Song Nanshi menatap Ye Qinzhou dengan ekspresi datar.
Ye Qinzhou tersenyum sambil menatapnya.
Di antara mereka tergeletak secarik surat utang yang berusia tua.
Ye Qinzhou memandanginya, lalu melihat surat utang itu. Dengan senyum tetap, tiba-tiba dia berkata: "Nona Song, jangan-jangan..."
Song Nanshi langsung membantah: "Bukan! Aku tidak! Omong kosong!"
Ye Qinzhou semakin tersenyum lebar: "Saya belum mengatakan apa-apa."
Song Nanshi: "..."
Lengah.
Ye Qinzhou melanjutkan: "Nona Song adalah ahli ramalan."
Wajah Song Nanshi mengeras: "Ya."
Ye Qinzhou: "Kebetulan sekali. Menurut kabar dari leluhur, senior yang berhutang pada keluarga kami dulu juga seorang ahli ramalan."
Song Nanshi berbicara kaku: "Oh, kebetulan ya."
Ye Qinzhou: "Nona Song."
Song Nanshi: "Buat apa."
Ye Qinzhou tersenyum: "Sudah datang, kembalikan uangnya."
Song Nanshi: "……"
Ye Qinzhou melanjutkan: "Menurut catatan leluhur, senior ahli ramalan yang berhutang pada keluarga kami dulu pernah meramal sebelum meminjam uang. Ramalannya menyebut ketika keluarga kami berada di ujung tanduk, penerusnya pasti akan datang melunasi utang. Kini keluarga Ye hanya menyisakan kami berdua saudara yang hidup dalam kemelaratan. Kebetulan Nona Song muncul dan secara pribadi mengeluarkan surat utang yang sudah hilang. Bukankah ini persis sesuai dengan ramalan itu?"
Dia menghela napas: "Ini namanya jodoh tak terelakkan meski terpisah ribuan li."
Song Nanshi masih berusaha membantah: "Aku tak kenal senior mana pun."
Ye Qinzhou memandanginya dengan tatapan tajam selama beberapa saat, tiba-tiba berkata: "Nona Song, aku tak ingin seperti ini."
Song Nanshi sedang bingung maksudnya, tiba-tiba pria itu menutupi mulutnya dan mulai batuk. Batuknya semakin parah hingga dengan gerakan mahir memuntahkan seteguk darah.
Song Nanshi: "!!"
Kau masih berlagak!
Dia tiba-tiba mundur dua langkah!
Ye Qinzhou dengan wajah pucat, lemah dan letih berkata: "Kondisi tubuhku memang payah, gemetar bibir memutih karena amarah sementara ini membuat Nona Song kaget, tapi tak apa, kesehatan hamba sudah di ujung tanduk, paling buruk hanya menjadi yang tak tersembuhkan. Sebagai orang yang hampir mati, hamba tak mengharapkan pengembalian uang, hanya berharap nona melihat surat utang ini dan mau melindungi adikku sepeninggalku..."
Ia maju dua langkah, bagai Song Nanshi yang jika tak mengembalikan uang akan langsung mati di hadapannya.
Song Nanshi hampir bersujud, melihat surat utang itu sebenarnya sudah menjadi perjuangan dalam sekarat, menyaksikan aksinya yang seakan akan tenang jika tak membayar, langsung melompat sambil mundur: "Jangan mendekat, aaaa!"
Ye Qinzhou: "Nona Song..."
Song Nanshi: "Kubayar! Kubayar, tidak boleh begitu?!"
Begitu kata-kata ini meluncur, Ye Qinzhou langsung berhenti batuk, raut wajahnya kembali kemerahan, kaki-kakinya pun bertenaga. Ia memperagakan pada Song Nanshi apa yang disebut kesembuhan instan, pantas dijuluki keajaiban medis.
Song Nanshi: “……”
Dengan wajah lunglai, ia menatapnya dengan mata ikan mati.
Namun Ye Qinzhou dengan cekatan mengambil surat utang, tersenyum manis: “Aku sudah tahu Nona Song pasti akan membayar. Seandainya Nona tak punya niat melunasi, buat apa repot-repot datang ke Zhongzhou tanpa alasan?”
Song Nanshi terkekeh sinis: “Anda lebih mirip ahli ramalan ketimbang saya.”
Ye Qinzhou hanya tersenyum tanpa berkata-kata.
