Nama Wang Jinyang bukan pertama kalinya Fang Ping mendengarnya.
Di hari pertama sadar, Yang Jian sudah membicarakannya.
Kemudian Chen Fan mulai menyebut, Wu Zhihao juga membahas, bahkan wali kelas pun ikut mengomentari.
Singkatnya, dalam beberapa hari ini meski tak mengenal langsung Wang Jinyang, Fang Ping bisa merasakan betapa termasyhurnya nama itu.
Seorang murid kelas biasa dengan prestasi akademik pas-pasan yang berhasil lolos ke Universitas Ilmu Bela Diri - di Kota Yangcheng yang kecil ini, itu memang layak disebut fenomena.
Reputasi Wang Jinyang bahkan sempat mengalahkan popularitas siswa lain yang lolos ujian ilmu bela diri tahun sebelumnya.
……
Saat keluar dari ruang guru, pikiran Fang Ping masih terpaku pada perkataan wali kelasnya.
Pak Wali Kelas benar-benar memberinya perhatian khusus kali ini.
Menurut Liu Anguo, siswa lain sudah mempersiapkan ujian ilmu bela diri sejak lama sehingga semua informasi relevan sudah mereka ketahui.
Tapi Fang Ping berbeda - pendaftarannya terlalu mendadak.
Jika kemarin Liu Anguo masih meragukannya, setelah mengetahui hasil tes semalam, sang guru mulai yakin Fang Ping bisa menciptakan keajaiban seperti Wang Jinyang.
Kebetulan, ada beberapa kesamaan antara Fang Ping dan Wang Jinyang.
Keduanya bukan juara kelas, berasal dari keluarga biasa. Meski pendaftaran Wang Jinyang tak semendadak Fang Ping, tetap saja tak ada yang menyangka dia bisa lolos tepat sebelum ujian nasional.
Liu Anguo berharap dengan mengunjungi Wang Jinyang, Fang Ping mungkin akan mendapat pencerahan dan pelajaran berharga.
Karena itulah nama Fang Ping tercantum dalam daftar penjemputan kali ini.
Di koridor luar kantor, Wu Zhihao dengan wajah berseri-seri tersenyum lebar berkata: "Tak menyangka wali kelas kita begitu hebat, kali ini ternyata hanya kelas kitalah yang bertugas menjemput."
Benar, kali ini hanya 4 orang dari Kelas 12-4 yang bertugas menjemput. Tentu saja, sekolah juga menyediakan mobil dan supir.
Bukan karena para guru di sini sok tinggi hati. Sebenarnya, setelah Wang Jinyang masuk Universitas Wu, prestasinya setelah lulus pasti melebihi mereka. Banyak guru yang justru ingin menjilat.
Namun sebelumnya saat berkomunikasi dengan sekolah, Wang Jinyang bilang tak perlu repot-repot, dia bisa langsung datang ke sekolah sendiri.
Akhirnya karena tak tegas menolak antusiasme sekolah, dia mengusulkan cukup beberapa adik tingkat saja yang datang, tak perlu menyusahkan para guru.
Meski mungkin ini sekadar basa-basi, akhirnya sekolah memutuskan hanya mengirim siswa untuk menghindari kecanggungan.
Liu Anguo kali ini benar-benar nekat. Wu Zhihao dari kelasnya punya harapan besar lolos ujian ilmu bela diri, jadi awalnya Liu hanya ingin mengutus Wu Zhihao untuk kontak.
Setelah tahu urusan Fang Ping, dia juga ingin membantu Fang Ping memperjuangkan kesempatan.
Lalu ingat kalau keduanya sudah ikut, murid kelasnya Yang Jian dan Liu Ruoqi juga berprestasi lumayan, akhirnya dia putuskan ajak semua.
Alhasil, pagi-pagi buta Lao Liu sudah nongkrong di depan kantor kepala administrasi, bersikeras tak mau pergi sebelum permintaannya dikabulkan!
Saat ini kepala sekolah sedang tak ada di tempat, banyak urusan ditangani kepala administrasi. Diblokir guru sendiri, dengan perasaan campur aduk, kepala administrasi itu akhirnya mengangguk sambil tersenyum pahit.
Bagaimanapun ini hanya menjemput orang, bisa dianggap pekerjaan yang membutuhkan perjalanan, beberapa murid kelas unggulan bahkan tidak mau pergi.
Pada akhirnya, urusan menjemput ini jatuh ke pundak beberapa orang dari kelas (4).
Wu Zhihao berkata sambil menoleh ke Fang Ping dan yang lain: "Kalian tidak perlu ikut kelas pagi besok, kita berkumpul di gerbang sekolah sebelum pukul 9, naik mobil sekolah bersama ke stasiun.
Urusan makan siang juga akan kita temani Saudara Wang.
Sore hari kita akan mengantar Saudara Wang kembali ke sekolah, lalu misi selesai."
Yang Jian dan Liu Ruoqi mengangguk, sementara Fang Ping penasaran bertanya: "Saudara Wang ini petarung tingkat berapa?"
