshi tiba-tiba mengeluarkan sebuah Wan Zong Lu dari cincin penyimpanannya yang selalu dibawa, lalu membalik ke halaman yang berisi kode komunikasi Aliansi Immortal.
Tanpa ragu dia merobek selembar talisman komunikasi.
Di sisi lain ternyata cepat tersambung, terdengar suara Mas muda.
Mas: "Bisa saya bantu, Cultivator..."
Song Nanshi sengaja berbisik: "Saya ingin melaporkan sebuah sekte secara anonim."
Suaranya terlalu meyakinkan, membuat Mas menjadi serius dan tanpa sadar ikut berbisik: "Apa yang ingin Anda laporkan?"
Ekspresi Song Nanshi tetap santai meski suaranya semakin direndahkan.
Dia berkata: "Saya ingin melapor Sekte Cangwu, mereka memalsukan Black Wutong Secret Realm saat ruang rahasia Baiwu dibuka. Tapi setelah saya tertipu, ternyata ruang rahasia itu sama sekali tidak ada, gaji yang dijanjikan pun tidak ada. Sekte itu jelas-jelas memalsukan ruang rahasia, diduga skema piramida. Dengan susah payah saya berhasil melarikan diri..."
Song Nanshi menangis tersedu-sedu.
Orang itu langsung berapi-api, segera berkata: "Malam ini kami akan menugaskan orang untuk menyelidiki Sekte Cangwu! Jika yang Nona Dewa katakan benar, Aliansi Immortal pasti akan memberikan pertanggungjawaban!"
Suara Song Nanshi penuh kesedihan: "Saya percaya, Aliansi Immortal pasti akan menegakkan keadilan untuk saya!"
Kemudian langsung merobek talisman komunikasi.
Setelah sekadar melapor organisasi skema piramida, raut wajah Song Nanshi langsung lega, tertidur sambil bersenandung.
Penderitaan tidak akan hilang, hanya akan dialihkan dari saya ke Anda.
Benar kan, Juemingzi?
Maka malam itu, Aliansi Immortal membawa orang untuk memaksa masuk ke organisasi cangkang kosong Sekte Cangwu yang sudah puluhan tahun.
Orang yang memimpin menyelesaikan pemeriksaan, lalu mengibaskan tangan besar: "Bawa semua pergi!"
Keesokan harinya, saat Song Nanshi dan kawan-kawan sedang berdiskusi untuk persiapan keberangkatan, Juemingzi yang terluka parah akhirnya terjatuh-bangun kembali ke Sekte Cangwu.
Yang menyambutnya hanya seorang cultivator dengan wajah pucat, langsung menangis begitu melihatnya: "Sesepuh..."
Juemingzi tak punya waktu untuk mendengar tangisannya, hanya berkata: "Kumpulkan semua orang! Kita tidak bisa tinggal di sini lagi, kita harus mencari tubuh asliku!"
Ia batuk kecil, lalu menambahkan: "Bawa juga semua aset keuangan yang bisa diangkut. Meski lingshi sekte ini sudah kosong, tapi masih banyak barang berharga selama bertahun-tahun."
Setelah ucapannya, sang bawahan masih belum bergerak.
Juemingzi mengerutkan alis: "Suruh semua orang berkumpul!"
Bawahan itu menjawab kaku: "Sudah semua."
Juemingzi: "Di mana mereka?"
Bawahan: "Ini kan di sini."
Ia tersenyum getir: "Hanya aku yang tersisa."
Juemingzi terkejut: "Yang lain?"
Bawahan: "Dibawa Aliansi Immortal."
Juemingzi sorot matanya tajam: "Tak disangka malah terlebih dulu terekspos di Aliansi Immortal, selagi mereka belum bereaksi, kau cepat konversi semua aset sekte menjadi Lingshi, kita cari tubuh asli!"
Bawahan tetap tak bergerak.
Juemingzi perlahan mengamuk: "Ada apa lagi?!"
Bawahan: "Rumah dan sertifikat tanah kita sudah direbut kembali oleh Aliansi Immortal."
Juemingzi: "Lalu gudang..."
Bawahan: "Gudang dibawa pergi, dibilang itu barang curian."
Juemingzi muntah darah: "Atas dasar apa Aliansi Immortal berhak menyita barang kita?!"
Bawahan: "Karena ada yang melaporkan kita."
Dia berhenti sejenak: "Mereka bilang kita menjalankan skema piramida."
Juemingzi: "..."
Tiba-tiba dia mengamuk di tempat: "Song Nanshi! Song Nanshi! Aku dan kau takkan pernah berdamai!"
Bawahan menunggu sampai selesai mengamuk.
Juemingzi menarik napas dalam-dalam, berkata gemetar: "Katakan saja apa yang masih tersisa!"
Bawahan dengan gemetar mengeluarkan dua bata giok dari dalam dekapan: "Ini yang dipakai Sesepuh untuk mengganjal kaki, mereka jijik karena bau kaki, jadi tidak dibawa."
Juemingzi: "..."
Ia tiba-tiba tampak sepuluh tahun lebih tua: "Dijaminkan saja."
Pegadaian.
Pemilik restoran yang ramah tersenyum: "Dua keping batu giok alas kaki, 300 Lingshi."
Ia tersenyum: "Selamat datang kembali lain kali."