Melihat aksinya yang hendak menagih utang, Song Nanshi segera berseru: “Tunggu! Meski mau bayar, saya harus verifikasi dulu. Surat ini tertulis Keluarga Shen dari Zhongzhou, tapi kalian berdua kan marga Ye!”
Ye Qinzhou tetap tersenyum: "Leluhur kami memang bermarga Shen, hanya saja sejak kakek buyut, keluarga Shen mengubah marga menjadi Ye, mengikuti nama marga nenek buyut."
Song Nanshi mulai membuat perhitungan.
Jika diukur dari standar umur rata-rata di dunia kultivasi, kakek buyut Ye Qinzhou berarti hidup lebih dari sembilan ratus tahun yang lalu.
Tepat bertepatan dengan waktu ketika keluarga Shen dari Zhongzhou menghilang sepenuhnya dari catatan sejarah sekte yang ia pelajari di perpustakaan.
Mengikuti nama marga nenek...
Song Nanshi teringat proses keluarga Shen Zhongzhou yang awalnya sangat termasyhur kemudian perlahan lenyap tanpa jejak dalam catatan sekte. Ia hampir yakin pasti ada perubahan tak terduga yang memaksa keluarga Shen menyembunyikan identitas bahkan mengubah marga.
Meskipun dunia kultivasi tidak sefeodal dan tertutup seperti zaman kuno sebenarnya, warisan nama keluarga tetap merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah klan. Bukan Song Nanshi meremehkan penduduk asli dunia kultivasi, namun bagi kebanyakan dari mereka, membiarkan salah satu anak menggunakan nama keluarga ibu saja sudah bisa dikatakan progresif. Jika seluruh klan harus mengubah nama keluarga ibu, itu hanya mungkin terjadi jika tidak melakukannya akan menyebabkan kepunahan klan.
Song Nanshi teringat pada ilmu yang dipraktikkan Ye Lizhou - ilmu yang disebut Kakek Liu sebagai "memperpendek usia".
Dia bertanya: "Apakah ini terkait dengan ilmu warisan klan kalian?"
Senyuman di wajah Ye Qinzhou berhenti sejenak.
Setelah beberapa saat, dia balik bertanya: "Nona Song mengetahuinya?"
Song Nanshi mengangguk: "Aku sedikit memahami. Ilmu yang dipraktikkan Ye Lizhou memang berdampak pada usia."
Sambil mengatakan ini, dia mengerutkan alis: "Tapi kondisi fisik Ye Lizhou sangat baik. Mungkin Liu... Apa aku salah melihat?"
Ye Qinzhou hanya tersenyum datar: "Nona Song tidak salah melihat."
Katanya: "Masih ada aku yang menanggung konsekuensi pemendekan usia ini."
Song Nanshi membelalakkan mata, tak bisa menahan umpatannya: "Kau biasa-biasa saja muntah darah, perasaan itu bukan berpura-pura?"
Ye Qinzhou: "......"
Ia tersenyum: "Sebagian besar, bukan."
Song Nanshi menyadari ucapannya, hati dipenuhi rasa bersalah. Ia merasa penyakit Ye Qinzhou benar adanya sementara dirinya malah meragukannya...
Sebelum selesai berpikir, Ye Qinzhou tetap tersenyum: "Tentu saja, kadang tetap bisa dimanfaatkan."
"Kadang-kadang" yang dimaksud tak perlu dijelaskan.
Song Nanshi: "......"
Memang pantas jadi dirimu.
Setelah mengkritik diam-diam, ia ragu-ragu: "Lalu kondisi kesehatanmu..."
Ye Qinzhou tertawa: "Tetap hidup baik-baik, mungkin juga bisa meninggal dengan tenang."
Dengan melankolis ia melanjutkan: "Keluarga Ye, dulunya keluarga Shen, pernah memiliki cultivator jenius yang luar biasa. Ia menyempurnakan ilmu asli Shen sehingga selama periode tertentu banyak ahli bermunculan. Tapi siapa sangka..."
Song Nanshi paham: "Ada untung rugi, ilmu itu punya cacat."
Ye Qinzhou mengangguk, "Dan sejak saat itu, keturunan Shen tidak bisa lagi mempelajari ilmu lain."
Song Nanshi tak bisa menahan diri mengerutkan alisnya.
Tak bisa mempelajari ilmu lain? Ini tidak seperti masalah ilmu biasa. Aku belum pernah dengar ilmu yang mempengaruhi diri sendiri lalu diwariskan ke keturunan.
