Kantor penjualan properti.
Setelah mengonfirmasi niat beli Fang Ping, kepala bagian yang bertugas langsung menerimanya.
Perumahan Danau View sudah dibuka dua tahun, unit tersisa sedikit. Pengembang juga tak mau buang banyak energi di sini.
Apalagi untuk pembelian tunai, diskonnya memang lumayan.
Tunai, diskon 5%.
Pajak properti dan dana perawatan gratis semua.
Setelah hitung-hitungan, akhirnya kepala bagian memutuskan dengan wajah seperti rugi besar, "Tuan Fang bayar DP 20% sekarang, saya bisa minta persetujuan atasan untuk potong harga lagi! Total akhirnya cukup 810 ribu saja!"
810 ribu untuk 186 meter persegi, interior mewah.
Kira-kira 4.350 per meternya.
Renovasi standar pengembang memang lebih murah, tapi biaya listrik, air, lantai, dan dinding tetap tidak kecil.
Harga tanah mentahnya sebenarnya di bawah 4.000 per meter.
Untuk rumah duplex, harga segini tidak bisa dibilang mahal, bahkan dibanding perumahan biasa.
Unit sisa memang lebih murah, luas lantai dua duplex juga membuatnya terlihat lebih besar.
Orang kota Yang sekarang lebih suka tinggal di vila di pinggiran kota.
Keluarga biasa yang bersedia membeli rumah senilai 800 ribu lebih yuan, tidak langka di kota besar tapi sangat sedikit di kota kecil.
Meski ingin membeli rumah duplex, warga Yangcheng lebih memilih membeli rumah split-level yang tidak menghitung luas lantai dua.
Saat kepala memberikan penawaran harga, Fang Ping justru melamun.
Saat ini, Fang Ping sedang memikirkan Huang Bin.
3 butir Pil Energi Vital kelas satu, harganya 900 ribu yuan!
Bagi Huang Bin yang merupakan petarung puncak kelas dua, 3 pil ini hanyalah suplemen energi vital harian.
Jika digunakan boros, habis dalam sebulan.
Jika dihemat, satu pil per bulan, tiga bulan pun akan habis.
Seorang petarung kelas dua mengonsumsi suplemen setara harga rumah yang tak terjangkau orang tua Fang Ping seumur hidupnya - hanya dalam sebulan!
Inilah jurang pemisah antara rakyat biasa dan petarung!
Bagaikan langit dan bumi!
Terutama Huang Bin yang bahkan termasuk petarung kelas menengah ke bawah.
Di tengah lamunan Fang Ping, sang kepala mulai gelisah.
Untungnya Fang Ping segera sadar, "Saya tidak akan menawar harga, tapi urus semua prosedur dengan cepat."
"Kontrak bisa ditandatangani hari ini. Saya bayar uang muka 210 ribu yuan dulu."
"Sisanya akan saya transfer setelah prosedur selesai dan rumah diserahkan."
Mendengar ini, sang kepala pun terkesima: "Pemuda ini benar-benar lancar!"
Tidak bertele-tele, krusialnya punya uang cukup.
Sebenarnya Fang Ping bisa menawar hingga 800 ribu yuan jika mau bersabar.
Tapi melihat ekspresi kepala yang harus minta persetujuan atasan... Fang Ping memilih tak bernegosiasi.
Bolak-balik begini, belum tahu akan memakan waktu berapa lama.
Saat ini, Fang Ping punya banyak urusan: mempersiapkan ujian masuk Jalan Pedang, pelajaran akademik, plus latihan fisik.
Waktu mepet, demi urusan sekitar 10.000 yuan, mungkin harus bolak-balik beberapa kali.
Menurut Fang Ping, ini tidak sebandung.
Fang Ping yang blak-blakan bikin Kepala departemen penjualan senang - beli rumah tunai, prosedurnya simpel, tidak perlu KPR, proses lebih ringkas.
Apalagi Fang Ping mau bayar uang muka di atas 20%, makin gampang.
Tak lama, kedua pihak langsung tandatangani kontrak pembelian rumah.
Tanpa KPR, Fang Ping cuma perlu kasih fotokopi KTP dan buku registrasi keluarga.
Pagi tadi sebelum berangkat, Fang Ping sudah siapkan semuanya: KTP selalu di dompet, buku registrasi keluarga dia ambil dari kamar orang tua dan dibawa juga.
Langsung difotokopi di tempat, Fang Ping tanda tangan kontrak pembelian dan kontrak kuasa, lalu keluarkan 210.000 yuan cash dari tas...
