Song Nanshi meminum sup ikan hingga perutnya penuh, membuatnya sangat merindukan acar benjolan asin dan mantou pagi ini.
Memang mantou dan acar benjolan terkesan memalukan, tapi setidaknya bahan-bahan itu padat dan bisa mengisi perut.
Berbeda dengan sup ikan ini yang membuatnya mual bahkan saat melihat air saja.
Dan dibandingkan sup ikan, Song Nanshi lebih suka menyebutnya sebagai air mandi ikan.
Di bawah tekanan keramahan kakak-adik Ye, beberapa orang kembali ke kamar dengan wajah pucat usai meminumnya, bahkan saat makan malam pun belum pulih.
Kemudian terdengar suara Paman Zhong yang sedang mempersiapkan hidangan makan.
Saat itu mereka sedang duduk di halaman mencerna air mandi ikan dalam diam, wajah mereka langsung berubah hijau mendengarnya.
Song Nanshi yang dikenal pelit ini, bahkan mulai berpikir apakah keluarga Ye terlalu kikir, sampai muncul pikiran untuk menyumbang uang demi memperbaiki menu makanan mereka.
Hanya bisa dikatakan bahwa ternyata gunung tinggi selalu ada yang lebih, bahkan orang paling pelit pun bisa menemukan si pelit yang lebih parah darinya.
Song Nanshi yang terkenal pelit saja tak tahan, apalagi para pemeran utama.
Mereka saling memandang, wanita kaya Zhu Xiu buru-buru berkata: "Suruh Paman Zhong berhenti! Kami baru datang tapi sudah merepotkan kalian banyak, hari ini aku yang mentraktir!"
Ye Qinzhou langsung muncul di halaman, tersenyum: "Ini tidak pantas! Bagaimana kalau aku pergi memancing lagi..."
Mereka serentak berteriak: "Traktiran! Traktiran!"
Akhirnya kali ini giliran saudara-saudara Ye yang "sulit menolak sambutan", mengikuti mereka ke kedai minuman.
Mereka saling pandang, masih merasakan sisa kegelisahan.
Hari ini kedai minuman luar biasa ramai, Zhu Xiu yang kaya raya ingin mencari ruang VIP tapi tak ketemu, akhirnya mereka harus duduk di aula utama sambil memesan makanan.
Pelayan melihat mereka langsung meminta ruang VIP saat memesan, dengan sangat antusias menyerahkan menu sambil tersenyum manis: "Apa yang mau dipesan Tuan-Tuan? Spesialisasi Gedung Zhenxiu kami adalah Ikan Panggang Master Langka dan Sup Ikan Delapan Harta Karun..."
Begitu kata kunci "Ikan Panggang" dan "Sup Ikan" terucap, wajah beberapa orang langsung pucat pasi. Asam lambung mereka bergolak, serentak berteriak: "Jangan ikan!"
Pelayan: "..."
Senyum di wajaknya nyaris tak bisa dipertahankan. Ia hampir mengira hari ini benar-benar sial bertemu pengacau balai lelang.
Kemudian wanita kaya Zhu Xiu dengan wajah serius berkata: "Di meja makan kami hari ini, sepotong sisik ikan pun tak boleh terlihat."
Pelayan tak kuasa membantah: "Ikan di tempat kami semuanya sudah dibersihkan sisiknya."
Zhu Xiu: "...Kurang lebih seperti itu maksudnya."
Pelayan yang masih bingung membawa menu pesanan mereka ke dapur belakang sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Mereka bahkan tidak memesan Yuxiangrousi, tak peduli seberapa keras dia menjelaskan bahwa masakan "irisan daging rasa ikan" ini sama sekali tidak mengandung ikan.
Sungguh grup orang aneh, pernah melihat yang tidak suka makan ikan, tapi belum pernah melihat yang bahkan melarang menyebutkan karakter "ikan".
Saat menunggu makanan dihidangkan, Song Nanshi hendak membahas menu masakan kedai ini dengan Yun Zhifeng, tapi menemukan masalah sangat serius.