Ye Qinzhou melanjutkan, "Saat itu leluhur sedang kebingungan..."
Song Nanshi menyela, "Senior ahli ramalan itu membuka mata leluhur dengan satu kalimat?"
Ye Qinzhou tersenyum, "Tidak, senior ahli ramalan itu datang untuk meminjam uang."
Song Nanshi: "..."
Ye Qinzhou: "Dan senior itu menjelaskan, dia akan terbang ke surga, tidak bisa melunasi utang di kehidupan ini, dan akan menyerahkan pembayaran kepada penerusnya ribuan tahun kemudian."
Mata Song Nanshi berkedut tak terkendali.
Benar-benar sudah dihitung jelas dan terperinci sejak seribu tahun yang lalu.
Ye Qinzhou melanjutkan, "Leluhur tentu tak setuju. Senior itu kemudian meramal untuk leluhur sebagai gantinya, mengatakan jika keluarga Shen tidak lagi menjadi Shen, keturunan mereka akan punya seberkas daya hidup."
"Solusi leluhur adalah: mengubah nama keluarga."
Song Nanshi tak bisa menahan diri bertanya: "Apa itu berguna?"
Ye Qinzhou tersenyum: "Hingga generasi kami, Li Zhou sudah tidak lagi terbelenggu oleh ilmu. Kalau aku tidak nekat, bisa hidup panjang."
Song Nanshi menghela napas lega.
Tiba-tiba dia mendengar Ye Qinzhou berkata: "Jadi..."
Song Nanshi menatap: "Ya?"
Ye Qinzhou dengan refleks mengeluarkan sempoa: "Mari kita hitung bunga selama seribu tahun lebih ini."
Song Nanshi: "......"
Saat ini dia sangat ingin memperagakan "kematian mendadak" di depan Ye Qinzhou.
Ekspresinya datar: "Surat utang tidak menyebutkan bunga."
Ye Qinzhou mengelus-elus dada menyesali kearifan leluhurnya yang kurang visioner. Andai saja bunga tercantum di surat utang...
Dia membela diri: "Tapi menurut standar peminjaman bank..."
Song Nanshi mendengus dingin: "Kalau pakai standar bank, lebih baik kau jual saja aku!"
Sikapnya jelas: jika masih memaksa tagih bunga, dia akan langsung "tidak mau berusaha".
Ye Qinzhou menghela napas penuh penyesalan.
Kalau yang di depanku ini orang kaya, mungkin dia masih bisa mencari cara menghajarnya. Tapi tak disangka, penerus senior si miskin itu juga sama miskinnya.
Jangan-jangan kemiskinan adalah syarat wajib bagi penerus aliranmu ini?
Dan seperti diketahui umum, kelompok si miskin adalah yang paling sulit dijadikan sasaran eksploitasi.
Dengan ekspresi kecewa, dia menyimpan kalkulasinya sambil mengulurkan tangan: "Kalau begitu, Nona Song, kembalikan uangnya."
Song Nanshi: "..."
Hari yang ditakutkannya akhirnya tiba.
Setelah berjuang batin cukup lama, dengan wajah datar dia mengeluarkan kantong penyimpanan berisi 5.000 Lingshi dari cincin penyimpanannya, lalu meletakkannya perlahan di tangan Ye Qinzhou.
Dengan khidmat dia berkata: "Kak Ye, perlakukan mereka dengan baik."
Ye Qinzhou tersenyum: "Aku tahu."
Song Nanshi melanjutkan: "Jangan biarkan mereka disakiti."
Ye Qinzhou tetap tersenyum: "Aku paham."
Song Nanshi: "Kau..."
Ye Qinzhou memotong pembicaraannya: "Nona Song."
Song Nanshi: "Ah?"
Ye Qinzhou menarik-narik kantong penyimpanan di tangannya, berkata: "Bisa tidaknya kau melepaskannya dulu?"
Song Nanshi mengerutkan bibir.
Tangan kedua orang itu sama-sama mencengkeram kantong penyimpanan, saling tarik-menarik di atas meja.
Meja itu mengeluarkan suara berat seolah mengeluh tak kuat menahan beban.
Ye Qinzhou diam-diam sejenak, tiba-tiba berseru: "Meja ini warisan leluhur, harganya lima puluh Lingshi per buah. Kalau sampai rusak..."
Song Nanshi kaget, refleks melepaskan cengkeramannya.
