Di atas panggung bertempur dengan semangat membara, di bawah panggung, arus bawah yang tegang mengalir dalam radius lima belas zhang mengelilingi Song Nanshi.
Tentu saja, semua yang bergerak adalah orang lain.
Song Nanshi sambil sesekali menyandarkan telinga mendengar Li Ziming menggeretakkan gigi dan berbisik dengan orang lain, sambil serius mengamati arena pertarungan.
Kini dua cultivator di arena pertarungan tersebut sama-sama ahli jimat.
Ahli jimat adalah profesi yang sangat bisa menghasilkan uang, taktik pertarungannya pun berbagai macam benda aneh. Seringkali berapa banyak jimat yang dilukis seorang ahli jimat, sebanyak itu pula jenis serangan yang harus dihadapi lawannya, sangat rumit.
Daya tahan seorang ahli jimat juga tergantung pada tingkat penyimpanan jimat yang dimilikinya.
Seorang ahli jimat dengan aset keluarga tebal bisa menggerogotimu sampai mati.
Tapi dalam kompetisi besar, kita tidak bisa membiarkan ahli jimat membawa seluruh aset keluarga dan memperpanjang pertandingan dari siang hingga malam.
Jumlah jimat yang bisa dibawa ahli jimat ke panggung dibatasi, tergantung bagaimana kau memilihnya.
Karena itu, ahli jimat umumnya mengambil tiga jalur:
Membawa semua jimat pertahanan untuk menggerogoti lawan, membawa semua jimat serangan untuk menghancurkan lawan, atau kombinasi keduanya untuk menguji kemampuan memadukan.
Lagipula tujuan akhirnya adalah menghajar lawan dengan jimat terbatas, atau menggerogoti sampai mereka terpaksa mundur.
Jelas terlihat, kedua orang di atas panggung memilih jalur pertahanan penuh. Song Nanshi langsung tahu ini akan memakan waktu lama.
Ini tepat sekali.
Setelah mengamati sebentar, Song Nanshi mengalihkan pandangan ke Ye Lizhou di sampingnya. "Kakak Ye," katanya, "Kau tahu di mana orang yang menerima taruhan untuk pertandingan kelompok Foundation Establishment?"
Ye Lizhou tersadar, lalu berbisik pelan sambil menunjuk ke arah seorang cultivator tidak mencolok yang duduk bersila di sudut ruangan, berkata: "Dia orangnya. Ada apa? Kau mau pasang taruhan? Tapi pertandingan ini sudah mulai, tidak boleh tambah taruhan lagi."
Song Nanshi langsung menyahut: "Kalau pertandingan berikutnya masih bisa ditaruhkan kan?"
Ye Lizhou terkejut.
Pertandingan berikutnya... Bukankah itu dirinya sendiri?
Song Nanshi bangkit dari tempat duduknya, "Aku mau taruh diri sendiri."
Begitu dia bergerak, para hadirin yang diam-diam mengawasi situasi di sini langsung menoleh.
Li Ziming yang baru saja dipermalukan tak bisa menahan diri mengejek: "Baru saja menyuruh saya tunggu hasilnya, sekarang mau kabur ke mana? Menyerah tanpa bertempur?"
Setelah itu dia tertawa pendek seolah merasa diri sangat humoris.
Tertawanya terhenti saat melihat Song Nanshi memandangnya seperti melihat orang bodoh.
Dengan belas kasihan dia berkata: "Apa kau sudah keburu mati sampai tak sabar menunggu sebentar?"
Usai menggelengkan kepala, dia berbalik badan pergi.
Li Ziming tidak bisa menahan diri dan berdiri: "Kau!"
Baru saja berdiri, dua kakinya tiba-tiba tersandung sesuatu, tak terkendali terjatuh ke depan, langsung terjatuh telungkup di tanah.
"Bang"!
Saat dia bangkit dengan marah, terlihat Yun Zhifeng dengan ekspresi datar menarik kembali kakinya, berkata: "Ingat lihat jalan, kalau tak mau pakai mata, bisa disumbangkan ke yang membutuhkan."
Setelah berkata demikian, dia berdiri dan ikut pergi.
Li Ziming: "Kau..."
Dia melangkah dua langkah ke depan ingin mengejar.
Namun sesaat kemudian dia terserempet kerumunan, sebuah kaki muncul diam-diam, langsung membuatnya mengulangi insiden itu.
Bahkan beberapa kali dia diinjak-injak secara terang-terangan maupun diam-diam.
