Keesokan harinya saat Song Nanshi membuka pintu, dia langsung melihat sosok Yun Zhifeng yang membeku seperti patung tanah liat dengan punggung menghadap pintu.
Song Nanshi kaget: "Yun Zhifeng, kau bangun pagi sekali?"
Yun Zhifeng memutar lehernya yang kaku, menoleh padanya lalu mengangguk tenang: "Selamat pagi."
Melihat itu, Song Nanshi mulai menyadari ada yang tidak beres.
Pakaian Yun Zhifeng masih sama dengan kemarin, rambutnya basah oleh embun. Ini bukan pertanda bangun pagi, melainkan seperti seseorang yang terjaga sepanjang malam.
Song Nanshi berhenti sejenak, melirik ke arah jendelanya.
Oh, tidak ada jejak pendakian.
Dia menatap Yun Zhifeng dengan ekspresi kompleks: "Yun Zhifeng, jangan-jangan kau..."
Yun Zhifeng langsung mengangguk sebelum dia selesai bicara, suaranya tetap tenang: "Murid perempuan Sekte Persatuan Harmonis bernama Jiang itu punya taktik aneh. Khawatir kau tidak bisa menanganinya, jadi aku berjaga di sini."
Song Nanshi: "......"
Dia berkata dengan halus: “Tidak sampai segitunya.”
Apakah gadis kecil itu tidak mungkin sampai benar-benar memanjat jendela tengah malam?
Begitu kata-kata itu terdengar, Zhu Xiu menyembulkan kepala dari jendela sisi lain sambil mengangguk terus: “Sampai-sampai, sampai-sampai.”
Saat Song Nanshi menoleh, dia langsung bersemangat: “Tadi malam gadis Jiang Heng sudah datang sekali, untung ada Saudara Yun yang berjaga.”
Song Nanshi kaget sampai merinding: “Dia benar-benar datang?”
Zhu Xiu mengangguk terus.
Song Nanshi: “……” Kukira kau bercanda, kau malah serius.
Baru sekarang dia merasakan perasaan krisis bahwa dirinya mungkin benar-benar akan didatangi orang di ranjang.
Dia berkata sulit diungkapkan: “Gadis Jiang Heng itu...”
Zhu Xiu memperagakan dengan gerakan hidup: “Dipental oleh Saudara Yun dengan satu pedang.”
Song Nanshi lega.
Yun Zhifeng baru berkata: “Selama di Kota Haiyi ini, aku akan menjadi penjagamu.”
Song Nanshi khawatir: "Kau juga tidak bisa tidak tidur sepanjang malam. Satu dua malam masih bisa, kalau lama-lama kau pasti tidak tahan."
Yun Zhifeng: "Kultivasiku lebih tinggi, bisa bertahan."
Song Nanshi berpikir sejenak, lalu menemukan solusi sempurna untuk kedua pihak, berkata: "Begini saja, nanti aku dan kakak senior akan menggambar formasi perlindungan di luar kamarku. Dengan begitu dia tidak bisa masuk, dan kau tidak perlu repot."
Yun Zhifeng merenung sejenak, lalu berkata: "Formasi memang formasi, tapi aku tetap harus berjaga."
Song Nanshi bingung: "Mengapa?"
Yun Zhifeng berkata serius: "Karena formasi hanya bisa menghentikannya saat dia datang."
Song Nanshi masih ragu, bukankah menghentikan saja sudah cukup?
Yun Zhifeng: "Tapi setiap dia datang, aku ingin menghajarnya sekali."
Song Nanshi: "......"
Ia menarik napas dalam-dalam: "Kau benar-benar ingin berjaga?"
Yun Zhifeng: "Harus berjaga."
Song Nanshi: "...Kalau mau menghajar, ingat dia perempuan. Kendalikan kekuatanmu."
Mendengar ini, Yun Zhifeng langsung memandanginya dengan tatapan panjang.
Song Nanshi merasa bersalah tanpa alasan saat dipandanginya, bertanya dengan tidak nyaman: "Lihat aku kenapa?"
Yun Zhifeng diam sejenak, lalu berkata dengan nada menusuk: "Dia hampir memanjat jendelamu, tapi kau masih membelanya."