Ye Qinzhou cepat-cepat menyimpan Lingshi sambil tersenyum: "Nah, utang uangmu sudah terlunasi."
Song Nanshi menyunggingkan senyuman yang lebih mirip tangisan.
"WKWKWKWK."
……
Beberapa saat kemudian, Song Nanshi membawa buku catatan keluarga bangsawan, keluar dari ruang baca bersama Ye Qinzhou.
Raut wajah Song Nanshi muram, persis seperti orang yang kehilangan uang.
Wajah Ye Qinzhou berseri-seri, seolah uang yang hilang dari Song Nanshi berhasil dipungutnya.
Tiba-tiba keduanya berpapasan dengan Yun Zhifeng di depan pintu.
Melihat ekspresi mereka, Yun Zhifeng spontan berseru: "Song Nanshi, kau kehilangan uang?"
Song Nanshi：“……”
Dia perlahan mengangkat wajah, menatapnya dengan ekspresi datar.
Yun Zhifeng tiba-tiba merasakan bulu kuduknya merinding.
Kemudian dia melihat Song Nanshi tersenyum sinis sambil berkata, "Berkatmu."
Yun Zhifeng：“……” Ada perasaan aneh dengan ucapan ini.
Lalu Song Nanshi berbalik badan dan pergi.
Yun Zhifeng：“……”
Sepertinya dia telah membuat Song Nanshi marah.
Tapi dia jelas-jelas tidak melakukan apapun.
Memandang sosok Song Nanshi yang semakin menjauh, dia menoleh ke Ye Qinzhou: "Ada apa dengannya?"
Ye Qinzhou tersenyum lebar: "Mungkin sedang mengingat hal menyedihkan."
Yun Zhifeng menyipitkan mata: "Lalu kenapa denganmu?"
Ye Qinzhou: "Aku tentu sedang mengingat hal yang menyenangkan."
Yun Zhifeng：“……”
Pasti ada masalah!
Song Nanshi yang "bermasalah" ini belum sempat memahami arti cinta, namun sudah merasakan pahitnya cinta.
Setelah kembali ke kamarnya, dia melempar Buku Catatan Keluarga Bangsawan ke samping lalu mulai bermalas-malasan.
Tapi setelah bermalas-malasan sebentar, dengan ekspresi datar dia duduk tegak dan mengambil kitab keluarga bangsawan itu mulai memeriksa.
Uang sudah dikeluarkan. Kitab keluarga mahal yang dipinjam ini harus tetap dia baca meski sambil menggeretakkan gigi.
Tangannya membalik halaman tentang keluarga Yun.
Di baris pertama yang terlihat, Song Nanshi langsung membeku.
Putra Mahkota keluarga Yun, Putra Kirin, nama tak tercatat.
Putra Kirin.
Giok Darah Kirin.
Yun Zhifeng.
Song Nanshi perlahan menarik napas dalam.
Dugaan awalnya hanya mengira Yun Zhifeng adalah murid elite keluarga besar. Siapa sangka...
Putra Mahkota? Putra Kirin?
Keluarga sendiri memburu Putra Mahkotanya? Apa otak mereka tidak bermasalah?
Tunggu.
Tiba-tiba Song Nanshi teringat sesuatu.
Burung Yu di Gunung Sicang muncul tak lama setelah Yun Zhifeng mulai diburu.
Yun Zhifeng diusir dari keluarga Yun, lalu tiba-tiba muncul sekawanan burung Yu di Gunung Sicang - apakah ini kebetulan belaka?
Song Nanshi merenung sejenak, memegang catatan keluarga bangsawan hingga tengah malam. Saat subuh tiba, tiba-tiba ia melempar buku itu dan bergegas menuju kamar Yun Zhifeng.
Lalu mengetuk jendela: "Putra Kirin."
Di dalam kamar, Yun Zhifeng terbangun kaget oleh suara itu.
Reaksi pertamanya adalah mengira misi pemburuan telah datang, baru kemudian menyadari itu suara Song Nanshi.
Dadanya berdebar kencang.
Sesaat kemudian, ia bangkit dan langsung membuka jendela.
Di luar jendela, Song Nanshi menghirup napas tajam, pandangannya tertancap di dadanya.
Yun Zhifeng: "?"
Ia menunduk melihat.
Baru menyadari kerah bajunya yang terbuka lebar.