Dengan alis berkerut dia memeriksa Yun Zhifeng lama-lama, tiba-tiba berkata: "Yun Zhifeng, kau memakai topeng."
Yun Zhifeng menyesuaikan topeng di wajahnya, bingung: "Di tempat ramai seperti kedai minuman, Adil harus..."
Ucapan belum selesai, dia tiba-tiba menyadari ketidakberesan.
Lalu Song Nanshi bersuara: "Sebanyak apapun orang di kedai ini tujuannya tetap untuk makan. Dengan topeng ini, apa kau punya teknik makan khusus melalui topeng?"
Yun Zhifeng: "..."
Begitu pertanyaan ini terlontar, para hadirin juga mulai bereaksi.
Benar, dengan topeng bagaimana caranya makan?
Zhu Xiu tak bisa menahan penyesalan: "Ruangan VIP di sini sudah penuh, bagaimana kalau kita pindah ke tempat lain?"
Yu Jiaojiao yang fobia sosial ini duduk di tengah kerumunan hampir menyelinap ke bawah meja, langsung mengangguk: "Setuju, setuju, setuju!"
Song Nanshi langsung membantah: "Tidak boleh, pesanan sudah dibuat. Sekarang pergi pun kita tetap harus membayar!"
Sambil berkata demikian, dia tak kuasa mengeluarkan suara "tsk".
Baik saat membaca novel modern maupun kitab kultivasi di dunia xiuzhen, pria tampan bertopeng yang muncul di kedai minuman atau rumah teh selalu jadi plot populer. Sampai-sampai saat membacanya dulu aku tak menyadari keanehannya.
Kini kurenungkan, memakai topeng pasti untuk mengelabui publik. Untuk itu harus pakai topeng penutup mulut. Tapi setelah pakai topeng full face, masih memesan makanan lalu duduk di aula utama...
Di benak Song Nanshi tiba-tiba muncul gambaran pria tampan bertopeng penuh wajah yang waspada mengalihkan pandangan ke segala arah, lalu dengan cepat membuka topengnya untuk menyuapkan makanan ke mulut sebelum segera menurunkan topengnya kembali sambil mengunyah dengan elegan.
Song Nanshi: "......"
Sepertinya ia tak bisa lagi menatap langsung orang-orang bertopeng.
Akhirnya ia tak kuasa berkata: "Yun Zhifeng, perlukah kau seperti ini?"
Ia membuat gerakan membuka topeng dan menyuapkan sesuatu ke mulut, lalu mendorong: "Asal gerakanmu cepat, pasti tak ada yang sadar!"
Wajah Yun Zhifeng langsung menghitam.
Maka sekelompok orang itu mulai berdiskusi dengan semangat membara tentang cara makan elegan sambil mengenakan topeng.
Saat mereka sedang berdiskusi, tiba-tiba terdengar keriuhan dari pintu masuk kedai minuman. Secara refleks mereka menoleh, dan melihat seorang cultivator berpostur tegak bertopeng penuh wajah sedang melangkah perlahan masuk.
Walau tanpa melihat wajah, postur tubuh sang cultivator itu sudah cukup disebut tampan. Dengan topeng perak yang sederhana namun mewah, langkah perlahan yang diayunkannya seolah menambah aura misterius pada keramaian kedai minuman.
Seharusnya ini menjadi penampilan yang sangat megah.
Tapi saat ini para hadirin masih terbayang gerakan Song Nanshi yang membuka topeng dan melahap makanan dengan cepat. Saat membayangkan adegan itu pada sosok di depan mata, pandangan mereka pun menjadi aneh.
Entah apakah cultivator berkelas ini juga akan membuka topengnya untuk melahap makanan.
Sorot mata mereka tak sadar mengikuti setiap gerakannya.
Song Nanshi kemudian menyadari, sepertinya semua orang di kedai ini mengenal sang cultivator bertopeng ini. Sepanjang jalan, banyak yang menyapanya.
Bahkan Ye Qinzhou tak bisa menahan diri: "Dia sampai keluar juga?"