Song Nanshi merasa ada yang salah dengan perkataan ini, refleks menjelaskan: "Aku tidak membelanya. Bagaimanapun dia masih muda, kita tinggal di rumah kakak senior, lagipula dia belum benar-benar berbuat..."
Yun Zhifeng memotong: "Kau mau menunggu sampai dia benar-benar berbuat sesuatu?"
Song Nanshi membantah: "Bukan itu maksudku..."
Penjelasannya terdengar pucat tak berdaya.
Yun Zhifeng menyeringai: "Hah."
Dengan ekspresi datar, dia berbalik badan. "Aku akan ganti baju."
Tanpa ragu sedikitpun, pria itu langsung bergegas pergi.
Song Nanshi menatap tajam punggungnya.
Pintu kamarnya tertutup dengan keras. "Brak!"
Perempuan itu masih terus melototi pintu kayu.
Tiba-tiba dia menoleh ke Zhuxiu, berlagak garang: "Apa salah ucapanku? Dia benar-benar membuat keributan!"
Zhuxiu memanggil: "Adik ketiga."
Song Nanshi menengok: "Hah?"
Zhuxiu mengingatkan dengan panjang: "Keluarga itu berjaga semalaman di luar untukmu? Kalau bukan dia, kau sudah didaki gadis kecil itu ke ranjang tengah malam."
Song Nanshi: “……”
Mulai merasa bersalah.
Suaranya tak lagi lantang, berbisik-bisik: "Aku juga tak berkata apa-apa. Saat dia bilang akan menghajar orang, kubiar saja. Cuma mengingatkan agar tak kehilangan seni..."
Zhuxiu kembali menghela napas panjang.
Song Nanshi merinding dalam hati oleh desahannya, bertanya: "Kakak Senior, katakanlah apa yang ingin kau sampaikan!"
Zhuxiu berkata sambil tsk-tsk: "Tak ada yang spesial. Melihatmu sekarang, tiba-tiba teringat pria brengsek yang berselingkuh sambil beralasan 'dia cuma adik'."
Usai bicara dia menambahkan: "Oh, ini cuma omongan sembarang, Adik. Jangan berprasangka."
Song Nanshi: “……”
Tanpa kalimat terakhir itu, mungkin dia tak akan curiga. Tapi setelah kau mengatakannya, bahkan jika tak ingin berpikir lebih, tetap harus melakukannya.
Rasa bersalah yang sudah menggelegak di hatinya semakin menjadi-jadi.
Pada saat itu, dari belakang terdengar tawa keras Liu Lao Tou yang penuh semangat.
Song Nanshi memutar kepala dan melihat senior utamanya serta Adik Senior menyembul dari jendela, asyik menonton ke arahnya.
Song Nanshi wajahnya menghitam, bersuara keras: "Semua cepat bangun! Bekerja sekarang!"
Para hadirin melihat Song Nanshi benar-benar marah, buru-buru menutup jendela. Jiang Ji masih berkata: "Kami tidak mendengar apa-apa!"
Sangat terlihat seperti menutupi mata dengan daun pisang.
Sebelum menutup jendela, mereka juga membawa pergi Liu Lao Tou.
Song Nanshi berdiri di halaman yang kosong melompong, melototi sekeliling.
Kemudian pandangannya tanpa sadar tertuju ke pintu kamar Yun Zhifeng.
Tak ada suara.
Song Nanshi kembali merasa bersalah, berpikir apakah harus mengakui kesalahan.
Tiba-tiba ia tersadar, ini tidak benar!
Hubungannya dengan Yun Zhifeng benar-benar bersih tanpa noda. Omongan Zhu Xiu tentang perselingkuhan pria brengsek, untuk apa dirinya ikut terseret?
Dengan pikiran itu, ia kembali ke kamarnya dengan alasan yang sah.
Kemudian mulai gelisah.
Ini... Dia memang bermaksud baik.
Dia bahkan berjaga di luar semalaman.
Sekalipun teman, wajar untuk minta maaf setelah bertengkar kan?
Benar! Begitulah!
Song Nanshi berhasil membujuk dirinya sendiri.
Hanya sekadar minta maaf ke teman.
Dia bukan tipe yang gengsi sampai tak mau mengalah. Jika ucapannya telah membuat tak nyaman, harusnya berdiskusi baik-baik.