Refleks ingin mengancingkannya, tapi tangan berhenti di tengah jalan. Dengan nonchalance ia berpura-pura tak tahu: "Urusan apa kau mengetuk jendelaku tengah malam?"
Song Nanshi diam seribu bahasa.
Yun Zhifeng berdehem: "Song Nanshi."
Song Nanshi tersadar, memaksa diri mengalihkan pandangan sambil berkata tegas: "Ini urusan penting!"
Yun Zhifeng: “Masalah penting tentang Putra Kirin?”
Jika dia tidak tahu urusan keluarga Yun, tentu takkan mengenal Putra Kirin.
Dia sama sekali tidak memberitahukan hal tentang keluarga Yun padanya.
Song Nanshi-lah yang proaktif mencari tahu.
Pikiran Yun Zhifeng dipenuhi percintaan romantis.
Song Nanshi berkata dengan serius: “Ini baru bagian pertama.”
Yun Zhifeng: “?”
Dia bertanya: “Lalu ada urusan penting lainnya?”
Song Nanshi: “Tentu!”
Yun Zhifeng: “……”
Rupanya Cinta yang Tertipu.
Dia berkata: “Coba jelaskan.”
Song Nanshi: “Daftar keluarga bangsawan Zhongzhou diperbarui sesuai perubahan waktu.”
Yun Zhifeng mengangguk: “Wajar, banyak keluarga bangsawan di Zhongzhou. Hanya tiga yang tergolong besar. Perubahan terjadi sering. Terlalu merepotkan jika setiap kali harus mencetak versi baru. Jadi daftar itu diperbarui secara otomatis.”
Song Nanshi melanjutkan: “Tahukah kau apa yang kulihat dalam pembaruan saat memberantas binatang buas di Gunung Sicang?”
Dia melihat ekspresi bingung Yun Zhifeng, berkata: "Tiga keluarga besar, yang bertanggung jawab atas hukum dan disiplin, membenci kejahatan, serta bertindak radikal - singkatnya, semua yang tidak sejalan dengan kepentingan keluarga bangsawan, mati dalam perang pemberantasan."
Yun Zhifeng berhenti sejenak.
Song Nanshi: "Contohnya sesepuh penegak hukum keluarga Chu, atau Sesepuh Jurus Telapak Pedang keluarga Hu."
Dia menatap Yun Zhifeng: "Kau juga termasuk, dan kau satu-satunya yang selamat."
Dia mengajukan pertanyaan yang tak pernah terpikir oleh Yun Zhifeng: "Saat pemberantasan dulu, sebenarnya yang diberantas adalah binatang buas atau kalian?"
Yun Zhifeng tertegun.
Saat dia bertarung di Gunung Sicang, mengapa keluarganya mengkhianatinya? Sama sekali tidak bisa dipahaminya.
Tapi bagaimana jika sejak awal target pembunuhan itu adalah dirinya?
Maka Gunung Sicang itu adalah arena eksekusi yang dirancang untuk mereka.
Sejak memasuki Gunung Sicang, akhirnya sudah ditakdirkan.
Mengapa setelah operasi usai, tiba-tiba muncul kawanan Yu Niao di Gunung Sicang?
Yun Zhifeng akhirnya menemukan jawabannya.
Jika burung-burung Yu ini terkait dengan keluarga bangsawan, pasti karena semua orang yang bisa menghalangi mereka sudah mati, barulah mereka berani melepaskan Yu Niao.
Maka binatang buas yang tiba-tiba muncul di Gunung Sicang dulu sebenarnya adalah umpan untuk membasmi para penentang!
Segalanya menjadi jelas.
Masalah yang membingungkan Yun Zhifeng selama ini tiba-tiba menemukan jawabannya.
Song Nanshi melihat raut wajahnya yang berkunang-kunang, bertanya kebingungan: "Pengetahuanmu tentang keluarga bangsawan Zhongzhou lebih mendalam dariku, kan? Kau sama sekali tidak pernah memikirkan ini? Kalau diteliti lebih detail, seharusnya mudah terbayang, kan?"
Yun Zhifeng tersadar, berpikir sejenak lalu berkata: "Aku biasanya tak ingin repot-repot memikirkan hal seperti ini."
Song Nanshi: "Lalu kalau kau menghadapi masalah rumit sehari-hari?"
Yun Zhifeng jujur: "Aku langsung menghajarnya. Yang bukan tandinganku, otomatis berhenti merepotkan."
Song Nanshi: "..."