Karena sama-sama buru-buru, prosesnya lancar tanpa hambatan.
Satu-satunya insiden kecil: Kepala departemen melihat umur di KTP Fang Ping lalu memuji habis-habisan.
Tahu Fang Ping masih muda, tapi baru 18 tahun? Lebih muda dari perkiraan!
Pemuda seusia ini beli rumah tanpa konsultasi orang tua, berarti keluarga super kaya sampai 100-200 ribu yuan tak dianggap.
Atau si pemuda sendiri punya kemampuan, keluarganya percaya penuh sampai beli rumah tak perlu musyawarah.
Tentu opsi kedua juga harus punya uang!
Apapun kasusnya, ini membuktikan Fang Ping memang luar biasa di Kota Yang.
Dalam waktu kurang dari setengah jam, Kepala dengan wajah penuh senyuman mengantar Fang Ping keluar: "Tuan Fang, Perumahan Guanhu Yuan kami sudah dibuka selama dua tahun. Prosedur pengurusan akan cepat selesai.
Dengan adanya perjanjian perwalian Anda, Anda tidak perlu hadir secara langsung saat proses pengurusan dokumen.
Dalam beberapa hari, setelah sertifikat properti selesai, Anda bisa langsung datang untuk mengambilnya.
Saat itu, mohon siapkan pelunasan dan selesaikan proses serah terima..."
Ia mengingatkan Fang Ping untuk menyiapkan uang, sementara urusan lainnya tidak perlu dipusingkan.
Di zaman sekarang, uang adalah raja.
Jika tidak punya uang dan harus kredit, masalah akan berlipat ganda—entah berapa kali harus bolak-balik ke bank.
Tapi Fang Ping membayar tunai, semua kesulitan itu lenyap.
Sang Kepala mengantar Fang Ping hingga cukup jauh dari gedung penjualan sebelum akhirnya berpaling dengan riang.
……
Fang Ping yang meninggalkan kantor penjualan pun merasa lega.
Dengan 810 ribu yuan, ia mendapatkan rumah duplex yang cukup luas—masih dalam batas kemampuannya.
Dana yang dimilikinya saat ini melebihi 1,22 juta yuan.
Bahkan setelah membeli rumah, masih tersisa lebih dari 400 ribu yuan. Untuk membeli peralatan fitnes dan keperluan latihan, jumlah itu masih mencukupi untuk sementara waktu.
Selain itu, ia masih memiliki banyak obat latihan yang cukup hingga mencapai tingkat petarung.
Sebelum menjadi petarung, Fang Ping tak perlu khawatir tentang masalah keuangan.
Setelah menyandang status petarung, ditambah sistem yang menguasai arah tren besar...
Fang Ping tidak terlalu cemas akan kesulitan finansial di masa depan.
……
Usai mengurus properti, Fang Ping langsung pulang tanpa berlama-lama di luar.
“Hari ini mungkin paket Wang Jinyang sudah sampai, Fang Ping sudah tidak sabar lagi.”
Kembali ke rumah.
Fang Yuan baru saja bangun, sedang duduk di sofa menonton TV.
Melihat Fang Ping kembali, Fang Yuan sambil menguap bertanya: “Fang Ping, pagi-pagi kamu pergi ke mana?”
Gadis ini, baru bangun tidur, jelas lupa kejadian kemarin.
Sebelumnya sudah direncanakan, sebelum menguras tabungan rahasia kakak, harus memanggil “Kakak”.
Sekarang langsung menyebut namanya, jelas tidak ingat hal ini.
Fang Ping tidak mempermasalahkannya, menjawab santai: “Pergi menghirup udara segar, sudah sarapan?”
“Belum.”
Fang Yuan membuka mulutnya, menguap lagi.
“Ada kurir yang datang?”
“Sepertinya tidak?” Fang Yuan tampak bingung: “Kamu beli sesuatu?”
“Iya, beberapa buku persiapan ujian Jalan Pedang.”
Mendengar itu buku pelajaran, Fang Yuan langsung kehilangan minat, malas berkata: “Makan siang apa?”
Sarapan belum dimakan, gadis ini sudah mikir makan siang.
Saat ini, Fang Yuan ingat kalau Fang Ping masih punya tabungan rahasia.
Kakak punya tabungan rahasia, pasti makan siangnya enak.
Sebelum Fang Ping jawab, Fang Yuan sudah riang berkata: “Fang Ping, bagaimana kalau makan KFC? Aku belum pernah, kata temanku enak banget!”
“Makanan cepat saji bule, enak apa?”
