Kondisi kesehatan Yun Zhifeng tidak hanya baik, kemampuan belajarnya juga sangat mumpuni。
Begitu baiknya hingga Song Nanshi mulai curiga apakah dia membohongi gurunya dengan mengikuti kursus intensif。
Hingga lewat tengah malam, saat Yun Zhifeng masuk ke kamar mandi air panas untuk ketiga kalinya menyiapkan air hangat, Song Nanshi yang terkapar di ranjang dengan mata berat tak terbuka, tangan iseng meraba permukaan ranjang—tak disangka menemukan panel rahasia. Setelah membukanya, dia mengeluarkan sebuah buku dari dalam。
Song Nanshi tak memeriksanya detail-detail buku apa ini, langsung asal membalik halaman。
Lalu dia melihat sepasang pria dan wanita dengan pose aneh yang digambarkan sangat hidup di dalam buku itu.
Song Nanshi: “……”
Dengan bengong dia berpikir, mungkinkah pose seperti ini benar-benar bisa dilakukan oleh tubuh manusia?
Tiba-tiba sebuah tangan besar muncul dari belakangnya dan merebut buku dari genggamannya.
Song Nanshi kaget sampai merinding. Saat menoleh, dia melihat Yun Zhifeng yang hanya berpakaian tipis sedang memegang buku itu, tenggelam dalam pikiran saat melihat halaman yang terbuka.
Kemudian dia menatap Song Nanshi: “Kau suka… yang seperti ini?”
Song Nanshi: “……”
Tamatlah, pinggangnya pasti akan remuk.
Kemudian datanglah malam yang terasa sangat panjang.
Gabungan antara kondisi fisik prima dan kemampuan belajar yang baik menghasilkan konsekuensi: Keesokan harinya, Song Nanshi bangun dari ranjang dengan wajah pucat seperti penderita defisiensi ginjal.
Yun Zhifeng sudah bangun lebih awal, wajahnya berseri penuh vitalitas, mengawasinya dari samping.
Melihat Song Nanshi hendak bangun, dia segera menyangga tubuhnya.
Song Nanshi dengan wajah kaku, "brak" memukul tangan Yun Zhifeng, berkata kaku: "Tak perlu, aku bisa bangun sendiri."
Yun Zhifeng ingin mengatakan sesuatu namun ragu: "Tapi, bukankah tadi malam kau bilang……"
Song Nanshi buru-buru memotongnya, berkata samar: "Kau sudah memberiku obat."
Yun Zhifeng: "Lalu pinggangmu……"
Song Nanshi menggeretakkan gigi: "Aku sanggup bertahan!"
Dengan pinggang yang perih dan nyeri, ia memaksa diri untuk bangun.
Namun, baru setelah kaki menyentuh tanah ia sadar masalahnya tak cuma di pinggang.
Kedua kakinya lemas tak bertenaga, nyaris terjatuh saat berdiri. Untung Yun Zhifeng menyangga sehingga ia bisa tegak.
Pangkal paha masih terasa nyut-nyutan entah karena gigitannya semalam atau sebab lain……
Pinggang pegal kaki kram, seluruh tubuhnya tak nyaman. Dengan susah payah didudukkan di bangku, sang dalang utama segera menyodorkan secangkir teh panas.
Song Nanshi dengan susah payah meneguk sedikit, kehangatannya pas, ada sedikit rasa manis yang juga pas.
Ia dengan enggan memuji: "Apa yang kamu tambahkan di sini? Lumayan enak?"
Suaranya terdengar serak.
Yun Zhifeng jujur menjawab: "Madu, untuk melembabkan tenggorokanmu. Kamu kemarin..."
Song Nanshi mengangkat kepala, memandangnya dengan mata ikan mati.
Yun Zhifeng langsung merasakan aura bahaya, menutup mulutnya rapat-rapat.
Song Nanshi seperti ikan asin yang dihisap habis energinya, mendongak ke langit sambil mengeluh: "Yun Zhifeng, aku lebih suka saat kau masih jadi gentleman yang tak tergoda."