Song Nanshi bangkit ingin menuju kamar Yun Zhifeng.
Namun saat membuka pintu, Yun Zhifeng ternyata sedang berdiri di luar dengan tangan terangkat seperti hendak mengetuk.
Keduanya tak sengaja bertemu, saling pandang bingung.
Serentak mereka bicara.
Song Nanshi: "Kau..."
Yun Zhifeng: "Aku..."
Setelah jeda sejenak.
Song Nanshi: "Kau duluan."
Yun Zhifeng: "Kau saja."
Saling tatap dengan mata besar dan kecil berlama-lama.
Song Nanshi tiba-tiba merasa adegan ini lucu, tak tahan langsung tertawa.
Yun Zhifeng menatapnya beberapa saat, akhirnya ikut tersenyum.
Kedua orang itu saling tertawa-tawa bodoh, sampai sementara waktu melupakan sifat buruk yang baru saja mereka perlihatkan.
Kemudian Yun Zhifeng yang pertama bicara: "Song Nanshi, tadi aku bereaksi berlebihan. Apa yang kau katakan sebenarnya tidak salah."
Song Nanshi juga merasa apa yang ingin diucapkannya tidak sesulit itu, tersenyum: "Hanya cara penyampaianku yang kurang tepat."
Yun Zhifeng bertanya dengan hati-hati: "Kalau begitu... kita sudah berbaikan?"
Song Nanshi tertawa: "Apakah ini bisa disebut bertengkar?"
Yun Zhifeng pun merasa lega, dan ikut tersenyum.
Seperempat jam kemudian, ketika Liu Lao Tou mendesak Jiang Ji yang baru selesai mandi untuk pergi melihat keributan Song Nanshi, mereka justru menemukan kedua orang itu sedang asyik mengobrol di halaman, bahkan berdiskusi tentang delegasi yang mereka terima - sama sekali tidak terlihat bekas pertengkaran tadi.
Liu Lao Tou terbelalak.
Refleksnya bertanya: "Bukannya kalian tadi bertengkar?"
Yun Zhifeng pura-pura tuli, Song Nanshi berpura tak mendengar.
Ia langsung berdiri dan berkata: "Aku akan menemui gadis Jiang Yuan dulu untuk memberitahunya, kalian juga cepat bersiap. Setelah selesai mandi, kita pergi melihat-lihat dulu."
Sambil berkata demikian, ia mengantar Yun Zhifeng keluar.
Liu Lao Tou semakin terbelalak.
Ini sudah berbaikan?
Seketika wajahnya memerah, melompat-lompat marah: "Yun Zhifeng! Hanya segini keberanianmu? Kau berani marah tapi tidak sanggup mengabaikannya selama dua hari? Dua jam pun tidak bisa! Tidak takut status suami jadi diremehkan nanti?!"
Keduanya tidak menoleh, hanya Zhu Xiu yang mengawasi melalui jendela, memperlihatkan senyum lembut ala bibi.
……
Setengah jam kemudian, sekelompok orang kembali berkumpul di ruang tengah.
Jiang Yuan juga hadir.
Song Nanshi semalam merenungkan hal yang dipercayakan Jiang Yuan hingga tengah malam. Kini bertemu dengannya lagi, ia sudah sangat jelas apa yang harus dilakukan.
Langsung ia bertanya: "Kau tahu lokasi perjanjian duel mereka?"
Jiang Yuan langsung menggelengkan kepala: "Kalau aku tahu, pasti sudah kuselidiki sendiri. Mereka sudah terbiasa bertengkar, sekali dua kali aku masih memperhatikan, tapi setelah lama-kelamaan aku tidak peduli lagi. Siapa sangka kali ini malah terjadi masalah."
Song Nanshi: "Artinya, kau tidak tahu di mana lokasi terakhir mereka sebelum hilang?"
Jiang Yuan: "Benar."
Song Nanshi merenung sejenak, lalu bertanya lagi: "Tapi sebelumnya mereka selalu membantu di kediaman Pemimpin Sekte?"
Jiang Yuan: "Ya."
Song Nanshi: "Sudah berapa lama?"
