Setelah berdebat panjang, akhirnya Fang Ping berhasil mengantar si gadis kecil pergi.
Untuk ini, hutang Fang Ping bertambah tak terhitung. Ia sendiri sudah lupa berapa banyak janji manis yang diberikan pada gadis itu.
……
Keesokan harinya, 8 April.
Fang Ping menjadi terkenal, setidaknya di kelas 3-4.
Sebelum kedatangannya, Wu Zhihao sudah lebih dulu tiba.
Begitu Wu Zhihao muncul, Zhang Hao dan Yang Jian yang penuh rasa ingin tahu langsung mengejar-ngejar untuk mencari informasi.
Tampaknya Lao Wu tidak rela menjadi satu-satunya yang terkejut semalam. Begitu ditanya, ia langsung berbisik misterius: "113 kalori!"
Ia sengaja tidak menyebut hasil tes kedua 108 kalori, karena tes kedua yang dilakukan saat stamina menurun memang kurang akurat.
Begitu angka 113 kalori disebutkan, seluruh kelas pun terpana!
“Anggota Tim Dua Orang Biasa” Fang Ping, yang sebelumnya biasa saja, sekarang tidak biasa lagi?
Kemarin saja, semua masih sama-sama orang biasa, sama-sama berjuang untuk ujian ilmu sosial, bahkan nilai ilmu sosial Fang Ping juga tidak terlalu menonjol.
Tapi sekarang?
113 kal!
Teman sekelas yang hanya ujian ilmu sosial mungkin tidak tahu kondisi pelamar ilmu bela diri lainnya.
Tapi satu hal yang semua orang tahu.
Tahun lalu, standar penerimaan terendah Universitas Bela Diri Nanjiang adalah 112 kal.
Bukankah ini berarti standar energi Fang Ping sudah memenuhi syarat Universitas Bela Diri Nanjiang?
Bagaimana mungkin ini tidak viral?
Yang Jian si berjanggut masa depan dengan wajah putus asa bergumam, "Tidak ilmiah, sama sekali tidak ilmiah, badan kecilnya ini kok lebih tinggi dari aku?"
Bahkan petarung pun harus mengikuti prinsip ilmiah!
Tapi Fang Ping benar-benar tidak ilmiah!
Dengan satu pukulan, dia harusnya bisa mengalahkan delapan orang seperti aku ya?
Yang Jian berteriak tidak ilmiah, sementara Zhang Hao di sampingnya seperti kambuh ayan, gemetar sambil berkata: "Ini tidak adil!"
"113 kal!"
"Aku baru 108 kal..."
Zhang Nan yang duduk tidak jauh darinya berkata dengan suara lemah: "108 kal itu aku, aku ingat kamu 107 kal..."
Zhang Hao merah padam marah: "Itu dua minggu lalu, sekarang aku sudah 108 kal!"
Zhang Nan tetap tenang: "Baiklah, kamu 108 kal, Fang Ping juga cuma 113 kal..."
"Kamu!"
Zhang Hao dengan wajah memelas menatap Wu Zhihao: "Lao Wu (Wu Zhihao), cepat katakan kamu sedang menipu kami?"
“Ngapain aku bohong ke kamu?” Wu Zhihao berkata sambil asik membaca buku, “Lagipula dia lebih pendek dariku, jadi ga ada hubungannya denganku.”
“Kok bisa kamu bilang gitu?” Zhang Hao berkata dengan wajah kesakitan, “Coba kamu pikir, kita ini kasian banget.
Seharian sekolah, les, terus masih harus latihan fisik tiap hari.
Ga boleh makan gorengan, ga boleh makan sate tusuk, minuman bersoda dilarang, bahkan di musim panas begini es krim krim aja ga berani sentuh.
Fang Ping itu anak brengsek, ga manusiawi banget sih!
Lao Wu, masa kamu ga iri cemburu benci sekaligus?”
Mendengar ini, Wu Zhihao mulai tak bisa menahan diri.
Murid-murid biasa mengidolakan mereka, tanpa sadar mereka pun iri pada orang-orang itu.
Dememi persiapan ujian ilmu bela diri, mereka telah mengorbankan lebih banyak, tapi hasilnya belum tentu ada.
Seperti kata Zhang Hao, saat orang lain menikmati makanan enak, mereka harus makan suplemen.
Pikir suplemen itu enak?
Makan tiap hari sampai mual, sampai lihat sate tusuk di pinggir jalan aja ngiler.
Tapi demi menjaga bentuk tubuh, menghindari kecelakaan, untuk ilmu bela diri, mereka gigit gigi, menelan air liur sambil pergi dengan hati perih.
Kalau semua sama-sama seperti ini, mungkin masih bisa diterima, demi masa depan.
Tapi Fang Ping itu, kayaknya makan apa aja bebas, ga ada pantangan sama sekali.
Bandingin orang dengan orang lain, bikin emosi mati gaya.
Wu Zhihao mulai tak tenang, tersenyum pahit berkata: “Ga ada cara, dia kan berbakat alami, harus diakui.”
“Ga terima!”