Yun Zhifeng tak bisa menahan senyum.
Ia membungkuk dan mencium ujung hidung Song Nanshi, berbisik: "Tapi aku sangat menyukai penampilanmu tadi malam."
Akhirnya, Song Nanshi terlambat bangun dua jam lagi.
Ketika Song Nanshi akhirnya siap dan mereka berdua pergi dari kamar ke ruang depan, Jiang Ji dan yang lainnya yang sudah menunggu sejak pagi sedang asyik berjongkok di tanah menghitung semut.
Melihat mereka datang bersama, mata Jiang Ji berbinar dan dia langsung mengangkat tangan untuk menyapa.
Tiba-tiba dia berhenti.
Tidak ada alasan khusus, hanya kontras yang terlalu mencolok antara Song Nanshi dan Yun Zhifeng saat ini.
Yang satu seperti baru memamerkan sebotol obat perawatan kecantikan, sementara yang lain terlihat seperti dipaksa bertahan tiga hari tanpa tidur.
Dengan kebingungan yang jelas, dia tak kuasa bertanya: "Kenapa? Kalian bertengkar semalam?"
Song Nanshi: "......"
Sebenarnya tidak salah juga kalau dibilang bertengkar.
Dengan wajah kesal, Song Nanshi diam sementara Zhu Xiu menarik lengan Jiang Ji sambil berbisik pelan: "Jangan asal ngomong!"
Dia melirik peningkatan level kultivasi Song Nanshi dan Yun Zhifeng, diam-diam berpikir bahwa metode dual cultivation mereka ternyata cukup efektif.
Tapi kalau dilihat dari ekspresi wajah mereka...
Zhu Xiu melihat wajah lesu Song Nanshi, sangat ingin bertanya apakah mereka mengubah dual cultivation menjadi semacam teknik pengumpulan energi yin dan penambahan energi yang kontroversial.
Tapi tak apa, kalau ditanya, jawabannya decak kagum!
Zhu Xiu merasa puas.
Keduanya menyimpan pikiran masing-masing, hanya Yu Jiaojiao di samping yang masih bingung.
Dia tak tahan bertanya: "Ada apa?"
Zhu Xiu menarik lengan sang Adik Senior, berkata setengah hati: "Ini bukan hal yang pantas diketahui anak-anak."
Yu Jiaojiao melihat kakak senior tak mau menjelaskan, matanya beralih ke kelinci hitam di bahunya.
Dalam hati ia bergumam, mungkin nanti akan bertanya pada Chi Shu'an setelah pulang?
Song Nanshi memperhatikan ekspresi ketiga orang itu, tak kuasa bertanya: "Apa maksud kalian datang ke sini pagi-pagi buta?"
Jiang Ji mengingatkan: "Sudah tengah hari."
Song Nanshi: "......"
Ia menarik napas dalam: "Lalu kenapa kalian datang di siang bolong begini?"
Jiang Ji menjawab: "Alasan pertama, untuk melihat kondisi kalian."
Song Nanshi sedang ingin berkata apa yang perlu dilihat dari mereka, lalu mendengar Jiang Ji melanjutkan: "Yang kedua..."
Tiba-tiba ia mengulurkan tangan, entah dari mana mengeluarkan seekor burung bersayap hijau kebiruan.
Song Nanshi pada pandangan pertama tidak terlalu mempedulikan, namun saat pandangan kedua...
"Burung Qing?" Suaranya tak bisa menahan diri naik satu oktaf.
Burung hijau yang kemarin mereka temui posturnya menyusut puluhan kali lipat, lesu berbaring di telapak tangan Jiang Ji.
Nya mendengar suara Song Nanshi, lemah menyahut.
Jiang Ji di samping berkata: "Aku menemukannya di bukit belakang. Kupikir lebih baik mengantarkannya padamu."
Song Nanshi: "...Jadi kau bertahan sampai sekarang baru memberitahu?"
Jiang Ji dengan rasa bersalah mencolek tubuh burung, berkata: "Tak apa, belum mati kok."