Song Nanshi bertanya: "Siapa ini?"
Setelah tersadar, Ye Qinzhou menjawab: "Pemimpin Kota Zhongzhou, Gui Qing."
Begitu nama "Gui Qing" disebut, DNA Song Nanshi yang pernah belajar sedikit pengobatan tradisional langsung tersulut.
Gui Qing juga merupakan salah satu bahan obat.
Hmm? Mengapa dia mengatakan "juga"?
Oh iya, sepertinya dia juga mengenal Juemingzi yang menggunakan nama bahan obat.
Jadi menggunakan nama ramuan sebagai nama pribadi adalah tren di dunia kultivasi?
Song Nanshi hanya menghela napas, lalu berbisik pelan: "Lalu Gui Qing ini, apa hubungannya dengan Gunung Sicang..."
Ucapannya terhenti, tapi Ye Qinzhou sudah memahami maksudnya.
Setelah berpikir sejenak, pria itu juga berbisik: "Pemimpin Kota Gui Qing hanyalah pemimpin nominal Zhongzhou. Dia bertapa sepanjang tahun, hanya menangani urusan besar saja. Urusan harian dikelola oleh beberapa keluarga besar. Banyak yang bilang dia cuma maskot yang sudah direbut kekuasaannya oleh keluarga-keluarga itu."
Ye Qinzhou tak menjawab pendapat pribadi, hanya bergumam: "Tapi kini... dia malah keluar..."
Song Nanshi menyimak lalu bertanya: "Apa dia selalu memakai topeng sehari-hari?"
Ye Qinzhou mengangguk: "Pada hari biasa, tak ada yang pernah melihat wajah aslinya, topeng itu adalah lambangnya."
Song Nanshi tenggelam dalam pikiran.
Menjadi Pemimpin Kota tapi tak menampakkan wajah asli, sungguh sangat menarik.
Keduanya sedang berbisik-bisik saat melihat sang Pemimpin Kota melirik ke sekeliling lalu berjalan mendekati mereka.
Mereka langsung menutup mulut, memaksa menyaksikan Pemimpin Kota bertopeng berpenampilan megah ini langsung menghampiri mereka.
Pemimpin Kota Gui Qing bersuara lembut seperti giok: "Kini di aula utama hanya tersisa kursi kosong di area Tuan-tuan, bolehkah saya berbagi meja?"
Jika dalam keadaan normal, tentu tidak akan diizinkan.
Tapi saat ini...
Pandangan para hadirin tertuju pada topeng pemimpin kota ini, tak bisa menahan diri mengingat gerakan Song Nanshi menyendok nasi.
Ah, apakah pemimpin kota seperti ini juga akan membuka topeng untuk menyendok nasi?
Jika tidak menyendok, bagaimana cara dia makan dengan elegan?
Sangat penasaran!
Jiang Ji langsung menyahut: "Tentu suatu kehormatan, Saudara! Silakan duduk!"
Para hadirin langsung ramah mempersilakannya ke kursi kosong, senyuman di wajah Pemimpin Kota Gui Qing nyaris tidak bisa dipertahankan.
Song Nanshi diam-diam menggunakan transmisi suara pada Yun Zhifeng: "Kakak Yun, nanti perhatikan cara Pemimpin Kota ini makan, lalu tirulah! Seorang pemimpin kota pasti tidak akan melakukan kesalahan!"
Song Nanshi dengan pintar memberikan ide.
Yun Zhifeng: "..."
Kebetulan saat itu pesanan makanan mereka mulai diantarkan satu per satu.
Sebelum Pemimpin Kota Gui Qing sempat bicara, mereka sudah bersemangat menyuruhnya menyantap hidangan.
Dalam sekejap, tumpukan sayuran tinggi sudah mengisi mangkuk kosong di depan Pemimpin Kota Gui Qing.
Senyuman Pemimpin Kota Gui Qing menjadi kaku.
Ye Qinzhou baru menjelaskan dengan santai: "Pemimpin Kota jangan mempermasalahkan, teman-teman saya ini... agak terlalu bersemangat."