Pertanyaan ini membuat Wu Zhihao terdiam sejenak, akhirnya dengan senyum pahit menjawab: "Tidak tahu. Universitas bela diri relatif lebih misterius dibanding universitas biasa, banyak hal tidak diumumkan.
Tingkat petarung Saudara Wang, kita juga tidak tahu.
Tapi Saudara Wang masih tahun pertama. Universitas Bela Diri Jiangnan cukup bagus di wilayah Jiangnan, tapi secara nasional termasuk biasa saja.
Kalau harus menebak, mungkin sekitar tingkat satu atau dua."
Begitu dia selesai, Liu Ruoqi yang selama ini diam tiba-tiba berkata: "Tingkat satu dua? Apa kalian benar-benar mengira semua murid universitas bela diri adalah petarung?"
Dia hanya mengatakan ini satu kalimat, lalu langsung pergi.
Setelah kepergiannya, Fang Ping sambil berpikir berkata: "Dari nada bicaranya, murid universitas bela diri belum tentu semuanya petarung?"
Wu Zhihau tersenyum pahit: "Sepertinya begitu. Detailnya aku tidak tahu. Katanya ada lulusan universitas bela diri yang sampai wisuda belum jadi petarung. Tapi hal seperti ini masih jauh dari kita, situasi sebenarnya bagaimana kita juga tidak tahu."
Fang Ping mengangguk ringan, rupanya masuk ke Universitas Bela Diri pun belum tentu bisa menjadi petarung, tak heran status petarung semakin diagungkan.
Sedangkan apakah Wang Jinyang seorang petarung, sekarang juga sulit dipastikan.
Tapi bagaimanapun, ini akan menjadi sosok pertama yang benar-benar terkait dengan petarung yang akan Fang Ping temui.
Selama ini hanya mendengar legenda petarung, kenyataannya di seluruh SMA No.1 pun hampir tak ada yang pernah berinteraksi langsung dengan petarung sejati.
Untuk sesaat, Fang Ping malah merasa mulai berharap.
……
Setelah makan siang dan memfotokopi catatan Wu Zhihao, 50 yuan di tangannya habis lagi.
Tanpa uang di tangan, dia malu mengajak Wu Zhihao makan.
Tentu Wu Zhihao tidak terlalu mempermasalahkan ini, tapi hutang budi ini tetap Fang Ping catat.
Baru beberapa hari reinkarnasi, hutang budi sudah menumpuk: dari wali kelas sampai Wu Zhihao.
Terkadang, hutang budi lebih sulit dilunasi daripada uang.
Menyimpan semua urusan ini, siang itu Fang Ping kembali fokus membaca dan mereview pelajaran.
……
Malam hari.
Saat Fang Ping pulang, adik perempuan dan ibu sudah di rumah, sedangkan ayah Fang Mingrong belum kembali.
Seperti biasa, pulang tanpa mencubit pipi Fang Yuan terasa aneh baginya.
Akibatnya adik-beradik ini kembali berkejaran, sementara Li Yuying yang sedang menyiapkan makan malam hanya bisa geleng-geleng, dua anak ini tak pernah bisa tenang saat bersama.
Saat mereka kelelahan bermain, Fang Mingrong akhirnya tiba di rumah.
Baru masuk pintu, Fang Mingrong langsung bertanya: "Uang sudah diambil?"
Li Yuying mengangguk, Fang Mingrong menoleh ke arah Fang Ping: "Nanti suruh ibumu memberimu 20 ribu yuan. Jangan lupa ucapkan terima kasih pada teman sekelasmu itu, juga pada orang tuanya. Kali ini Ayah tidak akan datang ke rumah mereka. Setelah ujian gaokao selesai, kita harus mengundang mereka makan."
Hari ini Fang Mingrong pergi ke pabrik dan menanyakan pada kepala bengkel.
Pil Qi dan Darah memang berharga 30 ribu yuan per butir, dan apotek tidak mau menawar.
Ketika Fang Mingrong bertanya apakah bisa dibeli dengan 20 ribu, hampir terkena semburan air liur sang kepala bengkel.
Secara teknis bisa dibeli, ini bukan rahasia, tapi siapa Fang Mingrong ini?
Bahkan kepala bengkel ini tahun lalu saat membeli obat untuk ujian gaokao putranya, ingin beli yang lebih murah saja tidak bisa menemukan jalur, apalagi Fang Mingrong.
Akhirnya, Fang Mingrong menyerahkan niatnya untuk tidak berhutang budi.
Saat ini, kondisi keluarga tidak terlalu baik. Bahkan jika Fang Ping benar lulus ujian petarung, tetap butuh uang. Jika tidak lulus, harus lebih berhemat.
10 ribu yuan bukan jumlah kecil. Jika bisa menghemat, berhutang budi pun tak apa.
Begitu ayah menyetujui, hati Fang Ping langsung lebih lega.
Dengan uang, banyak hal jadi lebih mudah.
Beberapa hari ini dia sangat sibuk. Meski ada keinginan mencari uang, tidak punya waktu.