Salah satu injakan hampir membuatnya memuntahkan darah.
Saat dibantu bangun dengan kalang-kabut, terlihat sekelompok orang berkerumun lewat, tepatnya kelompok kakak-beradik Song Nanshi.
Mereka bercanda dengan tak peduli sekitar.
Seorang murid perempuan bertanya penuh perhatian: "Adik Junior, kakimu tidak terinjak sampai sakit, kan?"
Suara ramping yang malu-malu berkata: "Cuma sedikit bikin tidak nyaman."
Li Ziming menggigil marah: "Apa mereka buru-buru mau reinkarnasi?"
Ucapannya bernada makian, tapi tak disangka orang di sebelahnya malah serius menjawab: "Bukan, sepertinya mereka mau ikut taruhan."
Mendengar ini, Li Ziming ragu sejenak lalu berkata: "Ayo! Kita ikut juga!"
Saat Song Nanshi mendekati meja judi yang biasa-biasa saja ini, kerumunan orang sudah mengelilinginya.
Bagaimanapun keributan tadi cukup besar, dan ini adalah sesi terakhir hari ini, banyak pencari hiburan yang ingin mengejar momentum.
Bandar yang mengatur skenario taruhan ini cukup lihai, melihat situasi langsung menyesuaikan odds antara kedua pihak.
Song Nanshi melirik dan menemukan odds untuk dirinya sendiri sudah melonjak dari awalnya 1:1.5 menjadi 1:3.
Ini termasuk rasio pembayaran yang sangat tinggi.
Jika menang, modal awal bisa langsung tiga kali lipat, dengan sedikit keteguhan hati ini bisa jadi jalan menuju kaya mendadak.
Song Nanshi melihat begitu banyak meja judi. Kecuali pertarungan Yun Zhifeng yang lawannya adalah Shixiong populer dari Sekte Tanpa Batas, kini odds tertinggi adalah dirinya sendiri.
Song Nanshi tak bisa menahan diri untuk berpikir: "Sebenarnya yang paling menguntungkan di kompetisi antar sekte ini bukanlah hadiah uang, tapi meja judi ini."
Tapi ketidakpastian ini benar-benar besar, dan hanya berguna di babak pertama saat semua orang saling belum mengenal.
Di babak berikutnya, setelah semua orang memahami kemampuan masing-masing, kemungkinan besar tidak akan ada odds setinggi ini lagi.
Namun meski odds-nya setinggi ini, yang bertaruh padanya masih sedikit. Sebagian besar cuma bertaruh jumlah kecil untuk mencoba peruntungan.
Ini juga membuktikan betapa tidak diakuinya kekuatannya.
Tak ada yang percaya ahli ramalan bisa mengalahkan pengguna mantra, apalagi saat tingkat kultivasi mereka hampir setara.
Ekspresi Song Nanshi tetap datar, namun hatinya berdebar-debar. Saat hendak maju untuk memasang taruhan, kerumunan orang tiba-tiba ribut.
Ia memutar kepala.
Terlihat antagonis wanita Zhao Yan mengangkat dagunya, ditemani dua asisten pribadi yang membuka jalan, berjalan mendekat dengan sikap angkuh nan dingin.
Pertama-tama ia melihat Song Nanshi.
Song Nanshi mengira dia akan menyapa, tapi tak disangka Zhao Yan malah mendengus dingin, langsung menuju meja judi dan menggemparkan dengan ucapan: "Aku taruh 5.000 Lingshi pada Song Nanshi!"
Para hadirin langsung gempar.
Song Nanshi awalnya terkejut, lalu hati dipenuhi kebanggaan yang tirus.
Kakak Senior Zhao Yan, betapa besar kepercayaannya padaku!
Bandar pun syok, bertanya tak percaya: "Anda yakin? Mau dipikirkan lagi?"
Zhao Yan kesal: "Apakah aku perlu mikir untuk menghamburkan 5.000 Lingshi?"
Lima ribu Lingshi dilempar.
Orang di sebelah memandangnya seperti melihat orang bodoh.
Tapi Zhao Yan sama sekali tak menghiraukan, tetap angkuh mengangkat dagu sambil berjalan pergi.
Song Nanshi tersentuh: "Tak kusangka Kakak Senior Zhao begitu mempercayaiku!"
Tapi Zhao Yan dengan tegas membantah: "Kau berpikir terlalu jauh."