Burung Qing sejenak tersadar karena colokan, Song Nanshi buru-buru bertanya: "Apa yang terjadi denganmu?"
Burung hijau menjawab dengan tak berdaya: "Dalam perjalanan pulang, burung hijau kebetulan menghadapi serangan petir ujian tingkat lanjut. Untuk melawan serangan petir itu, kekuatannya habis terkuras."
Jiang Ji menambahkan dengan berbisik: "Saat aku menemukannya di bukit belakang, dua bersaudara Ye Qinzhou yang kemarin menghadiri pernikahanmu juga ada di sana. Mereka tidak mengenali burung hijau ini, hampir saja memanggangnya untuk dimakan."
Song Nanshi memandang burung itu dengan belas kasihan. Karena merasa nasibnya terlalu memilukan, ia khusus menggunakan ramalan Qian.
Vitalitas burung hijau langsung terlihat pulih.
Song Nanshi bertanya: "Kau sekarang bisa kembali?"
Burung hijau menjawab dengan malu: "Belum bisa, burung hijau masih perlu memulihkan energi spiritual."
Song Nanshi yang ingin mengantar Buddha sampai ke Barat langsung berkata: "Baiklah, bagaimana cara memulihkan energi spiritualmu? Aku bantu kau!"
Burung hijau sangat gembira, langsung menjawab: "Burung hijau adalah keturunan dewa. Untuk memulihkan energi spiritual, hanya perlu makan beberapa Lingshi! Terima kasih atas bantuan Tuan!"
Song Nanshi: "……"
Selesai, janji mulukku terlalu dini.
Ia tak bisa menahan diri melirik Chi Shu'an.
Katanya, apa semua keturunan dewa dibesarkan dengan makan Lingshi?
Ia menatap Qingniao lagi, burung itu memandanginya dengan penuh harapan.
Song Nanshi terdiam lama, lalu bertanya tenang: "Kalau begitu, maukah kau makan lobak? Aku masih punya beberapa di sini."
Qingniao: "......"
Ia tak tahan berkata: "Tuan, klan Qingniao kami jika tidak kembali ke dunia dewa tepat waktu, energi spiritual akan perlahan menghilang di dunia manusia."
Song Nanshi pun mulai dilema.
Ia merasa, keluarga ini sudah bersusah payah mengantarkan hadiah pernikahan, tak pantas membiarkan mereka berakhir seperti ini.
Ia melirik Yun Zhifeng.
Yun Zhifeng langsung paham, mengangguk padanya.
Melihat itu, Song Nanshi berbalik ke Qingniao: "Baik, aku akan membantumu!"
Qingniao langsung sangat gembira.
Song Nanshi pun mengeluarkan tumpukan Lingshi di tempat itu juga.
Burung Qing melihat kejadian ini, tidak bisa menahan diri mengagumi dalam hati: "Dua Tuan ini benar-benar dermawan."
Hanya saja entah mengapa, saat ia makan, kedua orang itu menatapnya dengan sorot mata berbinar.
Sampai ia hampir selesai makan, bersendawa, hendak berterima kasih pada Song Nanshi.
Tiba-tiba Song Nanshi melirik Yun Zhifeng: "Kau sudah catat?"
Yun Zhifeng mengangguk: "Semua tercatat rapi, Burung Qing makan 320 keping Lingshi."
Song Nanshi langsung menerima daftar dari tangan Yun Zhifeng, meletakkannya di bawah cakar Burung Qing yang bingung, lalu berkata lembut: "Lihat, ini surat utang Lingshi yang kau makan, dan ini tagihan biaya renovasi Wanxiang Pagoda selama dua puluh tahun lebih. Saat pulang nanti, sekalian bawa kembali ini semua, serahkan pada Senior Shi. Katakan padanya untuk menyiapkan Lingshi—semua ini harus diklaim saat kami naik ke surga nanti..."
Selembar surat utang dan satu tagihan diletakkan di hadapan Burung Qing.