Jiang Yuan menghitung sebentar, menjawab: "Kira-kira sebulan. Sebulan yang lalu Nyonya Pemimpin Sekte meminta para sesepuh menyetujui pengangkatan Pemimpin Muda. Seharusnya persiapan upacara penobatan memakan waktu tiga tahun, tapi Nyonya khawatir terjadi perubahan tak terduga jika ditunda. Akhirnya persiapan dipercepat. Karena terburu-buru dan kekurangan tenaga, shixiong dan adik seperguruanku ikut membantu. Selama sebulan ini selain berlatih, mereka sibuk di kediaman Pemimpin Sekte, bahkan jarang pulang ke sekte."
Song Nanshi tenggelam dalam pikiran: "Kalau mereka tiba-tiba hilang, pasti Nyonya Pemimpin Sekte akan menyadari kekurangan dua tenaga. Mengapa kau tidak meminta bantuannya?"
Jiang Yan tertawa getir: "Dia pasti tahu, tapi dia terlalu sibuk mengurus masalah Penerus Kecil. Mereka baru hilang tiga hari saja, siapa sangka bisa terjadi masalah di wilayah sekte sendiri? Tentu dia tidak akan serius mempertimbangkannya."
"Tapi aku berbeda." Sorot matanya gelap, tanpa tedeng aling-aling: "Aku pernah melakukan dual cultivation dengan mereka. Indra keenamku merasakan mereka pasti dalam kesulitan."
Song Nanshi diam, masih tenggelam dalam pikirannya.
Tiba-tiba dia langsung memotong: "Kami ingin masuk ke kediaman Pemimpin Sekte."
Jiang Yan mengerutkan alis: "Masuk ke kediaman Pemimpin?"
Song Nanshi menjelaskan: "Ramalanku saat ini hanya bisa memberitahu mereka masih hidup. Untuk menemukan petunjuk, kita harus ke tempat terakhir mereka sebelum hilang."
Jiang Yan masih mengerutkan alis: "Alasannya aku mengerti, tapi..."
Berhenti sejenak, berkata: "Nyonya Pemimpin Sekte sejak Pemimpin tewas mulai mencurigai segala sesuatu, khawatir ada yang ingin Menyakiti dirinya. Kediaman Pemimpin dijaga sangat ketat, orang luar sama sekali dilarang masuk-keluar. Baru setelah sebulan ini Calon Pemimpin baru bersiap naik takhta, dia mengizinkan orang masuk untuk membantu. Tapi kecuali para penolong, yang lain tetap dilarang masuk. Saat ini aku tidak ada cara lain untuk mengantar kalian masuk."
Song Nanshi mengangkat tangan: "Kami bahkan tidak tahu seperti apa rupanya Nyonya Pemimpin Sekte. Ini hanya bisa kau yang cari cara."
Jiang Yuan mendengarkan, menggeretakkan gigi, lalu berkata: "Kalau begitu aku akan pergi mencari cara!"
Karena dia sibuk, Song Nanshi juga tidak mau menganggur. Setelah Jiang Yuan Pergi, dia langsung memotong: "Aku akan mencari apakah Kakek Lao Shi ada di sini. Siapa yang mau ikut?"
Para hadirin serentak menyahut.
Song Nanshi segera mengambil kesempatan mengantar sekelompok orang keluar rumah untuk mencari.
Kali ini mereka belajar menjadi anak baik. Untuk menghindari lagi ditarik orang di jalan raya ditanya mau tidak dual cultivation, masing-masing menyamarkan aura-nya dengan baik, khawatir terlihat tingkat Kultivasinya.
Yun Zhifeng bertanya padanya: "Kau mau mencari bagaimana caranya? Kota Haiyi tidak besar, tapi juga tak kecil, mencari seseorang tentu tak mudah."
Song Nanshi menjawab: "Mencari orang lain mungkin sulit, tapi mencari Lao Shi lebih mudah."
Sebelum Yun Zhifeng paham mengapa Lao Shi lebih mudah dicari, Song Nanshi sudah mendekati ibu penjual sayur di pinggir jalan: "Ibu, boleh tanya tentang seseorang?"
Segenggam serpihan perak disodorkan.
Ibu yang awalnya malas-malasan itu langsung bersemangat: "Siapa? Tanyakan saja! Tak ada orang di Haiyi yang tak kukenal!"
Yun Zhifeng yang belum pernah menyaksikan kefasihan informasi ibu-ibu yang telah tinggal setengah abad ini masih setengah percaya.