Untuk memastikan bisa lulus jurusan bela diri, meminjam uang dari orang tua adalah pilihan terakhir.
Setelah makan malam, Li Yuying masuk kamar untuk mengambil uang bagi Fang Ping.
Saat 20 ribu yuan diserahkan ke tangan Fang Ping, matanya berkunang-kunang, data muncul kembali:
Kekayaan: 20000
Qi dan Darah: 1.1
Spiritual: 1
Fang Ping menghela napas, rupanya tebakannya benar. Hanya uang yang diberikan orang tua kepadanya yang bisa diubah menjadi nilai kekayaan.
Selain itu, Fang Ping tak bisa menahan diri untuk tidak menyindir, sepertinya dirinya lebih hebat dari mesin penghitung uang.
Uang kurang atau ada uang palsu, langsung ketahuan hanya dengan sekali pandang tanpa perlu dihitung.
Andai saja kemampuan ini bisa digunakan pada uang orang lain, meski gagal masuk jurusan bela diri dan tidak menjadi petarung, bekerja sebagai teller bank pun pasti bisa memenangkan kejuaraan nasional.
Mengesampingkan pikiran kacau ini, Fang Ping memberi salam pada orang tua lalu mengurung diri di kamar kecilnya.
……
Di dalam kamar.
Menatap panel antarmuka, Fang Ping sedikit ragu: lebih baik meningkatkan qi-darah atau spiritual?
Fungsi qi-darah sekarang sudah dia pahami.
Apa manfaat peningkatan kemampuan spiritual?
Seperti dugaan sebelumnya, apakah bisa meningkatkan daya ingat dan pemahaman?
Meski tidak sepenuhnya yakin, Fang Ping segera mengambil keputusan untuk mencoba meningkatkannya.
Lagipula ada 20.000 poin kekayaan. Jika peningkatan spiritual tidak efektif, sisa 10.000 poin masih bisa dipakai untuk qi-darah.
Nilai qi-darah juga tidak perlu terlalu tinggi. Saat ini siswa terkuat di Sekolah No.1 baru mencapai 120 kkal lebih. Jika Fang Ping benar-benar mencapai di atas 130 kkal, belum tentu baik akibatnya.
Setelah mantap hati, Fang Ping mengikuti pengalaman sebelumnya dan berbisik: "Tambahin spiritual, atau kubunuh kau!"
“……”
Data tidak bergerak. Fang Ping merasa canggung sejenak.
Apakah sistem ini benar-benar bekerja? Bukannya kemarin bisa langsung seperti ini?
“Setelah beberapa kali percobaan, Fang Ping akhirnya menyadari bahwa perubahan data tidak ada hubungannya dengan mantra yang tidak bisa diandalkan. Cukup fokuskan perhatian dan memikirkan hal tersebut, maka data akan berubah.”
“Setelah membuang banyak waktu, Fang Ping akhirnya meningkatkan kemampuan spiritualnya.”
“Tak lama kemudian, data di depannya mulai menunjukkan perubahan.”
“Harta: 10000”
“Qi dan Darah: 1.1”
“Spiritual: 1.1”
……
“Saat kemampuan spiritualnya meningkat, Fang Ping tiba-tiba merasakan kesejukan menyapu otaknya.”
“Seperti sentuhan lembut tangan gadis yang sedang membelai kepalanya, memberikan kenyamanan yang luar biasa.”
“Huu...”
“Setelah beberapa saat, Fang Ping tersadar sambil menghembuskan napas berat. Dia merasa segar bak dewa, semua kelelahan sepanjang hari buyar tak berbekas.”
“Tanpa buru-buru meningkatkan qi dan darah, Fang Ping segera mengambil buku pelajaran dan mulai belajar.”
……
“Sepuluh menit kemudian, dia menutup buku sambil mengingat-ingat materi yang baru dibaca. Alisnya berkerut perlahan.”
“Tidak ada ingatan fotografis seperti yang dibayangkan, meski ada sedikit peningkatan memori yang tidak terlalu signifikan.”
“Fang Ping tak tahu apakah ini sekadar penghiburan diri atau memang fakta.”
“Tapi dia menduga ini terkait peningkatan spiritual yang masih minim.”
“Persis seperti peningkatan qi dan darah: meski mencapai 110 kal, Fang Ping bukanlah manusia super. Bahkan dalam duel satu lawan satu dengan Yang Jian, pasti dia akan babak belur.”
“Qi, darah, dan spiritual hanyalah modifikasi tubuh yang tetap membutuhkan latihan dan penerapan nyata.”
Setelah memahami semua prinsip ini, Fang Ping pun tidak terburu-buru lagi.
Yang penting efektif, selanjutnya tinggal mencari cara untuk meningkatkan kedua data ini. Kenaikan 0.1 tidak signifikan, bagaimana jika dilipatgandakan?
Mengingat besok harus menjemput seseorang, Fang Ping tidak begadang. Setelah membersihkan diri, ia segera terlelap.
