Kembali ke kelas, Fang Ping menanggapi Chen Fan beberapa kalimat, lalu mulai membaca buku yang diambil dari guru.
Setelah membaca sekilas, Fang Ping pusing tujuh keliling.
Ujian jurusan ilmu beladiri mencakup banyak pengetahuan.
Konten utama adalah pemahaman tentang diri sendiri.
Sebagai calon petarung, bagaimana bisa melatih fisik secara optimal jika tidak paham struktur tubuh sendiri?
Berapa jumlah tulang manusia, berapa urat nadi utama, sistem sirkulasi darah...
Semua ini adalah pengetahuan wajib dikuasai.
Termasuk susunan tulang, nama organ dalam, fungsi lima organ vital, serta penjelasan istilah-istilah khusus ilmu beladiri.
Dan serangkaian pengetahuan dasar tentang kedokteran, farmakologi.
Selain itu, data dari guru juga mencakup 《Sejarah Ilmu Beladiri》, 《Biografi Tokoh Terkenal Kuno-Modern》, 《Ensiklopedia Senjata Dasar》, 《Ringkasan Jurus Beladiri Dasar》...
"Bukan cuma baca teliti, ambil satu buku sembarangan, Fang Ping baru baca beberapa halaman sudah pusing.
Sementara tumpukan buku di depannya total lebih dari sepuluh jilid.
Mau baca semua buku ini dari awal sampai akhir, ini proyek yang sangat besar.
Sekalipun Fang Ping baca seperti novel, mungkin setelah selesai, Ujian Nasional sudah dekat.
Selanjutnya, Fang Ping masih harus persiapkan ujian pelajaran umum.
Buku pelajaran bertahun-tahun lalu, sekalipun dasarnya ada, mau pulihkan kondisi, bukan hal yang instan.
"Pusing banget!"
Chen Fan di samping melihat ekspresi Fang Ping pucat, meski agak kesal Fang Ping mendaftar tanpa bilang duluan, tapi tetap menghibur: "Usaha manusia menentukan hasil, masa mau buang-buang uang pendaftaran?"
Fang Ping memutar mata putihnya, jadi di matamu aku berusaha hanya untuk uang pendaftaran 10 ribu ini?
Chen Fan tidak peduli, masih lanjut: "Sayangnya, kita bukan petarung.
Kalau jadi petarung, energi berlebih, beberapa hari tidak tidur pun bisa.
Konon petarung level tinggi, kecepatan olah otaknya setara komputer.
Pejuang-pejuang itu, baik mengelola perusahaan maupun urusan pemerintahan, satu orang bisa setara sepuluh rakyat biasa, energinya bikin merinding.
Dengar-dengar, waktu Grandmaster Ma memulai bisnis dulu, modal terbatas, kurang SDM, puncaknya sampai tujuh hari tujuh malam tidak tidur, kerja seminggu setara setahun kerja orang biasa."
Saat itu kekuatan Jalan Pedang Master Ma belum terlalu kuat. Jika diganti dengan sekarang, mungkin bisa tidak tidur selama sebulan, membayangkannya saja sudah membuat iri.
"Jika kita memiliki fisik dan energi berlebih seperti petarung, pelajaran budaya bukan apa-apa. Bahkan mendapatkan nilai sempurna bukanlah hal yang mustahil."
Chen Fan menunjukkan raut penyesalan. Saat ini, ujian masuk perguruan tinggi setiap tahun memang banyak yang meraih nilai sempurna.
Beberapa siswa kelas tiga di kota besar, meski belum resmi menjadi petarung, hanya selangkah lagi dari status itu.
Dalam situasi ini, meski mereka melakukan multitasking, kemampuan memahami dan daya ingat mereka mengerikan. Hampir setiap tahun juara bidang studi sastra di tiap provinsi direbut oleh calon-calon petarung ini.
Pembicara tak bermaksud, pendengar menaruh perhatian.
Di antara alis Fang Ping berdenyut halus. Chen Fan tak punya syarat ini, tapi dirinya sendiri belum tentu tidak memilikinya.
Manfaat energi darah yang kuat sudah mulai dirasakan Fang Ping.
Kemarin ketika energi darahnya bertambah, Fang Ping memang merasa lebih bersemangat daripada sebelumnya. Jika dulu, tidur larut dan bangun pagi pasti membuat ngantuk.
Tapi sekarang, sama sekali tidak merasakan hal itu.
Inilah manfaat energi darah kuat, memberikan energi berlebih pada rakyat biasa.
Lalu apa peranan "Spiritual" pada panel itu?
Dalam hati Fang Ping mulai tersadar jawabannya. Mungkin lain kali harus mencobanya.
Jika peningkatan nilai spiritual benar-benar bisa meningkatkan daya ingat dan kemampuan pemahaman, maka ujian di belakang hari bukanlah masalah lagi.
Meski tak bisa menjadi juara, Fang Ping sudah puas asalkan mencapai standar.
“Ucapan Chen Fan yang tak disengaja membuat Fang Ping merasa lebih tenang. Ternyata, harus mencari cara untuk menghasilkan uang dan melakukan percobaan.”