Burung Qing: "..."
Kata "dermawan" itu diucapkan terlalu cepat.
Burung Qing tak bisa menahan diri bertanya: "Surat utang?"
Song Nanshi: "Kau juga bisa menganggapnya sebagai biaya pengiriman dari dunia dewa ke dunia manusia, hanya saja pembayaran dilakukan di tempat. Kami yang bayar dulu, saat pulang nanti sampaikan ke Senior Shi untuk mengganti biaya pengiriman."
Burung Qing: "......"
Matanya beralih memandang pasangan suami istri ini.
Keduanya tampak dengan alasan yang sah, sama sekali tak terlihat malu.
Song Nanshi masih tersenyum manis: "Tentu saja, kalau kau tidak mau mengantarkan, biaya pengiriman ini harus kau tanggung~"
Burung Qing langsung menjawab: "Burung Qing pasti takkan mengecewakan!"
Satu jam kemudian, Burung Qing membawa dua lembar tagihan dalam keadaan berkunang-kunang kembali ke dunia dewa.
Saat tiba, sekelompok dewa yang sudah menunggu langsung mendapat kabar. Begitu masuk wilayah dewa, Burung Qing langsung dikepung.
Para dewa ramai bersuara mulai bertanya.
“Bagaimana pernikahan Dewa Penegak Hukum dan Dewa Kegelapan? Apa kau menonton acaranya? Kenapa pulang semalaman?”
“Apakah Dewa Penegak Hukum dan Dewa Kegelapan menyukai hadiah ucapan selamat dari kami?”
“Apakah kedua Dewa Sejati itu mudah bergaul?”
“Apakah Dewa Kegelapan itu sangat galak?”
Burung Qing tertegun berdiri di tengah, lama tak bergerak, akhirnya memaksakan diri berkata: “Sangat kompleks.”
Para dewa protes.
Setuju ya Setuju, tidak ya Tidak. Apa maksud jawaban 'sangat kompleks' ini.
Di hati Burung Qing terpendam perasaan pahit yang tak terungkapkan.
Ia ingin berkata: Kedua Dewa Sejati mungkin tidak menyukai hadiah kalian, karena mereka tampak lebih tertarik pada uang.
Ia juga ingin menambahkan: Memang mudah bergaul, tapi sangat pelit.
Tapi tak berani mengucapkan keburukan mereka.
Keburukan apa? Sekadar mengulangi perbuatan mereka.
Burung Qing menampakkan senyum lelah.
Sampai ada yang bertanya penuh harap: “Apa kedua Dewa Sejati itu menyuruhmu membawa sesuatu untuk kami?”
Qingniao bergetar hebat, akhirnya teringat tugasnya.
Ia segera mengawasi kerumunan orang sekali putaran, akhirnya, arah pandangan tertuju ke Senior Shi yang sedang melihat kerumunan di luar.
Langsung berkata: "Dua Dewa Sejati memintaku membawa kembali sesuatu, tapi hanya untuk Tuan Shi saja!"
Senior Shi terkejut, kemudian matanya langsung berbinar.
Para dewa segera memandanginya dengan penuh iri.
Menghadapi pandangan iri mereka, Senior Shi sambil tersenyum penuh kemenangan, merendahkan diri: "Maaf-maaf, aku punya warisan ilmu untuk anak itu, pasti dia merindukanku, jadi di hari bahagia pernikahannya masih ingat aku WKWKWKWK!"
Dia datang dengan wajah penuh kemenangan, Qingniao memandangnya dengan pandangan penuh belas kasihan.
Penuh harap: "Mereka membawakanku apa?"
Dua lembar tagihan.
Tapi Qingniao merasa harus menjaga gengsi Tuan Shi sedikit.
Akhirnya berkata: "Lebih baik kembali ke kediaman Tuan Shi dulu, nanti kuberikan di sana."
Senior Shi segera berkata dengan berbunga-bunga: "Pasti ini bentuk bakti untukku, Shi tidak akan menemani para hadirin lagi WKWKWKWK!"