Song Nanshi sudah melanjutkan: "Apa ibu tahu ada kakek tua yang biasanya tak tinggal di sini, hanya pulang setahun sekali untuk ziarah kubur?"
Ibu itu mengernyit: "Yang tak tinggal di sini cuma pulang untuk ritual? Banyak! Kakek Li di utara, Kakek Zhang di selatan, yang mana yang kau cari?"
Song Nanshi menambahkan informasi: "Dia sekaligus kembali harus memberi persembahan di tiga belas makam!"
Begitu informasi krusial ini diungkapkan, sang ibu langsung terkagum dan tanpa ragu berkata: "Oh, kalian maksud Xiao Laotou itu! Tuan Cultivator kan? Aku sangat mengenalnya! Waktu aku kecil dia sudah tua, setiap tahun datang memberi persembahan di makam. Kini dia tetap terlihat sama persis seperti dulu!"
Sambil menunjuk ke arah utara, dia menerangkan: "Lihat gunung di sebelah sana? Tiga belas makam terkubur di lerengnya. Xiao Laotou tinggal di kaki bukit itu. Setiap tahun hanya keluar untuk ritual makam, entah sekarang masih ada atau sudah pergi."
Song Nanshi langsung berseri-seri: "Terima kasih!"
Kemudian memutar kepala menatap para hadirin yang tertegun: "Ayo, kalian masih bengong untuk apa?"
Yun Zhifeng mengikuti dengan wajah penuh keterkejutan: "Mereka bisa mengetahui detail sedemikian rupa?"
Song Nanshi tersenyum: "Mencari kabar seperti ini, lebih baik tanya pada manusia biasa yang sudah tinggal setengah abad di sini. Akar kehidupan mereka di sini, sebagian bahkan tak pernah keluar kota seumur hidup. Mereka tahu persis siapa yang punya cucu baru, siapa yang mencuri ayam tetangga, apalagi si kakek aneh Guru Shi itu."
Ini disebut Kantor Intelijen Desa Enam.
Para anggota tercengang, mengikuti arah yang ditunjuk sang ibu, dan segera tiba di gunung itu.
Song Nanshi pertama kali melihat pelataran kecil di kaki gunung. Disebut pelataran, sebenarnya hanya dua gubuk jerami yang dikelilingi pagar bambu, rapuh yang mengkhawatirkan.
Song Nanshi masuk memeriksa. Tak ada seorang pun di dalam, bahkan jejak hunian. Hanya selembar uang kertas sembahyang kekuningan tertindih di meja, membuktikan pernah ada orang di sini.
Tapi si kakek itu jarang keluar. Kalau sekarang tidak di tempat tinggal, mungkinkah ada di gunung?
Ia mengangkat pandangan: "Naik gunung."
Mereka saling memandang, lalu mengikuti.
Saat mendaki gunung tak ada yang berbicara, karena wajah Song Nanshi terlihat muram.
Setelah mencapai lereng gunung, mereka melihat tiga belas kuburan yang disebut Song Nanshi.
Sejujurnya, sangat menakjubkan.
Tiga belas kuburan berjejer rapi, bahkan cultivator yang biasa melihat kehidupan dan kematian pun tak bisa menahan kekaguman.
Tapi wajah Song Nanshi semakin muram.
Ia melirik sekeliling dan berkata, "Lao Shi tidak ketemu di sini."
Jiang Ji berspekulasi, "Mungkin dia sekarang di kota? Rumah jerami itu sudah tidak layak huni. Mungkin dia menginap di kota, kebetulan kita melewatkannya."
Song Nanshi langsung memotong, "Tidak mungkin. Kecuali mau mati, dia takkan kabur ke tempat ramai."
Bertahun-tahun ini, dia tahu betul tabiat Lao Shi.
Orang ini sangat terisolasi, belasan tahun tinggal di puncak gunungnya sendiri dan jarang turun. Tapi keterpencilannya berbeda dengan Adik Senior. Adik Senior itu fobia sosial, sedangkan dia langsung mencuekin orang lain yang berisik. Tempat ramai sebisa mungkin dihindari. Song Nanshi bahkan berani memastikan, meski gubuk jeraminya ambruk, lebih baik dia tinggal di gua sebagai manusia liar daripada pergi ke kota.