Pemimpin Kota Gui Qing berhenti sejenak, suaranya kembali lembut: "Tidak apa, saya hanya terlalu terkejut sekaligus tersanjung."
Ye Qinzhou langsung berkata, “Kalau begitu, Pemimpin Kota cepatlah makan sayur, makan sayur.”
Seketika, pandangan semua orang di meja tertuju ke arahnya, penuh dengan antusiasme yang berdegup kencang.
Sumpit di tangan Pemimpin Kota bergetar, ia tiba-tiba merasakan kedinginan menggelayut di punggungnya tanpa alasan yang jelas.
Tapi sayuran sudah menumpuk di mangkuknya, tidak makan pun tidak boleh.
Akhirnya Pemimpin Kota mengangkat sejumput sayuran dengan sumpitnya.
Pandangan para hadirin mengikuti gerakan sumpitnya.
Kemudian Pemimpin Kota teringat bahwa ia masih mengenakan topeng.
Pemimpin Kota: “……”
Dia mulai sedikit memahami mengapa mereka begitu ramah, apakah ini khayalannya saja?
Tapi kini panah sudah di busur, Pemimpin Kota berhenti sejenak, lalu langsung membuat keputusan.
Terlihat dia mengangkat satu tangan, dengan presisi mengangkat topengnya, memperlihatkan sepotong dagu pucat dan bibir merah pekat. Dengan cepat dan elegan, dia menyuapkan makanan ke mulutnya, lalu menutup kembali topeng dengan gerakan refleks, dan mulai mengunyah dengan anggun.
Rangkaian gerakannya mengalir mulus dan lancar.
Para hadirin: Oh~
Ternyata begitulah cara orang yang memakai topeng makan!
Para hadirin menambah wawasan.
Dan masih belum puas.
Mereka merasa gerakan Pemimpin Kota Gui Qing membuka topeng untuk makan agak magis, terus ingin melihat lagi, lalu melanjutkan menasihati untuk makan.
Song Nanshi diam-diam berkata ke Yun Zhifeng: "Kakak Yun, lihatlah, dia sudah makan begitu, cepatlah tiru!"
Yun Zhifeng: "..."
Ekspresinya datar: "Aku tidak lapar."
Song Nanshi sangat menyesal.
Pemimpin Kota Gui Qing terus disuapi sesuap demi sesuap, mulutnya tak berhenti, ucapan yang direncanakan tak sempat terungkap.
Selama setengah jam, Song Nanshi menyaksikan setengah meja makanan masuk ke perut sang pemimpin kota.
Para hadirin masih belum puas.
Pemimpin Kota Gui Qing makan sampai bersendawa.
Baru setelah semua makanan habis, dia mendapat kesempatan bicara.
Dia berkata sambil bersendawa: "Kalian memang sangat antusias, tapi kulihat wajah-wajah baru ini pasti pertama kali datang ke Zhongzhou ya?"
Song Nanshi sudah tahu bahwa tujuan sebenarnya sang Pemimpin Kota akhirnya muncul.
Berapa probabilitas seorang Pemimpin Kota keluar rumah untuk makan dan bertemu meja gabungan? Lalu berapa kemungkinannya tepat bertemu dengan mereka?
Dia tidak menyambung pembicaraan, melihat kue-kue sudah dihidangkan, langsung melanjutkan: "Silakan makan kue, silakan makan kue."
Pemimpin Kota: “……”
Dia benar-benar tidak bisa menghabiskannya lagi!
Akhirnya dia hanya bisa tertawa getir: "Sepertinya semua yang hadir sudah tahu niat sebenarnya tertuju pada... bukan pada anggur. Baiklah, niat awal saya memang bukan untuk meja gabungan, tapi ingin berkenalan dengan kalian. Tapi hanya sekadar berkenalan, sama sekali tidak ada maksud lain."
Senyuman Song Nanshi tetap tak berubah: "Apakah Tuan tidak menyukai kue kacang hijau ini? Bagaimana dengan kue bunga persik?"
Sepotong kue bunga persik ditaruh di mangkoknya.