Zhang Hao mengatupkan gigitannya, bergumam dengan geram, “Si nak ini kan tidak pernah olahraga?
Urusan energi qi dan darah memang tak ada solusinya, kita pasrah saja.
Malam ini ajak dia ke gym bersama, nanti kita bisa bertanding dan pukuli dia habis-hasan biar puas!”
Di saat Zhang Hao masih bicara, Wu Zhihao di seberang mengedipkan matanya, tersenyum ramah, “Kita semua teman sekelas, tidak perlu begini.”
“Tidak bisa! Kalau tidak, dada ini tetap sesak!”
Wu Zhihao menengahi, “Sudahlah, Fang Ping cuma sedikit lebih tinggi energinya, nilai akademik lebih baik, tampannya pun sedikit di atasmu. Tidak perlu kesal, kalau ada teman kelas yang lulus ujian, kita pun ikut bangga.”
“Lao Wu, kau di pihak mana sebenarnya?” Zhang Hao kesal bertanya.
Wu Zhihao mulai menunduk membaca buku, tanpa mengangkat kepala, “Aku sedang belajar, tidak di pihak manapun.”
Zhang Hao hendak melanjutkan, tiba-tiba bahunya ditepuk dari belakang disusul suara Fang Ping yang riang, “Zhang Hao, menurutku kau memang harus pukuli Fang Ping, daripada sakit hati terus merugikan kesehatan.”
Zhang Hao mengernyitkan mulut, menoleh dengan canggung, “Bercanda saja, mana mungkin. Kita kan saudara seperjuangan, mungkin melakukan hal begitu?”
Walau mulutnya berkata demikian, wajahnya penuh kepahitan. Ya sudah, jangan bicara soal memukul orang lagi, jika suatu hari Fang Ping benar lulus ujian petarung, jangan-jangan malah aku yang dipukuli?
Fang Ping juga malas berdebat, tersenyum kecut, “Jangan dengarkan omong kosong Wu Zhihao, mana mungkin energiku 113 kalori, paling-paling…”
“Paling-paling sekitar 115 kalori.”
Zhang Hao mengedipkan mata putihnya, orang ini sengaja memprovokasinya.
Menghela napas, Zhang Hao tidak menganggap serius, kali ini benar-benar penasaran: "Fang Ping, apa kau punya trik khusus untuk melatih energi?"
"Omong kosong! Kalau ada trik itu, aku sudah jadi petarung sejak lama!" Fang Ping tidak berani mengakui hal ini, melambaikan tangan: "Kalau benar ada trik, jalanan pasti sudah penuh petarung, mana mungkin giliran kita yang ujian?"
"Memang juga begitu." Zhang Hao kembali menghela napas, dengan nada sendu: "Sekarang, Lao Wu, kamu, Yang Jian, Liu Ruoqi, kalian berempat di kelas kita yang paling berharap."
"Probabilitas kita hanya menemani ujian 99%!"
"Dulu tiga orang saja sudah cukup, kau ikut-ikutan, lebih baik Langit saja bunuh aku..."
Wu Zhihao yang tadi pura-pura membaca buku kini mengangkat kepala: "Risiko! Tahun ini level energi teman-teman umumnya lebih tinggi dari tahun lalu, aku sekarang benar-benar tidak yakin."
"Ambil contoh kelas kita, kalau dihitung bersama Fang Ping, yang di atas 110 kalori sudah empat orang."
"Kelas reguler lain, sepengetahuanku, yang di atas 110 kalori totalnya mungkin lebih dari 60 orang."
"Kelas unggulan lebih banyak lagi, meski jumlah murid sedikit, yang di atas 110 kalori cukup banyak, setidaknya sekitar 40 orang."
"Dihitung total, hanya di Sekolah Pertama saja, murid di atas 110 kalori sudah 100 orang."
"Ini baru sekolah kita. Sekolah lain di Yangcheng walau tidak sebaik kita, tahun ini juga bagus, totalnya mungkin setara dengan Sekolah Pertama kita."
"Hanya di kota Yangcheng saja, yang di atas 110 kalori ada 200 orang!"
Sambil menghitung, Wu Zhihao menghela napas pasrah: "Tahun lalu Kota Yang Cheng total lulus 9 siswa jurusan bela diri. Kalau tahun ini rasio sama, minimal 20 banding 1."
Seorang peserta ujian jurusan bela diri di sebelahnya menggelengkan kepala: "Zhihao, kamu sudah 115 kal. Di kelas reguler hampir tak ada yang lebih tinggi. Sekolah lain juga begitu. Kalau orang lain bilang stres masih masuk akal, kamu apa tekanannya?"
Meski Wu Zhihao cuma siswa kelas reguler, nilai qi dan darah 115 kal-nya termasuk yang tertinggi di semua kelas reguler.
Jika benar mengikuti rasio tahun lalu dengan dua siswa kelas reguler yang lulus, peluang Wu Zhihao sangat besar.
Obrolan mereka perlahan mengalihkan perhatian dari Fang Ping.
Fang Ping justru senang, lewat diskusi mereka dia mendapat banyak kabar selentingan.