Para hadirin memandang iri ke arah bayangan dirinya dan Burung Qing yang perlahan menjauh.
Kaisar Langit yang berada di istana langit juga mendengar laporan bawahan tentang adegan itu.
Tanpa sadar ia memejamkan mata.
Seorang Dewa Penegak Hukum, seorang Dewa Kegelapan, plus Dewa Astrologi yang memimpin ramalan lewat peta bintang.
Dua di antaranya pasangan suami-istri, sementara yang satu lagi punya hubungan begitu baik dengan mereka...
Tiga dewa ini masing-masing sudah tak boleh diremehkan. Jika benar-benar membentuk aliansi kuat, masih adakah tempat bagi Kaisar Langit di dunia dewa?
Terutama Dewa Penegak Hukum.
Wewenang penegakan hukum, pengadilan, dan hukuman.
Dulu jabatan-jabatan ilahi ini tidak ada, semuanya di bawah kendalinya.
Kini...
Ia tak kuasa bertanya: "Benarkah hubungan di antara mereka begitu erat?"
Begitu kata-katanya terdengar, seorang bawahan bergegas masuk sambil berkata: "Yang Mulia, terjadi sesuatu!"
Kaisar Langit tetap tenang: "Apa halnya."
Mungkinkan mereka berhasil putus hubungan?
Bawahan itu langsung bersemangat berkata: "Baru saja, Tuan Shi mengusir burung Qingniao! Di depan para dewa, dia menyatakan permusuhan abadi dengan Dewa Penegak Hukum dan Dewa Kegelapan! Kini semua orang bilang hubungan mereka sudah retak!"
Kaisar Langit: "..."
Kebahagiaan datang terlalu mendadak.
Apakah ini pertanda takdir akhirnya mulai memihakku?
Kaisar Langit merasa terkejut sekaligus tersanjung.
……
Song Nanshi tak tahu kejadian di dunia dewa, juga tak sadar Senior Shi kini menganggapnya musuh bebuyutan.
Usai pernikahan, melihat Wanxiang Pagoda telah selesai direnovasi dan tak perlu lagi berjaga-jaga dari para penyembah jalan iblis, ia bersama Yun Zhifeng langsung membereskan barang-barang, lalu berangkat mengembara ke empat penjuru dengan langkah santai.
Zhu Xiu sangat iri dengan keputusan mereka, tapi bisnis api penghakimannya sedang berkembang pesat. Ditambah lagi dia punya rencana untuk memasuki industri properti dunia kultivasi, akhirnya dengan penyesalan mengurungkan niatnya.
Jiang Ji mulai mencari cara untuk memberikan wujud nyata pada Liu Lao Tou. Untuk menemukan mantra rahasia kultivasi yang kredibel, dia berkeliling dunia kultivasi mencari pertarungan, membuat banyak bawahan kagum sekaligus menimbulkan kebencian.
Yu Jiaojiao, karena bakat fisiknya yang luar biasa, menarik perhatian sekte cultivator fisik. Mereka memintanya untuk melakukan pertukaran akademis.
Meski memiliki fobia sosial, Adik Senior sangat menghargai kesempatan untuk berinteraksi dan berkembang bersama sesama kolektor. Dengan menggigit gigi, dia pergi. Melihat hal ini, Chi Shu'an yang tergila-gila cinta membatalkan uji coba ajaib yang telah disiapkan ayahnya, lalu dengan semangat mengikutinya.
Kaisar Bangsa Iblis marah besar. Dalam suratnya kepada Song Nanshi, dia memaki-maki anak sialannya itu, berulang kali bersumpah akan membesarkan putra mahkota baru.
Song Nanshi menyimpan surat itu sambil |menggelengkan kepala di punggung |Kak Keledai, berkata: "Ucapan seperti ini sudah |Kaisar Bangsa Iblis lontarkan selama |dua puluh tahun lebih, tapi tetap saja |Chi Shu'an tidak |diganti."
|Yun Zhifeng yang berdiri di sampingnya |tiba-tiba bertanya: "|pinggangmu masih |sakit?"