Tapi sekarang dia tidak ada di gubuk jerami, juga tidak di gunung.
Dia bahkan tidak akan menduga bahwa mungkin kakek itu sedang berburu atau jalan-jalan di sekitar sehingga mereka saling meleset.
Karena persepsi spiritual sang kakek sangat tajam. Jika dia berada di daerah ini, pasti akan langsung muncul begitu mereka tiba.
Tapi dia tidak muncul.
Song Nanshi mengeluarkan papan takdir dengan wajah muram, mulai meramal keberadaan Lao Shi.
Lao Shi memiliki kultivasi jauh lebih tinggi. Song Nanshi yang memaksakan diri merasakan kesulitan melangkah, dada terasa sesak oleh pergolakan energi.
Tapi dia tidak peduli, terus meramal dengan teliti langkah demi langkah.
Lalu dia menemukan, sama seperti kemarin, di tengah perhitungannya, tiba-tiba terpental oleh sesuatu.
Tenggorokan Song Nanshi terasa manis, saat membuka mulut langsung memuntahkan darah. Ini adalah efek samping dari memaksakan diri meramal kultivasi seseorang yang jauh lebih tinggi. Song Nanshi tak mempedulikannya, sekadar membersihkan sudut mulut lalu melanjutkan perhitungan.
Seketika suasana sekitar menjadi sunyi senyap. Para hadirin terpaku melihat darah itu sampai tak bereaksi.
Yun Zhifeng tiba-tiba menggenggam pergelangan tangannya, kaget dan marah: "Song Nanshi!"
Gerakan Song Nanshi berhenti sejenak, wajahnya menengadah.
Raut wajahnya masih terlihat tenang.
Tapi saat membuka mulut berkata: "Yun Zhifeng, Lao Shi hilang."
Berhenti sejenak: "Sama seperti dua saudara seperguruan Jiang Yuan."
Kemarin saat meramal saudara seperguruan Jiang Yuan, ramalannya juga sama.
Lao Shi mengalami hal yang sama dengan kedua saudara seperguruan itu.
Tapi Song Nanshi tak mengerti, kejadian seperti apa yang bisa membuat seseorang berkultivasi setinggi Lao Shi lenyap tanpa kabar?
Dia melihat Yun Zhifeng yang masih terpaku, langsung berkata: “Aku akan meramal sekali lagi, aku ingin mengetahui hidup dan matinya.”
Yun Zhifeng berhenti sejenak, perlahan melepaskan genggamannya.
Song Nanshi langsung memulai ritual ramalan.
Kali ini dia hanya merasakan nyeri dada, tetapi reaksinya jauh lebih baik.
Ramalan selesai, dia batuk dua kali, wajahnya cerah: “Masih hidup.”
Baru pada saat ini orang lain mulai bereaksi.
Jiang Ji terkejut: “Sesepuh Shi hilang?”
Zhu Xiu memandang Song Nanshi dengan khawatir: “Adik Senior, kau…”
Song Nanshi mengangkat tangannya: “Aku tidak apa-apa.”
Dalam keheningan bagai kuburan, dia mengangkat pandangan melihat sekeliling, berkata: “Kita turun gunung.”
Yu Jiaojiao berkata pelan: “Sesepuh Shi hilang, apa kita tidak Lihat lagi tempat ini?”
Song Nanshi langsung menggelengkan kepala: "Di sini tidak terlihat apa-apa. Jika dia menghilang di tempat ini, dengan kemampuannya, bahkan makhluk sakti yang hendak terbang ke surga pun takkan meninggalkan jejak. Aku curiga dia seperti saudara seperguruan Jiang Yuan yang pergi karena suatu hal, lalu menghilang di tempat lain."
Ia menarik napas dalam-dalam: "Tempat Lao Shi ini jarang ada orang. Daripada berdebat mencari petunjuk tentang Lao Shi di sini, lebih baik kita langsung kembali mencari saudara seperguruan Jiang Yuan. Cara menghilang mereka terlalu mirip, aku yakin ini kasus hilang bersama."
Tapi sambil berkata begitu, ia tetap memeriksa tempat ini dengan detail, memastikan tak ada apapun kecuali segenggam abu yang entah kapan terbakar, baru akhirnya turun gunung dengan enggan.