Tahun ini ada lebih dari 200 siswa kelas 3 di Yang Cheng dengan nilai qi dan darah di atas 110 kal.
Tentu, qi dan darah bukan satu-satunya faktor. Pasti ada yang gagal di tahap selanjutnya.
Tapi begitu pemeriksaan kesehatan selesai, berbagai sekolah bela diri akan mengumumkan standar minimal qi dan darah berdasarkan hasil evaluasi - ini bukan standar penerimaan, hanya batas untuk masuk ke ujian praktik tahap ketiga.
Ini dilakukan agar siswa yang tidak memenuhi syarat bisa fokus ke ujian mata pelajaran budaya, agar tidak membuang waktu.
Artinya, yang tidak memenuhi standar qi dan darah akan gugur di akhir tahap kedua.
Tahun ini standar kualifikasi mungkin 110 kal - itu baru standar tahap ketiga. Sekalipun begitu, separuh peserta ujian di kelas tidak akan lolos.
Seketika, bahkan Zhang Hao yang biasanya ribut pun terdiam.
Bertahun-tahun mempersiapkan ujian, bahkan babak ketiga pun tak bisa masuk. Bagi murid, pukulan ini sungguh menghancurkan.
Setiap tahun karena mental lemah, berapa banyak peserta ujian ilmu bela diri akhirnya bahkan gagal di ujian literatur? Masuk universitas biasa, benar-benar selangkah ke surga selangkah ke neraka.
Mereka diam, Fang Ping juga tak menyela. Dalam hatinya berpikir: Ternyata 110 kalori memang tak cukup aman.
Di Kota Yang saja sudah sebanyak ini, siapa tahu akurasi kabar Wu Zhihao? Jika lebih banyak lagi, bahkan babak ketiga tak bisa lolos - betapa mengenaskan.
Tampaknya dirinya harus segera meningkatkan nilai energi dan darah.
……
Saat semua mulai tenang, pelajaran sekolah pun dimulai.
Seperti biasa, Fang Ping kadang belajar mata pelajaran budaya, kadang mempelajari data ujian profesional. Tak ada yang mengganggu kecuali Yang Jian di depan dan Zhang Hao di samping yang sesekali mengajaknya bicara.
Chen Fan, teman sebangku yang mungkin terstimulasi, semakin serius mengerjakan soal. Sepagi itu selain ke toilet, hampir terus menunduk mengerjakan tugas.
Usai pelajaran pagi, Fang Ping hendak makan siang tapi diinformasikan Wu Zhihao untuk menemui wali kelas di kantor.
Di luar kelas: Wu Zhihao, Yang Jian, plus Liu Ruoqi yang kurang akrab, total 4 orang termasuk Fang Ping.
Wu Zhihao menjelaskan sambil berjalan: "Guru bilang besok Senior Wang datang ke sekolah kita. Sekolah mengatur tim penyambut - guru berusaha maksimal untuk kita."
Meski menyambut tak menjamin keuntungan, tapi kontak lebih dini saat sedikit orang, Senior Wang mungkin akan membocorkan sesuatu yang berguna.
Kau juga tahu, ujian praktik ilmu bela diri tahap ketiga di Kota Yang biasanya diselenggarakan bersama oleh beberapa sekolah bela diri besar Nanjiang dan dinas pendidikan. Bisa jadi Senior Wang juga tahu sedikit kabar tentang ini.
Materi ujian setiap tahun terkadang berbeda-beda..."
Wu Zhihao menjelaskan panjang lebar, Fang Ping lalu bertanya dengan bingung: "Tapi kenapa harus kita yang disuruh menjemput orang?"
SMA No.1 punya banyak kelas, termasuk dua kelas unggulan. Kelas 3-4 sama sekali tidak punya keistimewaan khusus.
Wu Zhihao malah tersenyum lebar: "Lupa? Siapa wali kelas kita? Kepala departemen administrasi akademik itu murid lama wali kelas kita, hal kecil seperti ini bukan masalah!"
Mendengar ini, Fang Ping baru teringat.
Wali kelas mereka termasuk senior di sekolah. Kepala departemen administrasi akademik memang mantan muridnya, tapi bukan dari SMA melainkan SMP.
Liu Anguo dulu mengajar di SMP, baru beberapa tahun kemudian pindah mengajar SMA.
Tapi justru karena itu, meski pengalaman mengajarnya panjang, karir Liu Anguo yang dimulai dari guru SMP tidak secemerlang guru yang langsung mengajar SMA.
Muridnya sendiri sudah jadi kepala departemen, sementara Liu Anguo masih menjadi wali kelas biasa kelas 3 SMA.
Fang Ping kini mengerti maksud wali kelas menyuruh mereka ke kantor.
Tapi sambil memandangi beberapa teman di sekitarnya, hati Fang Ping berdesir. Ia tak tahu apakah dirinya termasuk karena insiden ujian kemarin sudah diketahui wali kelas.
Atau karena keadaan keluarganya yang kurang mampu, sehingga wali kelas memberikan perhatian khusus.
Mungkin kedua alasan itu ada. Fang Ping hanya menghela napas, setidaknya ia merasa sang wali kelas cukup baik hati.