Song Nanshi: "Hah?"
Zhao Yan: "Kau sekadar termasuk orang yang kukenal, meski tak bisa menang, pesta megah juga harus kau buka, kalau tidak aku yang akan mempermalukanmu!"
Song Nanshi: "……"
Dengan kata lain, keluarga itu tak peduli akan kekalahannya.
Mereka murni membuang lima ribu Lingshi seperti menimba air.
Sekilas detik ini, Song Nanshi sangat ingin bertanya pada Kakak Senior Zhao apakah masih membutuhkan asisten pribadi atau sejenisnya.
Tak lama kemudian, orang lain juga menyusul. Melihat odds Song Nanshi setinggi ini, mereka sementara merasa adik/kakak senior mereka diremehkan, langsung melempar ribuan Lingshi.
Bandar tersenyum lebar.
Song Nanshi memandanginya sampai mati rasa.
Untuk pertama kalinya ia menyadari: Mengapa seorang miskin sepertinya bisa mengenal begitu banyak orang kaya?
Tidak, tidak semuanya.
Ia menatap dua orang yang berdiri di sampingnya.
Lalu ia mengusulkan: "Bagaimana jika kita beberapa orang menyatukan beberapa ribu Lingshi untuk bertaruh?"
Yun Zhifeng: "...Setuju."
Ye Lizhou: "Baik, baik, baik!"
Tiga orang miskin langsung mengumpulkan uang.
Song Nanshi kemudian menyadari dirinya ternyata yang terkaya di antara mereka bertiga.
Selain 3000 lingshi yang dipinjamkan ke Yun Zhifeng, dia masih bisa mengumpulkan 2000 lingshi lagi.
Ye Lizhou mengeluarkan 1000 lingshi sambil berkata khidmat: "Ini semua harta bendaku."
Kebetulan, Yun Zhifeng juga mengeluarkan seluruh hartanya.
731 lingshi.
Ada recehan dan uang bulat.
Song Nanshi mengawasi tumpukan lingshi itu lama-lama, lalu berkata halus: "Yun Zhifeng, bisakah kau berusaha lebih keras untuk membuatnya jadi angka bulat?"
Yun Zhifeng memandanginya dengan ekspresi datar.
Song Nanshi: "Baik, baik, baik."
Dia menyerahkan total 3731 lingshi yang dikumpulkan bertiga kepada bandar.
Bandar meminta pencatatan nama penjudi.
Song Nanshi berpikir sejenak, lalu membuat nama kelompok untuk mereka bertiga.
Saat menunduk, bandar langsung melihat nama yang ditulisnya.
Liga Pembenci Orang Kaya.
Bandar: "……"
Song Nanshi bertepuk tangan dan keluar, sama sekali tidak merasa terbebani meski telah menginvestasikan semua barang-barangnya.
Lalu dia berbisik pada Yun Zhifeng: "Hei, kau menaruh semua harta bendamu di sana, bagaimana dengan ganti ruginya..."
Yun Zhifeng: "Aku akan mengembalikan."
Song Nanshi tersenyum: "Tidakkah kau takut uangku habis kalah?"
Yun Zhifeng meyakinkan: "Tidak mungkin."
Song Nanshi tersenyum manis: "Kalau begitu tunggulah tiga kali lipat keuntunganmu!"
Tiba-tiba mereka melihat Li Ziming berlari mendekat, mendengar ucapan itu ia menyeringai, langsung ingin memasang taruhan untuk dirinya sendiri.
Song Nanshi mengawasinya memasang taruhan.
Sebelum memasang, ia sengaja bertanya: "Berapa banyak kau bertaruh untuk dirimu sendiri?"
Song Nanshi berpikir sejenak, menjawab: "Semua harta benda."
Li Ziming menggeretakkan giginya: "Aku juga akan bertaruh semua hartaku!"
Ia segera akan memasang taruhan.
Song Nanshi tak tahan berkomentar: "Kalau begitu lihatlah baik-baik hartamu sekarang."
Li Ziming: "?"
Song Nanshi jujur: "Aku khawatir ini akan menjadi pertemuan terakhirmu dengan mereka."
Li Ziming semakin yakin dengan taruhannya.
Dia juga berkata pada temannya itu: "Kalau kita teman, ikut bertaruh padaku!"
Temannya berpikir sejenak, lalu dengan tulus menjawab: "Kalau begitu, mari kita putuskan hubungan dulu."
Li Ziming: "?"
