Song Nanshi memang tidak berhasil memperoleh tumpukan Lingshi dalam ilusi itu.
Ia sama sekali tak mendengar jeritan kesakitan "Yun Zhifeng" dan "Lao Shi" di belakangnya, dengan ekspresi datar berjalan menuju tumpukan Lingshi itu, mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Tepat saat jemarinya hampir menyentuh Lingshi, pemandangan di depan mata lenyap bagai ilusi seperti bunga dalam cermin/bulan di air.
Song Nanshi berdiri tegak dengan wajah tanpa ekspresi, bergumam: "Pelit."
Kemudian ia menoleh sambil memeriksa sekeliling.
Sekitarnya berubah menjadi berbagai jalan: ada jalan tanah, jalan batu, ada yang dipenuhi duri, ada yang dihiasi bahan batu berkualitas tinggi.
Semua jalan ini menyatu di bawah kaki Song Nanshi, menantikan pilihannya.
Song Nanshi melirik ke kiri-kanan, dengan hati-hati memilih jalan yang terbuat dari pualam putih yang tampak termewah.
Tanpa ragu ia melangkahkan kaki ke atasnya.
Begitu menginjak jalan tersebut, pemandangan di depannya pun kembali berubah.
Dia melihat dirinya berjalan di dalam istana megah, permata bertebaran di tepi jalan menunggu untuk dipungut, pemandangan penuh bunga-bunga bermekaran yang dengan mudah diraih.
Setiap langkahnya, yang terbayang hanyalah jabatan dan kekayaan, kesuksesan dan ketenaran yang berkaitan dengan dirinya.
Seolah-olah jika dia berhenti sebentar dan mengulurkan tangan sedikit, semua ini akan menjadi miliknya.
Bagi orang yang serakah dan mencintai harta, tempat ini bagaikan surga.
Song Nanshi justru berjalan cepat tanpa mempedulikannya, tak sedetik pun berhenti.
Saat mencapai ujung jalan, samar-samar dia mendengar suara berkata: "Tidak mungkin! Bukankah kau cinta uang? Mengapa kau tidak berhenti!"
Song Nanshi memandang garis finis yang tinggal selangkah lagi, lalu menjawab tulus: "Kira-kira karena cinta."
Suara itu: "..."
"Bahkan saat kekasihmu ditangkap kau tetap memilih uang tanpa ragu, sekarang kau bicara tentang cinta? Sialan!
Kau gila kah?"
Song Nanshi berbisik sinis, sambil kakinya melangkah menyelesaikan satu langkah terakhir itu, dengan santai berkata: "Kurasa karena selama hidup ini, semua orang dan hal yang kujumpai—kecuali si bodoh itu—tidak ada yang bisa kudapatkan hanya dengan mengulurkan tangan."
Ruang ilusi yang tiba-tiba disuapi kemesraan: "……"
Song Nanshi menginjakkan kaki keluar dari jalan yang dipilihnya.
Tiba-tiba ia bertabrakan dengan Yun Zhifeng.
Baru saja pamer di ruang rahasia yang sepertinya punya persepsi spiritual, Song Nanshi merasa logikanya masih sangat emosional. Melihat ini, ia langsung memanggil penuh perasaan: "Feng'er~"
Tapi yang terlihat justru seluruh tubuh Yun Zhifeng bergetar, waspada menjauh darinya.
Song Nanshi yang dicuekin: "……"
Sesaat kemudian, ia mendengar Yun Zhifeng bertanya dengan kewaspadaan: "Apa, kau juga mau memberiku biaya putus?"
Biaya putus apa?
Song Nanshi belum sempat berpikir langsung melontarkan: "Apa otakmu tidak bermasalah? Uangku terlalu banyak sampai mau dibakar? Masih mau kuberi biaya putus?"
Yang terpenting dengan "Keberuntungan Membawa Istri" ini, hal apa yang harus dilakukannya sampai dia harus putus dengannya?
Dia memandang Yun Zhifeng dengan tatapan bingung.
Yun Zhifeng yang dimarahi malah terlihat lega, baru berkata: "Song Nanshi? Ternyata kali ini bukan yang palsu!"
Baiklah, rupanya dia juga melihat "Song Nanshi" palsu, masih bisa dimaklumi.
Tapi kok sampai muncul ide biaya putus...
Song Nanshi diam sejenak, enggan menanyakannya lebih detail.
Langsung saja dia mendekat dan mengulurkan tangannya.