Pemimpin Kota: “……”
Perutnya terasa begah sampai cairan lambung bergolak, makanan yang ditelan nyaris menyangkut di kerongkongan.
Melihat Song Nanshi masih berniat terus membujuknya makan, Pemimpin Kota Gui Qing langsung tahu: Hari ini agendanya mungkin akan menemui kegagalan, beberapa orang ini benar-benar tidak bisa dipengaruhi.
Maka dia menghela napas, berkata: "Baiklah, aku tahu kalian tak percaya padaku. Jadi hari ini anggap saja sebagai perkenalan, kita akan berteman di lain hari."
Sambil berkata demikian, dia berdiri dengan aura muram, hendak pergi.
Song Nanshi tersenyum: "Bagaimana kalau Tuan Pemimpin menyelesaikan kue persiknya dulu?"
Pemimpin Kota: "......"
Sosoknya tersandung saat berjalan, langkahnya langsung semakin cepat.
Song Nanshi mengeluarkan suara "tsk-tsk" dua kali, penuh penyesalan.
Para hadirin segera menoleh ke arahnya.
Sejak Song Nanshi mulai memaksa menyuapi makanan, mereka sudah mencium keanehan - meski adik seperguruan mereka suka bermain-main, tak mungkin seenaknya menyulitkan orang asing.
Jika dia melakukan itu, berarti orang ini pasti bermasalah.
Jiang Ji berbisik pelan: "Adik Senior, ada apa dengan orang ini?"
Song Nanshi balik bertanya: "Pernahkah Kakak ingat kapan sekte kita punya wajah baru, lalu sengaja berteman dengannya?"
Jiang Ji menggelengkan kepala.
Song Nanshi: "Jadi, sekalipun Pemimpin Kota ini mencintai rakyat seperti anak sendiri, langsung mengenali kita sebagai pendatang baru, alasan apa yang membuatnya ingin berteman dengan orang-orang kecil seperti kita?"
Zhu Xiu berpikir sejenak, bingung: "Maksudmu adalah?"
Song Nanshi: "Kecuali dia tahu kita keluar dari Gunung Sicang. Saat kita keluar, ada keributan besar di sana. Mungkin dia menganggap kita berguna."
Zhu Xiu tersadar: "Maksudmu, Pemimpin Kota yang disingkirkan oleh keluarga besar ini ingin memanfaatkan kekuatan kita yang berhasil keluar dari Gunung Sicang?"
Song Nanshi tenggelam dalam pikiran: "Berdasarkan sikapnya dari awal sampai sekarang, begitulah."
Setidaknya, penampilannya sudah membuat orang lain berpikir demikian, dan dia tak keberatan orang tahu niatnya itu.
Zhu Xiu merasa ucapan adik seniornya agak aneh.
Tapi jika memang begitu, lebih baik mereka menjauhi pemimpin kota ini.
Dia pun berkata: "Aku akan pergi melunasi utang dulu."
Song Nanshi menghentikan: "Tak perlu. Pemimpin Kota itu mungkin sudah menutup rekeningnya."
Dia juga berkomentar: "Orang baik yang memaksa diri membayar hutang seperti ini, semakin banyak semakin baik."
Zhu Xiu bertanya pada pemilik restoran, dan ternyata utang memang sudah dilunasi orang lain.
Beberapa orang itu menikmati makan malam gratis dengan jiwa dan raga bahagia sambil berjalan pulang.
Tentu saja, mungkin hanya Song Nanshi seorang yang benar-benar bahagia.
Saat makan mereka memilih kedai minuman terbesar di kota dalam, dan saat pulang juga melewati jalur dari kota dalam ke kota luar.
Tak terhindarkan mereka melewati bengkel pandai besi ayah paruh baya yang kemarin.
Song Nanshi sengaja melirik, melihat bengkel pandai besi itu terkunci rapat dengan warna hitam legam di dalamnya.
Di siang hari berbagai alat pertanian masih tergantung di luar bengkel, tapi tak ada seorang pun di dalamnya.