Baiklah, tingkat kekuatan yang tinggi memang hebat.
Dia seperti besi yang tak bisa ditempa menjadi baja: "Kau sekarang setidaknya dalam kondisi terluka, kultivasi di episode transformasi dewa semua tergantung pada Giok Darah Kirin-mu! Kalau tak bisa bertindak, tolong gunakan otakmu!"
Yun Zhifeng berpikir sejenak, berkata: "Kalau begitu aku akan berusaha belajar bertindak, kau yang bantu aku menggunakan otak."
Yun Zhifeng melihat ekspresi Song Nanshi yang tak berkata-kata, tak bisa menahan senyum.
Bukan berarti dia tak menggunakan otak, hanya saja sejak kecil, jarang menemui situasi yang membutuhkan strategi kecerdasan.
Dia bertanya lagi: "Apa rencanamu?"
Song Nanshi: "Kita keluar dari Gunung Sicang, mereka langsung menugaskan orang ke sana. Jelas ingin mencari kami para pelarian. Untuk sementara mereka tak ingin masalah Gunung Sicang bocor."
Yun Zhifeng: "Kau ingin mengurus ini?"
Song Nanshi teringat pada pandai besi itu.
Dia bisa acuh tak acuh, asal bisa mengeraskan hati menyaksikan Zhongzhou dipenuhi semakin banyak orang seperti pandai besi itu.
Dia berhenti sejenak, berkata: "Kalau begitu aku akan membuatnya terungkap."
Yun Zhifeng memandangnya, namun berkata: "Zhongzhou adalah wilayah kekeluargaan bangsawan. Meski kau punya dukungan Sekte Tanpa Batas, bantuan dari jauh takkan mampu memadamkan api di depan mata. Rahasia yang para bangsawan ingin tutupi, meski semua orang menyadarinya, kabar ini tetap sulit menyebar ke luar."
Song Nanshi tersenyum: "Kalau begitu kita harus mencari cara agar mereka sendiri yang membocorkannya."
Ia menatap Yun Zhifeng tiba-tiba bertanya: "Yun Zhifeng, kau sudah susah payah melarikan diri. Jika keluarga Yun memperhatikan kita, mudah bagi mereka melacakmu. Kau..."
Yun Zhifeng memotongnya: "Kau beri perintah, aku yang eksekusi."
Song Nanshi berhenti sejenak: "Baik."
Begitu ucapannya selesai, terdengar sorakan dari belakang: "Bagus!"
Song Nanshi kaget menyentak. Saat menoleh, dilihatnya satu per satu kepala menyembul dari balik pohon pagoda besar. Kepala Jiang Ji terlihat sedang bertepuk tangan mati-matian.
Song Nanshi: "..."
Dengan ekspresi datar: "Keluar."
Para hadirin saling pandang malu-malu. Jiang Ji menjelaskan: "Kami tidak sengaja, cuma jalan-jalan..."
Song Nanshi mendengus dingin: "Kalian jalan-jalan di tengah malam."
Para hadirin diam seribu bahasa.
Yun Zhifeng dengan ketenangan mengencangkan kerah bajunya.
Lalu Zhu Xiu diam-diam berkata: "Sebenarnya kami semua bisa membantu, aku bisa mengeluarkan uang."
Ye Qinzhou: "Keluarga Ye akan menyediakan penjara bawah tanah."
Yu Jiaojiao berbisik: "Aku sedang belajar cara menghancurkan mayat."
Jiang Ji melihat ke kiri dan kanan, langsung berseru: "Adik Senior! Kau tunjuk mana, aku hajar mana!"
Song Nanshi: "......"
Kau dan Yun Zhifeng benar-benar saudara kandung.
Dia tak bisa menahan diri: "Tak bisakah kau menggerakkan otakmu?"
Jiang Ji jujur: "Aku biasanya mengandalkan kekuatan militer."
Song Nanshi mendengus dingin.
Tidak, bukan begitu.
Selama ini kau mengandalkan aura protagonis.
Melihat sekelompok orang ini yang meski tak gentar menghadapi keluarga bangsawan, tapi juga tak mau menggunakan otak.
Atau tepatnya, tak menggunakan otak secara benar.
Song Nanshi sendirian yang memutar otak untuk semua orang.
Dia mengumpulkan semua orang dan berkata singkat: "Agar mereka proaktif menampakkan diri, caranya sederhana."
Dia melanjutkan: "Umpan, identitas."