Song Nanshi: "WKWKWKWK!"
Dalam tawanya, dentuman lonceng terdengar di arena pertarungan.
"Kultivator Mantra Li Ziming, Peramal Song Nanshi, bersiap naik panggung."
Song Nanshi berhenti.
Gilirannya.
……
Song Nanshi dan Li Ziming naik ke arena bersama.
Di tangannya tergenggam papan takdir miliknya.
Melihat ini, Li Ziming menyeringai: "Apa? Kau mau meramalku di arena sampai aku menyerah tanpa bertarung?"
Song Nanshi berbisik lembut: "Setelah duel usai, aku bisa memberimu ramalan gratis."
Li Ziming: "Ramalan gratis? Kau mau berdamai?"
Song Nanshi: "Ah benar benar benar."
Tiba-tiba, lonceng berbunyi. Suara wasit sesepuh yang dingin menggema: "Pertarungan dimulai."
Li Ziming langsung menyatukan kedua tangannya membentuk segel, terlebih dahulu membentuk lapisan perlindungan tipis di sekujur tubuhnya. Ledakan suram segera bergema di sekitar Song Nanshi, puluhan anak panah energi spiritual menyerbu dari berbagai penjuru.
Gerakan-gerakannya mengalir mulus bagai awan dan air, sulit ditiru oleh cultivator tahap Foundation Establishment biasa. Terlihat jelas bahwa keberaniannya mempertaruhkan seluruh hartanya memang didukung oleh kemampuan.
Song Nanshi sambil mengevaluasi dalam hati, jarinya dengan lembut membelai papan takdirnya.
"『Li mewakili Api!』"
Begitu mantra terucap, puluhan anak panah api Li langsung muncul mengelilingi sekujur tubuhnya.
Melihat ini, Li Ziming merasa lega dan tak kuasa menahan senyum kecut.
Benar-benar si ahli ramalan ini sama sekali tak paham.
Andai dia membentuk perisai api mungkin masih bisa bertahan, tapi malah membuat anak panah untuk menyerangku? Rencana "mengelilingi Wei untuk menyelamatkan Zhao" ini harusnya diukur dulu apakah kecepatannya bisa mengimbangiku!
“Benar-benar punya guru seperti Jianzun yang Tak Tergantikan tapi malah belajar ramalan, sungguh bodoh...”
Pikiran ini belum selesai, tiba-tiba Li Ziming membelalakkan matanya.
Song Nanshi sama sekali tidak melakukan strategi 'Kepung Wei untuk Selamatkan Zhao'.
Dia hanya berkata: “Serang.”
Sesaat kemudian, anak panah api Li menembus udara, setiap anak panahnya ternyata mengarah ke panah mantra buatan Li Ziming.
“Bang-bang-bang-bang-bang”!
Suara benturan beruntun terdengar.
Itu adalah suara tabrakan dua jenis anak panah berbeda warna.
Panah sakti biru dan roket merah bertabrakan di udara menciptakan percikan bunga api seperti kembang api, berjatuhan lembut di sekitar Song Nanshi.
Tak satu pun panah bisa mendekati tubuh Song Nanshi.
Tanpa terkecuali.
Saat bunga api berjatuhan, para hadirin baru menyadari: jumlah panah api Li buatan Song Nanshi pas sesuai untuk menjatuhkan setiap panah sakti Li Ziming satu per satu.
Semua yang hadir tak bisa menahan decak kagum.
Bahkan jika tidak menyebutkan kekuatan Api ini, bisa langsung melihat jumlah anak panah spiritual dan mengumpulkan jumlah yang sama anak panah Api untuk menumbangkan semua serangan dari berbagai penjuru, sebenarnya seberapa mengerikah kontrolnya ini?
Kontrol sekuat ini, kau bilang ini ahli ramalan? Sialan!
Ambang menjadi ahli ramalan kini setinggi ini?
Li Ziming juga terkejut.
Dia memang arogan, tapi bukan orang bodoh. Dia bisa melihat apa yang ditunjukkan oleh aksi Song Nanshi ini.
Dia bahkan bisa melihat, Song Nanshi punya puluhan ribu cara mengurai serangannya, tapi justru memilih teknik paling halus ini sebagai pamer kemampuan.
Hatinya mulai dipenuhi kekhawatiran.
Bahkan dirinya sendiri tak menyadari, pandangan meremehkannya perlahan menghilang.
Melihatnya diam tak bergerak, Song Nanshi berkata: "Kini giliranku."