Sepanjang proses tak ada yang berani bersuara, meski Song Nanshi terlihat tenang.
Saat turun gunung, Song Nanshi melangkah cepat. Yun Zhifeng mengamatinya, tiba-tiba maju dan menggenggam tangannya.
Song Nanshi berhenti sejenak.
Yun Zhifeng berkata dengan tenang: "Kalau takut, jangan terlalu memaksakan diri."
Song Nanshi: "Aku tidak takut. Sekarang bukan waktunya untuk takut. Aku harus mencari orang dulu."
Yun Zhifeng menghela napas: "Di hadapanku, di hadapan kita semua, buat apa kau berpura-pura kuat?"
Song Nanshi diam seribu bahasa.
Di telapak tangannya, telapak tangannya terasa dingin, sekarang masih bergetar.
Dia ingin meraih erat tangan itu, tapi tak berani.
Setelah ragu sebentar, dia menepuk-nepuk bahunya.
Tiba-tiba dia menyadari Song Nanshi yang sejak tadi diam membeku itu menggigil, lalu perlahan namun erat meraih tangannya.
Agak sakit, tapi Yun Zhifeng tidak bergerak.
Sesaat kemudian, terdengar suara sangar Song Nanshi.
"Siapa yang berani menyentuh Kakek Lao Shi, akan kuhabisi mereka dengan seribu tusukan!"
Ganas, tapi masih bergetar.
Kali ini Yun Zhifeng tidak ragu. Dipeluknya perlahan sambil menepuk-nepuk punggung gadis itu: "Baik, seribu tusukan."
“Aku akan bersama-sama denganmu menghukum mereka dengan seribu tusukan.”
Dia memeluknya dengan sorot mata menusuk, namun suaranya terdengar sangat lembut.
……
Setelah 2 jam, mereka baru kembali ke halaman Jiang Yan.
Jiang Yan sudah kembali. Saat hendak berkata melihat kedatangan mereka, raut wajahnya langsung berubah curiga. Dengan ragu ia bertanya: "Ada apa dengan kalian?"
Song Nanshi berkata dengan tenang: "Tidak masalah. Bagaimana hasil penjelajahanmu?"
Jiang Yan terdiam sejenak, lalu berkata: "Aku punya metodologi untuk masuk ke kediaman Pemimpin, hanya saja... agak kurang terhormat."
Song Nanshi langsung memotong: "Terhormat atau tidak bukan masalah! Langsung saja jelaskan! Selama bisa masuk, kami tidak akan menolak sepatah kata pun."
Jiang Yan langsung merasa bangga, dalam hati memuji betapa profesionalnya mereka.
Dia yang tadinya masih ragu-ragu, kini tidak lagi bertele-tele dan langsung berkata: "Kediaman Pemimpin Sekte sedang membuka lowongan untuk orang yang bisa menghibur Nyonya Pemimpin, sekaligus membutuhkan tukang sapu di halaman luar dan petugas pengangkut tinja malam. Ketiga posisi ini bisa dimasuki sekarang. Kalian bisa mencoba peruntungan di sini, tapi... saya ingatkan dulu, Nyonya Pemimpin ahli dalam qin, catur, kaligrafi, dan lukisan. Yang bisa menghiburnya harus punya keahlian khusus. Ini agak sulit, saya sarankan fokus ke posisi tukang sapu atau pengangkut tinja."
Para hadirin: “……”
Song Nanshi: “……”
Song Nanshi sudah lupa dengan Kakek Shi. Persahabatan mereka terasa seperti tinggal seujung kuku ini. Otaknya dipenuhi bayangan pekerjaan pengangkutan tinja.
Setelah diam sejenak, ia berkata tenang: "Aku pernah belajar teknik cultivator musik, cukup mahir memainkan qin."
Yang lain buru-buru menyusul.
Yun Zhifeng: "Kemampuan melukisku masih bisa diandalkan."
Jiang Ji: "Ilmu pedangku nomor satu!"
Zhu Xiu: "Strategi caturnya tak tertandingi!"
Akhirnya tersisa Yu Jiaojiao yang panik melihat ke sana-sini: "Aku... aku bisa atraksi menghancurkan batu di dada!"
Para hadirin: "......"