Song Nanshi langsung |membeku, lalu menatapnya dengan |ekspresi datar: "Kau masih |berani-berainya bertanya."
|Yun Zhifeng |blak-blakan |minta maaf: "|Aku salah."
Song Nanshi melambai dari punggung |Kak Keledai: "|Temani aku berjalan sebentar, baru akan ku|maafkan."
|senyuman samar |muncul di mata |Yun Zhifeng: "|Patuh."
|Kak Keledai menghembuskan napas kesal, |protes terhadap |kemesraan berlebihan keduanya.
……
Song Nanshi dan |Yun Zhifeng |berpetualang hampir |20 tahun baru |pulang.
|Zhu Xiu dan yang lain datang |menjemput. Begitu melihat Song Nanshi, |Zhu Xiu langsung |iri: "|Adik Senior ini |kultivasi-nya sudah |naik jauh!"
Song Nanshi menunjukkan senyuman dipaksakan, tak ingin menceritakan bagaimana kultivasinya meningkat selama perjalanan ini.
Tanpa sadar tangannya mengusap pinggangnya yang masih berkaca-kaca.
Jiang Ji bertanya: "Mengapa kalian kembali kali ini?"
Song Nanshi langsung menoleh memandang Yun Zhifeng.
Yun Zhifeng kemudian bersuara berat: "Sepertinya aku akan terbang ke surga, kembali untuk bertapa."
Seketika mereka terkejut: "Bertapa untuk mempersiapkan penerbangan ke surga?"
Yun Zhifeng menggeleng: "Tidak, bertapa untuk menekan kultivasi. Aku menunggu Nanshi."
Jiang Ji terpana, berkomentar dengan haru dan sedikit iri: "Kalian benar-benar..."
Tapi tak melanjutkan maksudnya.
Sementara Yun Zhifeng bertapa menekan kultivasi, Lao Shi justru mengalami peningkatan pesat setelah mengatasi kegelapan hatinya, lebih dulu terbang ke surga.
Saat hari penerbangannya, rambut putihnya berubah menjadi hitam berkilau, menghapus kesan tua yang pernah melekat.
Tertawa terbahak-bahak penuh semangat muda, ia berseru: "Aku duluan ke alam dewa rebut tahta! Nanti kutunggu kalian di atas!"
Song Nanshi menatap langit, lama tidak berkata-kata.
Song Nanshi tiba-tiba merasa dirinya sepertinya akan melakukan penerbangan ke surga pada suatu hari lima belas tahun kemudian.
Saat itu, kultivasi Yun Zhifeng hampir tidak bisa dikalahkan lagi.
Keduanya bersama-sama menyambut serangan petir mereka sendiri.
Penerbangan ke surga sebelum berusia seratus tahun sangat langka di seluruh dunia kultivasi, apalagi kedua orang ini bahkan sudah memesan dua tahta dewa.
Pada hari mereka terbang ke surga, hampir separuh dunia kultivasi bergegas datang untuk menonton, sementara para dewa di surga yang telah lama menunggu penerbangan mereka juga berkumpul untuk melihat keramaian.
Serangan petir saat penerbangan mereka begitu megah hingga belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan para dewa di surga yang berwawasan luas pun belum pernah melihat gaya seperti ini.
Song Nanshi berjalan melalui serangan petir yang bertubi-tubi, dan bersama Yun Zhifeng, melangkah masuk ke surga di dalam kilauan emas kenaikan pangkat menjadi dewa.
Pada saat ini, Senior Shi masih sibuk di tengah kerumunan orang melihat keramaian.
Song Nanshi langsung menyambutnya dengan gembira dan bertanya ramah: "Senior, apakah Lingshi Anda sudah disiapkan?"
Senior Shi tanpa bicara lagi menolehkan kepala dan langsung kabur.
Maka, pada hari mereka naik ke surga, separuh penghuni alam dewa tahu dua dewa baru memiliki sengketa ekonomi dengan Dewa Bintang.