Yun Zhifeng terkejut, lalu dengan perasaan tersanjung menyerahkan tangannya, ingin menggenggam tangan perempuan itu.
Song Nanshi mengernyitkan alis, menepuk punggung tangan pria itu: "Mikir apa sih? Berikan pedang bekasmu yang tidak terpakai!"
Yun Zhifeng: "..."
Dia batuk seolah tak terjadi apa-apa, menarik kembali tangannya dan mengeluarkan pedang tua.
Baru kemudian dia bertanya: "Untuk apa kau minta pedang?"
Song Nanshi memegang pedang sambil menatap jalan lain yang dipenuhi duri, suaranya tenang: "Ayo kita selamatkan Lao Shi."
Di tangan kanannya pedang, tangan kirinya memegang papan takdir dengan jarum penunjuk yang mantap mengarah ke jalan itu.
Tanpa bicara lagi, dia melangkah cepat dan menyabetkan pedang ke semak duri yang hampir tak bisa dilewati.
Yun Zhifeng tersadar, segera menyusul.
Mereka terus memotong duri sambil berjalan. Tak tahu berapa lama, saat melewati area dengan duri paling lebat, Song Nanshi hendak melanjutkan langkah tiba-tiba melihat di ujung jalan, Lao Shi terikat tangan-kaki oleh duri dalam posisi meringkuk tergeletak.
Song Nanshi terkejut, hatinya seperti diikat duri yang menusuk dengan keras.
Dengan kaki tangan lunglai, ia berjalan mendekat. Tangannya mengangkat dan memeriksa nafasnya, baru kemudian merasa tenang. Pedang pun diayunkan keras-keras ke arah duri-duri itu.
Duri-duri tetap tak bergeming. Song Nanshi hendak bertindak lagi, tapi Yun Zhifeng langsung memotong: "Biarkan aku!"
Pedangnya menyambar. Melihat itu, Song Nanshi memanggil lembut di sampingnya.
"Kakek? Kakek? Shi Wo? Lao Shi?"
Entah panggilan mana yang berhasil membangunkannya, tubuh kakek tua itu menggigil. Perlahan matanya terbuka.
Bersamaan dengan itu, Yun Zhifeng telah memotong duri yang membelenggu tangan-kakinya.
Raut wajahnya menyembulkan kebingungan, seolah belum sepenuhnya sadar.
Baru kini Song Nanshi menyadari: Dari penampilannya, ia memang sudah sangat tua.
Suara serak bertanya: "Aku tidak mati?"
Song Nanshi sambil menopangnya bercanda: "Belum. Tapi kalau tak segera bangun, tubuhku yang akan remuk tertindih."
Lao Shi tersadar, menatapnya sambil melototi, kaki dan tangannya masih cukup stabil mengikuti sanggaannya untuk berdiri, membuktikan posturnya yang sangat ringkas dan lincah.
Song Nanshi tidak bisa menahan senyum.
Yun Zhifeng berkata, "Senior, biar saya gendong."
Lao Shi langsung mengayunkan tangannya, "Tidak perlu, kaki saya masih kuat. Nanti malah bikin orang lain tenggelam."
Nada sinisnya kental.
Song Nanshi yang mendengar langsung tertawa terbahak-bahak.
Ia bertepuk tangan, "Sudah, mari kita keluar. Barusan saya perhatikan, jalan-jalan ini juga berbentuk formasi Bagua. Intinya sama saja, temukan pintu kehidupan maka kita bisa keluar."
Yun Zhifeng refleks menjawab, "Baik."
Tiba-tiba ia berhenti, mengerutkan alis. "Apa kita melupakan sesuatu?"
Song Nanshi bingung, "Lupa apa? Kau, aku, Lao Shi, bukankah semua ada di sini?"
Begitu kata-kata itu terdengar, bayangan aneh berwujud non-manusia berteriak sambil berlari kencang ke arah mereka. Postur makhluk itu tampak sangat besar dan tidak wajar.
Song Nanshi kaget mengira itu monster, tapi saat memicingkan mata - sosok itu sudah berada di hadapannya. Perlahan seluruh wujud makhluk itu terungkap.
...Tiba-tiba mereka melihat dua saudara seperguruan Jiang Yan menggendong Kak Keledai sambil berlari panik dengan mata terpejam.
Keduanya plus keledai itu menutup mata rapat-rapat. Suara Fuzhu yang merdu berubah jadi ringkikan kuda parau, diselingi teriakan "Aaaa" histeris dari dua orang bodoh - membentuk simfoni suara yang menusuk telinga.