Li Ziming langsung membuka penghalang, sorot matanya penuh kewaspadaan.
Song Nanshi mengusap-usap papan takdir dengan lembut.
"『Li mewakili Api!』"
Naga api yang menutupi langit seketika membungkus erat arena pertarungan, ledakan api menyamarkan teriakan kaget Li Ziming.
Para hadirin di bawah panggung tak menyangka aksinya langsung menggunakan formasi besar, serentak berdiri dari tempat duduk.
Bagi Song Nanshi, karena ada yang meremehkannya sendiri dan juga Lao Shi, maka tak perlu memberi harga diri pada orang ini.
Bukankah kau anggap ahli ramalan tak berguna?
Kalau begitu biarkan kau lihat sendiri bagaimana kau dikalahkan tanpa daya oleh ahli ramalan "tak berguna".
Song Nanshi selalu merasa sifatnya cukup baik. Bukan karena bawaan lemah, tapi berasal dari filosofi hidupnya yang lebih suka menghindari masalah.
Dia bisa menerima gaya hidup low-profile, tapi tak bisa terima ada yang menginjaknya saat sedang berbaring, apalagi sampai menyeret Lao Shi.
Dia boleh memanggil Shi Wo sebagai Lao Shi, boleh menyebutnya kejam, boleh bilang dia bicara dengan nada sinis.
Tapi orang lain tidak boleh.
Dalam Api Li yang mengubur seluruh arena pertarungan, Li Ziming awalnya masih berusaha melawan. Namun saat semburan api pertama merayap ke tubuhnya, ia langsung menyadari ketidakberdayaannya untuk memutar keadaan.
Api Li bagai parasit tak bisa dihilangkan, tak peduli bagaimana berusaha memadamkannya.
Seluruh tubuhnya terasa seperti terbakar, awalnya ia masih tegas berpikir "paling-paling kita sama-sama hancur". Tapi semakin lama rasa sakitnya membuatnya ingin menyerah pun tak bisa bicara, barulah rasa takut menyergap.
Jangan-jangan ahli ramalan ini sengaja membakarnya hidup-hidup di arena?
Apakah dia akan mati?
Dengan nyata ia mencium cita rasa kematian.
Bersamaan itu, terdengar suara wasit sesepuh: "Li Ziming. Kalah."
"Song Nanshi, tarik kembali apimu!"
Pada detik ini, Li Ziming baru menyadari suara kekalahannya ternyata begitu menyenangkan telinga.
Song Nanshi mengeluarkan suara 'tsk', dengan penyesalan menarik kembali Api Li.
Li Ziming yang hangus terbakar seluruh tubuh terbaring di arena pertarungan. Jika bukan karena napasnya masih terdengar, para hadirin pasti mengira melihat arang shao.
Dari awal hingga akhir, beberapa orang bahkan belum sempat menelan seteguk teh.
Song Nanshi bahkan tidak bermaksud menggunakan ramalan kedua.
Baik di atas maupun bawah panggung, sunyi senyap menyelimuti.
Hanya Yun Zhifeng yang, seolah tak melihat apapun, langsung melompat ke arena pertarungan. Matanya menyapu tubuhnya lalu mengerutkan alis: "Rambut pelipismu terpotong sebagian."
Song Nanshi menunduk memeriksa: "Kurang berhati-hati tadi."
Sementara itu, para tabib naik ke panggung untuk menyelamatkan Li Ziming. Melihat kondisi hangusnya, mereka sejenak bingung menentukan tindakan.
Song Nanshi berkata: "Bantulah turunkan dia. Kalau benar-benar mati, aku harus ganti rugi."
Yun Zhifeng melirik sebentar, lalu berjalan mendekat dengan ekspresi datar.
Ingin menyambar tubuh Li Ziming, ia berpikir sejenak lalu memutuskan untuk menghormati korban luka - diangkatnya dengan kedua tangan.
Saat mengangkat tubuh itu, terdengar gumaman parau: "Dia pasti curang... curang..."
Yun Zhifeng: “……”
Dia melepaskan pegangan lagi.
“Bang!”
Li Ziming melotot lalu pingsan.
Yun Zhifeng berkata datar: "Maaf, agak berat."
……
Di perpustakaan.
Pemimpin Sekte dan Lao Shi berdiri berdampingan, memandang ke arah arena pertarungan.