Song Nanshi dan Yun Zhifeng saling memandang, langsung merasakan sesuatu yang tidak beres.
Tanpa basa-basi Song Nanshi langsung melangkah besar ke depan dan mendorong pintu bengkel pandai besi, hanya menemukan tungku tempa sudah dingin entah berapa lama.
Hatinya berdeg-degan kencang.
Pandai besi itu tidak punya tempat tinggal lain di kota, makan dan tidur semua di bengkelnya. Kalau tidak di sini, lantas di mana lagi?
Selain itu, abu tulang dan surat rumah yang kita antarkan juga tidak ada.
Song Nanshi langsung menatap Yun Zhifeng.
Yun Zhifeng segera berkata: "Saya akan melacak aura pandai besi itu, kamu ikuti saya."
Sambil berkata demikian, dia menggenggam mantra perlindungan dan berbalik meninggalkan bengkel.
Song Nanshi hanya meninggalkan pesan: "Kami masih ada urusan lain, kalian pulang dulu."
Lalu dia menyusul pergi.
Para hadirin saling pandang kebingungan.
Jiang Ji tanpa basa-basi langsung perintah: "Ikuti!"
Song Nanshi mengikuti Yun Zhifeng berkelok-kelok, ternyata dari pasar kota dalam malah menuju area lebih interior.
Tepatnya wilayah berkumpulnya cultivator-cultivator kota.
Hati Song Nanshi semakin larut dalam kegelisahan.
Dia mulai menebak-nebak apa rencana si pandai besi.
Semoga saja mereka masih sempat.
Saat pikiran itu melintas, Yun Zhifeng tiba-tiba berhenti.
Ini adalah gang kecil yang gelap gulita. Song Nanshi menengadah, melihat pandai besi yang selama ini mereka cari berdiri di ujung gelap gang, tatapannya membelalak mengawasi dua cultivator yang baru saja berbelok dari jalan besar masuk ke gang.
Pakaian kedua cultivator itu memiliki lambang keluarga yang sama persis.
Song Nanshi langsung berseru: "Berhenti..."
Ucapan itu belum selesai, sang pandai besi sudah kabur sambil meraih golok panjang yang tajam.
Mana mungkin orang biasa dengan golok bisa melukai cultivator.
Kedua cultivator itu juga berpikir demikian. Melihat orang biasa tiba-tiba menyerang, mereka bahkan tidak menghindar, langsung mengayunkan pedang ke arah kepala pandai besi.
Raut wajah Song Nanshi langsung menjadi dingin. Angin Xun di tangannya segera melesat.
Tapi yang lebih cepat adalah sepotong giok kekaisaran yang tiba-tiba dilempar pandai besi bersama goloknya.
Giok itu tiba-tiba memancarkan cahaya pedang yang menyilaukan, membelah udara menuju dua cultivator yang tidak berjaga-jaga.
Kedua cultivator panik, satu membangun penghalang, satu menangkis cahaya pedang, tetapi karena tidak sempat menghindar, salah satu cultivator mendapat goresan darah di tubuhnya.
Pandai besi sama sekali tidak menghindar, langsung menghadapi cahaya pedang yang ditangkis kembali.
Angin Xun Song Nanshi akhirnya tiba, langsung membungkus pandai besi itu dan menariknya ke belakang.
Saat itu, cultivator yang terluka sudah tersadar, langsung meledak marah, mengangkat pedang panjangnya dan berkata: "Kau berani melukai aku..."
Sebuah angin Xun lagi menerjang, langsung menghajar pedang cultivator itu hingga terbang.
Song Nanshi keluar dari tempat tersembunyi dengan ekspresi datar, berkata dingin: "Aku ini siapa menurutmu?"
Cultivator itu mengerutkan alis: "Kau siapa lagi? Sekutu orang ini?"
Song Nanshi diam seribu bahasa, hanya menatap pandai besi.
Pandai besi itu memandanginya, matanya merah darah.