Dengan pose konyol itu, trio manusia-keledai berlari melewati kerumunan orang sambil menyemburkan debu ke mana-mana.
Para hadirin; "......"
Song Nanshi bergumam pelan: "Baik, sekarang aku ingat apa yang kita lupa."
Dia baru sadar telah meninggalkan puluhan ribu Lingshi-nya plus seekor keturunan dewa yang tadinya mau dinikmati secara gratis.
Saat itu, Yun Zhifeng dan sesepuh Shi masih tertegun, wajah mereka dipenuhi keterkejutan yang luar biasa.
Song Nanshi tersadar, langsung berteriak: "Buat apa bengong saja di sini!"
"Kejar mereka!"
……
Puncak Utama Sekte Persatuan Harmonis.
Jiang Ji dan rombongan terlihat linglung saat para anggota Aliansi Immortal dengan ramah menarik mereka, langsung menyodorkan tiga plakat nama, lalu mengikutsertakan mereka sebagai bagian dari Aliansi Immortal untuk naik ke gunung.
Jiang Ji tak bisa menahan tanya: "Mengapa Sesepuh mau membantu kami?"
Meski mereka mengenal sesepuh Aliansi Immortal, tapi sesepuh yang menangani kasus Zhongzhou berbeda orang dengan yang ini. Bukankah tidak ada hubungan khusus di antara mereka?
Begitu pertanyaannya meluncur, bawahan kecil di samping sesepuh ceplas-ceplos: "Tentu saja karena uang..."
Ucapan itu belum selesai, sesepuh langsung menampar muridnya hingga terjengkang, lalu mengganti ekspresi menjadi wajah yang ramah dan baik hati, berkata penuh kasih: "Tentu karena moralitas."
Jiang Ji: "?"
Moralitas macam apa yang mereka miliki dengan Aliansi Immortal?
Sebelum sempat bertanya, sesepuh ini sudah berbicara tanpa henti: "Reputasi besar Nona Dewa Song, orang tua ini telah lama mengagumi! Mendengar perbuatan Nona Dewa Song, orang tua ini hanya menyesal tak bisa bertemu langsung, dan kini bertemu dengan rekan seperguruan Nona Dewa Song, tentu harus memberikan bantuan yang luar biasa!"
Murid di sebelahnya memandang Gurunya dengan penuh kekaguman, terkagum-kagum oleh kemampuan mengarang omong kosong yang luar biasa.
Sementara Jiang Ji memikirkannya sekali lagi, merasa ada benarnya namun juga ada yang tidak beres.
Masalah Zhongzhou, karena Song Nanshi yang proaktif menghubungi Aliansi Immortal, mereka memanfaatkan aliansi untuk mengendalikan keluarga bangsawan, dan aliansi memang mendapat keuntungan sejak saat itu. Dari sisi ini, mereka memang memiliki sedikit hubungan baik.
Tapi mengapa tiba-tiba merasa aneh?
Ia melirik ke kiri-kanan, tak kuasa berbisik pelan: "Apa sesepuh itu tahu yang akan kita lakukan?"
Sorot mata sesepuh langsung memancarkan kilatan cerdas.
Namun suaranya justru semakin lembut, tegas dan pasti: "Nona Dewa Song dan semua yang hadir adalah teman Aliansi Immortal kami, apapun yang ingin kalian lakukan, kami pasti akan memberikan bantuan yang luar biasa!"
Murid junior di sampingnya menambahkan dalam hati: Lalu ikut mendapatkan harta karun tak terduga.
Jiang Ji tidak mendengar suara hati murid junior itu, dia sedang menimbang-nimbang dalam hati.
Kemudian dia berpikir, apapun agenda Aliansi Immortal, selama mereka mau membawa mereka ke gunung dan bersedia membantu, itu lebih banyak manfaat daripada kerugian bagi mereka.
Jiang Ji berpikir demikian, tanpa sadar menatap adik-adik seniornya mencari persetujuan.
Yu Jiaojiao masih linglung, tapi Zhu Xiu langsung menangkap poin utamanya: "Kalau begitu kita tak perlu menggali terowongan?"
Jiang Ji: "...Tak perlu."
Dia menoleh, menarik napas dalam-dalam, akhirnya berkata: "Kalau begitu, kali ini terima kasih banyak, Sesepuh!"
Sesepuh: "Sopan-sopan saja."
Perlahan dia menyunggingkan senyum khas si licik tua.