Fang Ping meremehkan, tapi kalimat berikutnya Fang Yuan hampir membuatnya tersedak: “Kakak, coba dong.
Sebelumnya aku dengar orang bilang, CEO KFC atau perusahaan induknya di Tiongkok adalah ahli level tujuh.
Kalau kamu makan sayap ayam mereka, mungkin bisa dapat pencerahan dan jadi ahli jalan pedang..."
"Ahem... ahem... ahem..."
Fang Ping benar-benar tersedak, apa hubungan antara kedua hal ini?
Pertama-tama, CEO regional Tiongkok dari Yum! Brands yang merupakan ahli level tujuh membuat Fang Ping agak bingung.
Selain itu, apa ayam mereka juga berlatih bela diri? Makan saja bisa jadi ahli jalan pedang?
Fang Ping yang merasa geli akhirnya mengiyakan permintaan adiknya.
Bukan karena alasan makan ayam bisa jadi ahli jalan pedang seperti kata adiknya, tapi karena kalimat sebelumnya.
"Aku belum pernah makan di sana..."
Fang Yuan sekarang kelas 2 SMP, 14 tahun.
Di keluarga yang kondisi ekonominya lebih baik, anak perempuan seusianya makan KFC beberapa kali itu hal biasa.
Keluarga Fang memang tidak terlalu mampu, tapi bukan berarti tidak sanggup membeli.
Kuncinya Fang Yuan sendiri sangat mengerti keadaan, dia tidak pernah meminta ke orang tua, hanya memeras Fang Ping.
Sebelumnya Fang Ping juga tidak punya uang jajan banyak, sekarang setelah dapat uang, Fang Yuan merasa dirinya juga berjasa lalu ingin memeras sang kakak.
Fang Ping sekarang masih membawa cash lebih dari sepuluh ribu, mentraktir adiknya makan fast food bule memang bukan masalah.
……
Menunggu di rumah sampai siang tapi paket belum datang, Fang Ping tidak melanjutkan penantian dan mengajak Fang Yuan makan di luar.
Fang Yuan yang pertama kali makan KFC terlihat sangat antusias.
“Makan apa saja bilang enak, Fang Ping yang selera makannya tidak terlalu besar, tertular Fang Yuan akhirnya juga makan banyak.”
Setelah makan satu kali, kedua kakak-beradik ini menghabiskan lebih dari seratus yuan.
Bagi Fang Yuan, ini termasuk kemewahan yang luar biasa.
Saat makan tidak terpikir, tapi di perjalanan pulang dia tak tahan menyalahkan diri: "Lain kali jangan ke sini lagi! Rasanya tidak enak, harganya mahal banget!"
"Tidak enak kenapa tadi makan sebanyak itu?" Fang Ping menggoda.
Fang Yuan memerah pipi, bersikukuh: "Kamu pesan terlalu banyak, aku takut mubazir jadi terpaksa makan!"
"Jangan makan di sini lagi!"
"Lagipula kamu boros banget pakai uang. Sisa uangmu serahkan padaku, nanti kalau butuh baru aku kasih..."
Fang Ping meliriknya, "Berani-beraninya kamu ngomong begitu?"
Uang yang masuk ke tangan si kikir kecil ini, hampir mustahil Fang Ping bisa minta kembali.
Kemungkinan besar uang itu akan diserahkan ke orang tua oleh adiknya.
Fang Ping mengabaikannya. Saat tiba di depan apartemen, dia melihat truk kurir.
Fang Ping buru-buru mendekat, "Ada paket untuk Blok 6 Unit 101?"
Kurir yang sedang hendak menelepon lega, "Tadi ketuk pintu tidak ada jawaban. Kebetulan Anda yang punya paket?"
"Ya, saya Fang Ping."
"Silakan tanda tangan di sini."
Setelah memastikan identitasnya, kurir mengeluarkan kardus dari truk.
Fang Ping melirik, sedikit heran. Apa perlu sebuah buku dimasukkan ke dalam kotak?
Sambil menandatangani paket, Fang Ping mengangkat kotak itu. Cukup berat, sepertinya bukan hanya satu buku.
Wang Jinyang tidak menjelaskan apa yang dikirimkannya, Fang Ping pun tidak bertanya.
Sekarang tampaknya Lao Wang mungkin mengirim lebih banyak barang.
Setelah menandatangani paket, Fang Ping langsung membawa kotak pulang dengan langkah cepat dan ekspresi bersemangat.
Dibandingkan membeli rumah dengan uang di pagi hari, emosi Fang Ping kali ini jauh lebih bergolak.