Pemimpin tak kuasa menghela napas: "Aku masih ingat wajahnya waktu kecil yang selalu ingin belajar ini-itu secara acak. Siapa sangka setelah 10 tahun, gadis ini sudah memiliki gaya seperti Paman Sepelajaran di masa lalu."
Senyum di sudut mulut Lao Shi nyaris tak terbendung, tapi ia mencibir: "Jauh sekali, ini baru tahap awal."
Memandang senyuman di wajah pria tua itu, hati Pemimpin tiba-tiba terasa iri.
Sejak 13 murid Paman Sepelajaran berturut-turut tewas, ia hampir tak pernah turun dari Xuantong Peak lagi, hidup bagai mayat hidup.
Siapa yang masih ingat bahwa Xuantong Peak pernah menjadi salah satu dari Sepuluh Puncak Utama Sekte Tanpa Batas? Siapa yang masih tahu makna nama "Shi Wo" di masa kejayaannya dulu?
Dia menghela napas, namun mendengar Lao Shi bertanya: "Yin Bugui itu sekarang sedang apa?"
Pemimpin berhenti sejenak, tertawa getir: "Sedang bertapa."
Shi Wo menyeringai, tak lagi berkata.
Pemimpin hanya bisa diam-diam menghela napas.
……
"Grup ke-151, pemenangnya adalah Song Nanshi, ahli ramalan."
Sesepuh wasit mengumumkan.
Para hadirin di bawah panggung awalnya hening, kemudian tepuk tangan bergemuruh.
Seorang ahli ramalan, ternyata benar-benar menang.
Song Nanshi turun dari panggung di tengah gemuruh tepuk tangan.
Di bawah panggung, para tabib sedang menolong Li Ziming.
Song Nanshi berpikir sejenak, lalu berhenti. Dengan santai dia berjongkok dan berkata: "Li Ziming, ramalanmu kali ini disebut ‘Menelan Buah Karma Sendiri’."
Setelah menghajarnya, berikan dia satu ramalan.
Song Nanshi menepati janjinya.
Setelah berkata demikian, Song Nanshi bangkit dan pergi.
Dari belakang, para tabib berteriak: "Cepat! Lakukan penyelamatan darurat! Dia pingsan lagi!"
Jiang Ji dan yang lain menyambut Song Nanshi dengan girang, seolah merekalah yang jadi juara.
Adik Senior yang antusias sampai mencekik Pangeran Iblis dalam dekapannya hingga matanya terbalik.
Jiang Ji bersemangat lama, tak tahan berkata: "Bagaimana kalau kita rayakan? Aku yang mentraktir!"
Song Nanshi yang baru menang langsung bersuara: "Rayakan apa, hal terpenting sekarang adalah menuntut uang itu!"
Jiang Ji: "Ah?"
Dia belum bereaksi.
Song Nanshi mengangkat wajah, melihat tak jauh dari situ bandar yang baru saja tersenyum lebar kini mengeluarkan suara putus asa.
Song Nanshi pun terkekeh.
Tiga kali lipat, 6.000 Lingshi.
Hehehe.
Bahkan Yun Zhifeng pun terlihat antusias.
Tapi segera semangatnya pupus.
Bandar mendekat dengan wajah kesakitan: "Sebagai pedagang, aku menepati janji. Ini uang kemenangan kalian."
Dia mulai membacakan nama: "Jiang Ji, Zhu Xiu, Yu Jiaojiao, Zhao Yan, dan..."
Ia berhenti sejenak, menatap trio Song Nanshi.
"Liga Pembenci Orang Kaya."
Yun Zhifeng: "......"
Ada satu detik, dia hampir tak ingin uang ini.
Dia menarik napas dalam-dalam, menatap Song Nanshi, berusaha meredakan kecanggungan.
Tapi Song Nanshi sama sekali tak terlihat canggung.
Dia malah sedang berdiskusi dengan Ye Lizhou tentang cara membelanjakan uangnya.
Song Nanshi menunjuk baju di tubuhnya: "Kau lihat bajuku ini?"
Ye Lizhou: "Kenapa?"
Song Nanshi penuh kemenangan: "Ini kubeli di Gunung Wan Jian, sangat murah! Aku akan grosir ratusan potong pakai uang ini, cukup untuk seumur hidupku."
Ye Lizhou terkejut, lalu mengacungkan jempol: "Luar biasa!"
Yun Zhifeng: "..."
Dia selalu merasa tak selaras karena terlalu wajar di antara mereka.