Dua kelompok orang dengan masing-masing punya agenda tersembunyi berjalan menuju kursi tamu. Jiang Ji sambil memperhatikan arah Tuan Shen, bertanya-tanya dalam hati bagaimana cara menemukan posisi yang tepat untuk mengawasinya dari dekat.
Tiba-tiba sesepuh Aliansi Immortal seolah membaca pikirannya, dengan sigap menyerahkan posisi pengamatan terbaik di area tamu kepada ketiganya. Dengan ramah dia berkata: "Silakan duduk di sini."
Jiang Ji: "...Sesepuh terlalu sopan."
Awalnya kami mengira skenario kami adalah mode neraka, tapi ternyata malah berubah menjadi mode penerbangan ke surga secara tak terduga.
Ketiganya duduk di tempat dengan pandangan terbaik, menatap Tuan Shen dengan bingung sambil kepala masih pusing.
Sesepuh Aliansi Immortal lalu duduk di samping mereka, sesekali melirik tajam ke arah Tuan Shen dan kadang juga mengamati ketiganya dengan penuh perhatian.
Jiang Ji menahan dorongan untuk bertanya apa yang mereka lihat, memfokuskan diri kembali pada pengamatan bahan-bahan obat di depan mereka.
Lalu dia menyadari, di samping bahan obat ada dua orang yang mengikuti. Meski wajah mereka asing, tapi...
Sorot mata Jiang Ji berkilat. Dia memutar kepala ingin berbagi penemuannya dengan adik-adik seniornya.
...Lalu berhadapan dengan wajah tua sesepuh Aliansi Immortal.
Dengan sorot mata berbinar dia berkata: "Tuan menemukan sesuatu?"
Jiang Ji: "...Tidak, tidak ada. Sama sekali tidak ada."
Dengan kaku dia memutar kembali kepalanya.
Hingga upacara penobatan dimulai, Jiang Ji dan dua rekannya terus mengawasi Tuan Shen sambil merasa seperti duduk di atas duri akibat diawasi balik.
Saat upacara penobatan resmi dimulai, para sesepuh sekte Persatuan Harmonis memasuki arena.
Mereka melihat Sesepuh Zhou di antara para sesepuh, juga Nyonya Peony yang masuk mengikuti dari belakang.
Para hadirin serentak bersemangat, bahkan tak lagi mempedulikan tingkah aneh Aliansi Immortal.
Kemarin malam, Song Nanshi telah memberi tahu mereka sebelum bertindak: Setelah dikurung dalam artefak magis itu, dengan kewaspadaan Nyonya Peony, dia pasti tidak akan menyimpan artefak tersebut di daerah asing, melainkan akan membawanya ke upacara penobatan.
Artinya, artefak magis yang kini mengurung Song Nanshi dan kawanannya sedang berada di tubuh Nyonya Peony.
Jika Song Nanshi dan yang lain bisa keluar dari ruang pribadi itu sebelum upacara penobatan, mereka pasti akan muncul tiba-tiba di tengah upacara di bawah sorotan semua orang.
Inilah kesempatan emas untuk memaksa Nyonya Peony mengakui perbuatannya yang lalu.
Karena itu Song Nanshi berpesan khusus: Sebelum berhasil membawa bukti keluar, jangan bertindak gegabah.
Jiang Ji dan yang lain tetap tenang, mengawasi Tuan Shen sambil memantau gerak-gerik Nyonya Peony.
Meski mereka stabil, sesepuh Aliansi Immortal dan muridnya justru mulai menunjukkan kegelisahan.
Murid melihat mereka mengganti target, hatinya jadi gelisah. Tak tahan lagi, dia mengirim suara rahasia ke gurunya: "Kenapa aku merasa mereka sekarang sepertinya sudah tidak mengawasi Tuan Shen? Mereka sedang mengincar Nyonya Pemimpin Sekte Persatuan Harmonis yang dulu itu kan?"
Sesepuh Aliansi Immortal memandang upacara penobatan, duduk tegak dengan serius ekspresi sungguh-sungguh. Tapi diam-diam berbisik lewat suara: "Sekte Persatuan Harmonis juga boleh. Meski sekte ini tidak sekaya , tapi tetap termasuk kaya."
Sang murid agak keberatan: "Aku tetap merasa lebih oke."
Sesepuh itu bersikap optimis: "Wawasan harus jangka panjang. Siapa tahu dua-duanya jadi target yang mau mereka hadapi? Kita ambil keduanya!"