Dia hanya berkata: "Sebelum menulis surat rumah, dia sedang bersenang-senang di jalananku. Karena melihatnya berasal dari keluarga besar, aku merendahkan diri bertanya tentang Gunung Sicang apakah masih ada binatang buas, bisakah keluargaku pulang."
“Dia mengatakan langsung tidak ada, tapi hari ini, aku jelas-jelas melihatnya pergi ke Gunung Sicang!”
Song Nanshi berhenti sejenak, arah pandangannya beralih ke cultivator yang terluka.
Dia bertanya: “Kau membohonginya?”
Cultivator yang terluka tertegun.
Cultivator yang tidak terluka tampak bingung, jelas tidak mengetahui hal ini.
Namun cultivator yang terluka segera berkata dengan alasan yang sah: “Aku hanya sekadar menyebut, mana tahu dia benar-benar percaya! Hal ini klan kami wajibkan untuk dirahasiakan, mana mungkin aku bicara jujur, dia sendiri yang bodoh...”
Song Nanshi memotongnya: “Anak perempuannya tewas di jalan pulang, mati di Gunung Sicang.”
Orang itu terkejut.
Tapi segera dia memalingkan wajah, “Apa hubungannya denganku.”
Seolah meyakinkan diri sendiri, dia menunjuk mereka dengan sikap sok benar: “Itu urusannya sendiri, bukan aku yang membunuh anaknya. Hari ini dia menyerangku, klanku pasti tidak akan membiarkannya. Jika kau tak ingin mati bersamanya...”
“Bang!”
Ucapan belum selesai, tubuhnya sudah terhempas beberapa zhang jauhnya.
Angin Xun berubah menjadi pisau angin yang menempel di lehernya. Song Nanshi melangkah perlahan mendekat, menginjak dada orang itu dengan kaki, menggerusnya dengan santai di tengah jeritan kesakitannya.
Dengan tenang dia berkata: "Apa ini kau, pantaskah menunjuk kami?"
Angin Xun menekan ke bawah, membentuk bilah darah di lehernya.
Orang itu merasakan ketakutan akan kematian.
Terengah-engah, dia mengoceh tak karuan: "Jika kau membunuhku, kau juga takkan bisa keluar dari kota ini!"
Song Nanshi tersenyum sinis dengan suara lembut.
Dia berkata: "Tidak paham kau dengan ucapanku?"
"Apa ini kau."
……
Kediaman Pemimpin Kota.
Saat Gui Qing kembali ke ruang rahasianya, tiba-tiba terdengar dengusan dingin dari dalam.
Sebuah suara berkata: "Kau bertemu dengannya."
Gui Qing tetap berkepala dingin, hanya membalas dengan senyuman: "Sudah."
Orang itu: "Bagaimana?"
Senyuman Gui Qing tak berubah: "Cuma gadis kecil, agak licik, pun beberapa trik. Tapi cuma segitu."
Orang itu keluar dari kegelapan, memperlihatkan wajah yang sangat ramah.
Song Nanshi jika berada di sini, pasti akan langsung memanggil nama lawannya.
Kakak Bantal.
...Batuk. Juemingzi.
Juemingzi juga tertawa, namun senyumannya terdistorsi: "Kau benar-benar percaya diri."
Gui Qing tetap tenang: "Aku tentu tidak sepertimu, puluhan ribu Lingshi habis tanpa hasil."
Juemingzi memandang ekspresi percaya dirinya, teringat pengalamannya sendiri, tiba-tiba mulai membayangkan saat Gui Qing dihajar Song Nanshi sampai tak punya satu sen pun.
Saat ini, Gui Qing belum tahu rekan sejawatnya telah memprediksi akhir ceritanya. Dengan yakin ia berkata: "Kewaspadaannya sekarang masih wajar, tapi beri aku tiga hari, gadis kecil itu akan jadi milikku. Aku tidak sepertimu yang langsung rugi saat pertemuan pertama..."
Tiba-tiba ia bersendawa keras.
Gui Qing: "..."
Juemingzi: "..."
Dengan nada panjang ia berkomentar: "Memang kau tidak rugi. Malah kekenyangan."