……
Keesokan harinya.
Ye Lizhou pergi ke markas besar .
Tak sampai setengah jam, markas tiba-tiba mulai menjual kabar tentang orang yang lolos dari Gunung Sicang hari itu kepada keluarga Yun.
Ada empat orang yang lolos dari Gunung Sicang kala itu, semuanya murid Sekte Tanpa Batas yang masih bersaudara seperguruan. Guru mereka adalah Jianzun yang Tak Tergantikan. Setelah melapor ke guru, mereka pergi jalan-jalan ke Zhongzhou bersama teman Ye Lizhou.
Keluarga Yun langsung merasa ini rumit.
Sekte Tanpa Batas, Jianzun yang Tak Tergantikan.
Sekte Tanpa Batas kini sudah menjadi raksasa. Murid-murid langsungnya pun masing-masing sangat berharga. Pemimpin sekte mereka juga dikenal tak mau mendengarkan penjelasan logis. Ini benar-benar masalah.
Meski Jianzun yang Tak Tergantikan terkenal dingin, tapi jika empat muridnya tewas rapi di Zhongzhou, apalagi di tangan keluarga Yun, pasti dia tak akan tinggal diam kan?
Tsk, murid Sekte Tanpa Batas tiba-tiba datang ke kota Zhongzhou buat apa!
Mereka ingin berjaga-jaga, tapi tak ingin menanggung konsekuensi berbau amis.
Jadi mereka tak bisa menyentuh kasus ini.
Lagipula semua keluarga bangsawan di Zhongzhou tak boleh terlibat.
Keempat orang ini harus mati tanpa meninggalkan jejak.
Baru saja mereka berpikir begitu, Song Nanshi langsung memberi kesempatan.
Maka di malam itu, Song Nanshi pergi sendirian dengan alasan menikmati pemandangan.
Sebelum pergi, Song Nanshi berkata: "Status kita adalah sandaran terkuat. Kita bisa jadi umpan, tapi jangan jadi umpan yang langsung putus saat digigit. Biar mereka merasa sakit saat menggigit, sampai akhirnya pasrah, tapi tetap harus membuat keributan."
Ia mengklik lidah: "Hanya saja aku tak tahu taktik apa yang akan mereka gunakan, seberapa besar keributan yang bisa dibuat. Aku pergi sendirian agar memudahkan mereka bertindak, lalu kita hancurkan secara bertahap."
Tak lama kemudian, Song Nanshi segera mengetahuinya.
Di tempat sepi ini, Song Nanshi melihat seekor Yu Niao terbang melayang di udara.
Lebih besar dan lebih ganas dibanding Yu Niao yang pernah dilihatnya, Song Nanshi tidak meragukan bahwa burung ini bisa membuatnya tak punya daya tawar.
Tapi dia justru sangat gembira.
Dia mundur selangkah sambil berkata: "Yun Zhifeng!"
Yun Zhifeng yang memakai topeng tiba-tiba muncul dari udara.
Satu pedang langsung menahan Yu Niao itu.
Song Nanshi melihat sekeliling lalu menunjuk arah kediaman marquis: "Hancurkan ke sebelah sana! Semakin hancur dan berisik semakin baik!"
Maka, Gui Qing si ahli obat ternama masih terlelap ketika rumahnya dihancurkan orang.
Dengan rambut kusut dan wajah kotor, dia bangkit dari reruntuhan hanya untuk melihat perusak rumahnya menginjak Yu Niao sementara kerumunan orang semakin banyak mengelilingi.
Seseorang bertanya ada apa gerangan.
Dalang utama pura-pura menjadi korban: "Bagaimana aku tahu? Aku adalah Song Nanshi, murid langsung Jianzun yang Tak Tergantikan dari Sekte Tanpa Batas. Aku hanya berkunjung ke Zhongzhou untuk menemui teman. Siapa sangka saat melewati Gunung Sicang, aku hampir dibunuh oleh makhluk ini di sana. Kini benda ini malah masuk ke Kota Zhongzhou. Apa keluarga bangsawan di sini begini caranya mengatur pertahanan kota?"
Saudara Bahan Obat pandangannya gelap.
Saat ini, tiba-tiba ia teringat pada keceriaan schadenfreude Juemingzi.
Aku menunggumu kehabisan harta.
Bukan sekadar kehabisan harta, kediaman pemimpin kota dan rencananya ikut hancur berantakan.