Murid terhenyak sejenak oleh "visi jangka panjang" gurunya. Sorot matanya ke arah Tuan Shen dan Nyonya Peony langsung berbinar penuh harapan.
Pada upacara penobatan yang dipenuhi pandangan mengawasi para sesepuh, Nyonya Peony belum merasakan apa-apa, tapi Tuan Shen dan dua "bahan obat" lainnya sudah merasa senyuman di wajah mereka hampir rontok.
Bibir Tuan Shen bergetar, ia berkata pelan: "Apa orang-orang Aliansi Immortal itu gila? Kenapa mereka mengawasiku seperti itu?"
Dua orang yang pernah dibuat kesal secara langsung atau tidak langsung oleh Aliansi Immortal saling memandang.
Saat ini, mereka baru menyadari: mungkin musuh alami mereka bukanlah Song Nanshi, melainkan Aliansi Immortal.
Gui Qing: "Hehe."
Juemingzi tersenyum tipis: "Coba tebak."
Tuan Shen: "......"
Gila! Kalian semua benar-benar sialan!
Waktu berlahan detik demi detik. Jiang Ji dan kawan-kawan merasa seperti duduk di atas duri, Tuan Shen pun sama.
Tak lama kemudian, prosedur separuh pertama upacara penobatan selesai. Seorang sesepuh mengeluarkan Cap Pemimpin, tapi Song Nanshi dan kelompoknya masih belum menunjukkan aktivitas.
Jiang Ji dan yang lain sudah mendapat perintah khusus dari Song Nanshi, masih bisa bertahan. Namun Sesepuh Zhou mulai kehilangan ketenangan.
Karena begitu Pemimpin Sekte Kecil menerima Cap Pemimpin, upacara pengukuhan dianggap sah. Bagian kedua hanya berupa jamuan tamu dan presentasi pemimpin baru yang sudah tak penting.
Di sesi berikutnya, Nyonya Peony bisa meninggalkan tempat bersama para sesepuh penasihat istana yang jarang muncul—hanya hadir dalam upacara—tanpa menimbulkan kecurigaan.
Lagipula dengan cincin dimensi di tangannya, dia pasti akan segera pergi. Jika itu terjadi, kesempatan mereka akan musnah. Jangankan membuat Nyonya Peony mengakui perbuatannya, bahkan keamanan Song Nanshi dan kawan-kawan setelah keluar dari sini pun diragukan.
Sesepuh Zhou dilanda kegelisahan.
Di saat genting ini, sesepuh besar yang paling terhormat dan dihormati dari sekte Persatuan Harmonis telah menyelesaikan pidato sambutannya. "Jun Fushui," katanya, "Silakan terima Cap Pemimpin."
Sesepuh Zhou langsung mengepal tinju dengan erat.
Sorotan semua orang tertuju pada Pemimpin Sekte Kecil.
Pemimpin Sekte Kecil berhenti sejenak, lalu bangkit berdiri dengan wajah pucat.
Tapi para hadirin hanya mengira ini karena usianya yang masih kecil, sedang tegang.
Pemimpin Sekte Kecil melangkah maju dua langkah. Semua orang mengira dia akan menjemput Cap Pemimpin, tapi tiba-tiba dia berhenti. Kemudian membungkuk dalam-dalam kepada Sesepuh Besar, suaranya menggigil namun tegas.
Dia berkata: "Sesepuh besar, Cap Pemimpin ini tidak bisa kuterima."
Seketika, ruangan pun gempar.
Nyonya Peony langsung berdiri: "Fu'er!"
Pemimpin Sekte Kecil tidak menoleh, juga tidak memandangnya.
Sesepuh Besar mengerutkan alis, tetap bertanya lembut: "Mengapa?"
Pemimpin Sekte Kecil menundukkan kepala, berkata jelas: "Karena aku sudah tidak punya hak untuk menerima Cap Pemimpin ini."
Sebelum dia melanjutkan, Nyonya Peony sudah memotongnya dengan suara panik: "Fu'er! Omong kosong apa lagi ini! Cepat terima Cap Pemimpin! Ini upacara penobatan, bukan tempat untuk kenakalanmu!"
Untuk pertama kalinya terdengar suara tegas darinya.
Pemimpin Sekte Kecil akhirnya menoleh, membuka mulutnya, "Ibu, bukankah kita berdua tahu..."
Dia belum selesai bicara, Sesepuh Zhou menghela napas lalu bangkit dan memotong pembicaraannya: "Biarkan aku yang menjelaskan."