Baik pertumbuhan energi maupun peningkatan aspek spiritual, semuanya bergantung pada uang.
Tanpa uang, semuanya mustahil.
……
Pelajaran di siang hari terutama berupa review dan mengerjakan soal.
Fang Ping tidak menyia-nyiakan waktu, sebagian besar waktunya dihabiskan membaca buku daripada menulis.
Guru yang melihat pun tidak berkomentar. Di tahap ini, semuanya bergantung kesadaran sendiri.
Apalagi beberapa guru mendengar Fang Ping mendaftar ujian ilmu bela diri. Jadi meski Fang Ping membaca buku khusus ujian ilmu bela diri di beberapa kelas, guru tidak mengganggunya.
Hari pun berlalu dengan cepat.
Saat bel pulang sekolah berbunyi sore itu, Fang Ping tidak pergi bersama Chen Fan dan yang lain, melainkan menghampiri Wu Zhihao.
Sambil membereskan tas, Wu Zhihao tersenyum, "Kulihat seharian kau mempelajari materi ujian khusus. Bagaimana rasanya?"
"Lumayan. Tidak terlalu sulit, cuma terlalu banyak dan berantakan."
"Beberapa materi tidak akan diujikan. Nanti setelah kau fotokopi catatanku, pelajari sesuai catatan itu saja. Kalau ada yang tidak dimengerti, tanya saja padaku."
"Terima kasih, merepotkanmu."
Fang Ping mengucap terima kasih lagi. Di momen genting ini, sikap Wu Zhihao sangat berharga.
Beberapa siswa berprestasi justru berharap orang lain tidak tahu apa-apa saat ujian, hanya diri mereka sendiri yang tahu.
Tapi ini juga terkait fakta bahwa ujian ilmu bela diri tidak terbatas pada lingkup kelas.
"Wu Zhihao juga tidak menganggap Fang Ping sebagai lawan potensial. Sasaran utamanya adalah siswa-siswa kelas unggulan, para murid berprestasi di Kota Yangcheng, bahkan siswa-siswa top seluruh negeri."
"Fang Ping yang bahkan tidak memahami pengetahuan dasar, sudah pasti bukan target yang perlu dia kalahkan."
"Kalau pola pikirnya sempit begini, bagaimana mungkin bisa menjadi petarung?"
Sambil mengobrol, mereka berdua berjalan keluar dari area sekolah.
……
Rumah Wu Zhihau tidak terlalu jauh dari Sekolah Pertama.
Hanya berjarak sekitar 10 menit dari Sekolah Pertama, kompleks perumahannya tergolong elite di Yangcheng dengan lingkungan yang terawat baik.
Sampai di gerbang kompleks, Fang Ping agak terkejut. Ia mengira keluarga Wu Zhihao minimal tinggal di vila.
Sebenarnya Fang Ping tidak terlalu mengenal mantan teman sekelasnya ini. Bahkan di kehidupan sebelumnya, interaksi mereka juga tidak banyak.
Tapi setelah dipikir-pikir, hal itu wajar saja.
"Kalau keluarga Wu Zhihao benar-benar kaya, pasti bisa masuk kelas unggulan. Untuk masuk kelas unggulan SMA, cukup dengan bayar lebih."
"Tentu saja, tidak menutup kemungkinan ada yang memilih sengaja masuk kelas reguler dengan prinsip 'lebih baik menjadi kepala ayam daripada ekor phoenix'."
Kompleks elite ini memiliki sistem keamanan ketat. Berbeda dengan perumahan Fang Ping yang bebas dimasuki siapa saja, di sini harus menggesek kartu untuk masuk.
Saat berjalan di dalam kompleks, Wu Zhihao berkata, "Besok lusa Senior Wang pulang ke kampus. Semoga ada kesempatan berbincang langsung."
"Akhirnya pihak sekolah melakukan sesuatu yang bermanfaat. Senior Wang adalah idola kami murid kelas reguler. Tahun lalu, dari dua lulusan jurusan bela diri kelas reguler yang lolos ujian, Senior Wang salah satunya."
“Sebelum ujian nasional, nilai Kakak Wang sebenarnya biasa saja. Tapi di bulan terakhir tiba-tiba meledak, sampai bisa masuk Universitas Seni Bela Diri Nanjiang. Banyak yang tercengang sampai dagu hampir copot. Entah ada rahasia apa, kalau bisa belajar sedikit...”
Wu Zhihao menggerutu dengan sedikit penyesalan. Sekalipun ada metode rahasia, hal seperti ini pasti tidak akan diumbar ke publik.
Fang Ping merasa agak aneh mendengarnya. Kok kedengarannya mirip dengan pengalamanku sendiri?
Jangan-jangan dia juga terlahir kembali?
Tapi setelah Wu Zhihao menambahkan beberapa kalimat, kedengarannya tidak terlalu mirip. Sepertinya memang hasil ledakan dari rakyat biasa.
……
Sambil mengobrol, mereka tiba di rumah Wu Zhihao.
Saat pintu terbuka, Wu Zhihao refleks menatap Fang Ping. Tapi ekspresi Fang Ping yang datar justru membuatnya merasa aneh.