Bagaimanapun juga, dia tak ingin Pemimpin Sekte Kecil ini mendapat reputasi memaksa ibu kandungnya sendiri.
Sesepuh besar mengangkat pandangan ke arahnya, "Apa yang terjadi?"
Sesepuh Zhou memberi hormat kepada Sesepuh besar, "Sesepuh besar, Nyonya Peony berkolusi dengan orang luar dan menyakiti murid sekte kami. Mohon Sesepuh besar melakukan penyelidikan menyeluruh!"
Begitu kata-katanya meluncur, seluruh ruangan gempar.
Untuk sesaat, semua orang termasuk Sesepuh besar menatap ke arahnya.
Namun justru di saat ini, Nyonya Peony malah menjadi tenang.
Dengan tenang dia berdiri dan berkata, "Sesepuh Zhou, aku juga menyesali musibah yang menimpa muridmu. Tapi semua hal membutuhkan bukti. Tidak pantas Anda memfitnahku tanpa alasan di kesempatan seperti ini, apalagi menggoda Fu'er hingga melakukan hal seperti ini di upacara suksesi. Apa maksud tersembunyi Anda!"
Satu kalimat ini sekaligus membersihkan namanya sendiri dan memberikan alasan untuk tindakan Pemimpin Sekte Kecil sebelumnya.
Sesepuh Zhou justru mendengus dingin: "Bukti? Kau berani mengeluarkan orang yang masih kau kurung dalam artefak ruangmu itu untuk diperlihatkan pada semua orang?"
Nyonya Peony berkata tenang: "Aku tidak tahu apa-apa tentang artefak ruang..."
Namun begitu kata-katanya terdengar, cincin yang tersembunyi di lengan bajunya tiba-tiba memancarkan cahaya putih menyilaukan. Sesaat kemudian, Yun Zhifeng yang menggendong Sesepuh Shi, Song Nanshi yang menarik kaki Kak Keledai, serta Kak Keledai yang masih menjepit baju dua saudara seperguruan Jiang Yan, muncul tiba-tiba dari udara kosong di bawah sorotan semua orang dalam keadaan berantakan.
Wajah Nyonya Peony langsung pucat pasi, sedangkan Sesepuh Zhou menghela napas lega.
Seandainya Nyonya Peony tetap ngotot tidak mengakui, sungguh tidak ada cara lain. Untungnya dengan mengulur waktu, Song Nanshi dan kawan-kawan bisa keluar tepat waktu.
Song Nanshi yang sempat mendengar sekilas percakapan tadi langsung bangkit sambil meludah kecil, berteriak lantang: "Bukti sudah datang! Akulah buktinya!"
Kehadiran mendadak mereka telah membuktikan bahwa dia memiliki artefak magis dan menahan orang. Sekarang, dia ingin membantah pun sudah percuma.
Song Nanshi menyangga Lao Shi sambil tersenyum riang ke arah Nyonya Peony yang wajahnya pucat pasi.
Tapi dia tak melanjutkan serangan, malah beralih ke Tuan Shen.
Dengan nada tidak tinggi-rendah, dia melanjutkan: "Aku juga tahu siapa dalang utama di balik semua ini."
Dia menganggukkan dagu: "Tuan Shen, kau setuju, kan?"
Seluruh pandangan di ruangan kini tertuju ke Tuan Shen. Hening menyelimuti ruangan, menanti ucapannya.
Tuan Shen tersenyum elegan, berdiri hendak berbicara.
...Tiba-tiba sorakan antusias yang tak tertahan memotongnya: "Ye!"
Senyuman Tuan Shen membeku. Dia mengikuti arah suara ke Aliansi Immortal.
Sesepuh Aliansi Immortal menampar muridnya yang gagal menahan diri, lalu berkata: "Mohon maaf, Tuan Shen. Muridku ini kurang ajar telah mengganggumu."
Tuan Shen yang pertunjukannya terganggu merasa tidak nyaman, mendengus dingin: "Muridmu begitu antusias, saya pikir dia tidak setuju dengan saya."
Sesepuh Aliansi Immortal segera menyahut: "Tidak, tidak! Bagaimana mungkin tidak setuju."
Ia tersenyum manis: "Hanya saja penampilan Anda begitu akrab, membuat orang senang melihatnya."
Muridnya buru-buru mengangguk: "Benar, benar! Akrab! Akrab!"
"Sejak pertama kali melihat, saya langsung tahu pasti Anda bukan orang baik!"
Song Nanshi: "..."
Itu benar-benar terlalu "akrab".