Rumah keluarga Wu cukup besar, bahkan bertipe duplex dengan dua lantai. Dekorasi interiornya terkesan mewah untuk standar saat ini.
Dalam situasi seperti ini, murid miskin seperti Fang Ping biasanya akan menunjukkan kekaguman saat masuk. Paling tidak, pasti ada sedikit reaksi.
Tapi Fang Ping benar-benar tanpa ekspresi, wajahnya natural saja.
Seandainya tahu pikiran Wu Zhihao, Fang Ping pasti akan memenuhi keinginannya dengan baik. Sayang, saat ini Fang Ping memang tidak memikirkan hal itu.
Soal iri atau terkejut, itu semua omong kosong belaka.
Di kehidupan sebelumnya, setelah lulus kuliah dengan dukungan orang tua dan tabungannya sendiri, Fang Ping juga membeli rumah cukup besar. Dekorasi sederhana tapi tidak kalah dari keluarga Wu saat ini.
“Ditambah apartemen Fang Ping yang dibeli di kota provinsi, kalau dihitung sungguh-sungguh, harganya mungkin lebih mahal dari rumah duplex Keluarga Wu ini.”
Ditambah pengalaman kerjanya selama bertahun-tahun dan wawasannya yang luas, dia bahkan pernah mengunjungi vila mewah di Kyoto dan Shanghai. Mana mungkin terpana dengan rumah duplex di kota kecil ini.
……
Di rumah Wu Zhihao ada anggota keluarga, ibunya sedang berada di rumah.
Melihat putranya pulang membawa teman sekelas, sang ibu tidak banyak bicara. Setelah basa-basi sebentar, Wu Zhihao langsung mengajak Fang Ping naik ke lantai atas.
Pertama-tama dia mengambil catatan pribadinya dan menyerahkannya kepada Fang Ping. Tak lama kemudian, Wu Zhihao mengajak Fang Ping keluar dari ruang kerja menuju sebuah kamar di sebelah.
“Ini ruang gym, alat pengukur energi ada di sini.”
Wu Zhihao membuka pintu ruang gym. Interiornya cukup sederhana dengan peralatan yang tidak terlalu banyak.
Dumbel, barbel, treadmill, dan leg press adalah semua peralatannya. Ada satu alat lagi yang belum pernah Fang Ping lihat, bahkan di gym era sebelumnya.
Bentuknya mirip kursi pijat tapi terhubung dengan layar tampilan. Kalau tidak salah tebak, ini pasti alat pengukur energi.
Fakta membuktikan insting Fang Ping cukup tajam. Wu Zhihao membawanya ke samping “kursi pijat” sambil tersenyum: “Ini alat pengukur energi, tapi versi sederhana. Tidak bisa dibandingkan dengan alat di rumah sakit yang bentuknya seperti kabin luar angkasa dan bisa melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Yang di rumahku ini hanya bisa melakukan pemeriksaan kasar.
Berbaringlah, akan kuhubungkan sensor sentuhnya. Nanti kau perlu mengeluarkan tenaga...”
“Gunakan lebih banyak tenaga?”
Fang Ping tampak bingung, Wu Zhihao tersenyum menjelaskan: "Energi darah biasanya stabil, baru mencapai puncak saat mendidih.
Bukan hanya tubuh yang mendidih, emosi juga harus menggelegak. Menguji energi darah tidak hanya mencakup darah, tapi juga energi tak kasatmata. Ini agak sulit kujelaskan.
Intinya, tubuh dan emosimu harus benar-benar menggelegak untuk mencapai puncak sejatimu.
Lihat pedal kaki di bawah alat energi darah? Nanti tendang sekuatnya, tarik lengan ke belakang maksimal, pokoknya kerahkan seluruh tenaga seolah sedang menyusu!
Saat tes mandiri masih bisa santai, tapi saat pemeriksaan resmi harus benar-benar mengerahkan seluruh kemampuan..."
Setelah lama menjelaskan, Wu Zhihao baru mengizinkan Fang Ping berbaring setelah yakin dia paham.
Saat Fang Ping berbaring, Wu Zhihao memasang beberapa "sensor peraba" mirip stetoskop di lengan, kaki, jantung, dan dahinya.
"Pemeriksaan resmi berbeda. Nanti tidak pakai sensor, tapi masuk kabin energi darah. Bergeraklah bebas. Kabin itu akan mendeteksi nilai energimu lewat berbagai metode."
Wu Zhihao menyalakan layar: "Mulai! Ingat, gerakan intensif, emosi bergejolak. Kalau perlu bayangkan film dewasa..."
"Fang Ping yang awalnya bersiap mengerahkan tenaga, hampir kehilangan napas. Ternyata orang ini tidak sejujur yang dikira."
Tidak menghiraukannya, Fang Ping menarik napas perlahan lalu mengayunkan kedua kakinya dengan kuat pada pedal di bawahnya, sementara lengannya menarik sekuat tenaga ke kedua sisi!
Wu Zhihao di sampingnya menatap penasaran ke layar monitor...
