Rabu.
Begitu pelajaran pagi selesai, Fang Ping langsung menuju Permata Danau.
Kantor penjualan.
Setelah melunasi pembayaran terakhir, Fang Ping menerima berbagai dokumen dan kunci, lalu memeriksa rumah untuk proses serah terima.
Setelah pelunasan, tabungan dan uang tunainya tersisa sekitar 410 ribu lebih.
……
Staf kantor penjualan pergi.
Tanpa gangguan orang lain, Fang Ping merasa jauh lebih lega.
Seseorang berjalan berputar di dalam ruangan kosong, suasana hati Fang Ping sangat menyenangkan.
Baru beberapa hari, dirinya sudah membeli sebuah rumah besar.
Begitu terbayang reaksi Fang Yuan saat tahu dia membeli rumah besar, Fang Ping yakin pasti sangat menarik.
Tapi untuk sementara Fang Ping belum mempersiapkan untuk memberi tahu keluarga, bahkan jika ingin bicara, harus menunggu Ujian masuk perguruan tinggi selesai.
Kalau dirinya lolos ujian Jalan Pedang, nanti bisa beralasan entah bekerja sama dengan Wang Jinyang atau investasi dini perusahaan besar.
Kalau keluarga tahu sekarang, pasti akan membuat orang tua khawatir.
"Beli peralatan fitness, furniture sementara tidak usah dibeli."
"Harus beli sofa dan meja kursi yang diperlukan, kalau tidak malah tidak ada tempat duduk."
"Oh iya, juga harus beli tempat tidur, mungkin akan menginap di sini..."
Setelah merencanakan kebutuhan belanja, Fang Ping langsung berangkat tanpa menunda.
……
Satu jam kemudian.
Fang Ping keluar dari pusat furniture terbesar di kota.
Semua kebutuhan sudah dipesan, uang muka dibayar, akan diantar dalam satu-dua hari ke depan.
Sofa dan meja kursi tidak dibeli yang terlalu bagus, asal bisa dipakai.
Tapi untuk peralatan fitness, Fang Ping memilih yang kualitas menengah ke atas.
Bahkan setelah dia selesai pakai, masih bisa diberikan ke Fang Yuan, tidak mubazir.
Sofa dan meja kursi tidak menghabiskan banyak uang, tapi peralatan justru menguras dompet.
Setelah dihitung-hitung, setelah melunasi semua, uang yang tersisa sekitar 390 ribu yuan.
……
Kembali ke sekolah, Chen Fan penasaran bertanya: "Fang Ping, kok akhir-akhir ini kamu muncul dan menghilang seperti naga?"
Dulu siang hari Fang Ping tidak pulang ke rumah, dia juga tidak pulang.
Saat dua orang pergi ke kantin atau makan di luar lebih sering terjadi, belakangan jarang terpantau Fang Ping.
“Belakangan ada urusan, cukup sibuk.”
“Meski Anda mendaftar Jalan Pedang, tapi ujiannya sulit, ujian teori jangan diabaikan...”
Chen Fan tidak bosan-bosannya memberi teguran sekali lagi, Fang Ping mengangguk sambil tersenyum.
Ini baru diucapkan kalau sudah akrab, kalau tidak familiar, mungkin ingin Anda tidak baca buku, mengurangi lawan kompetisi.
Kedua orang itu sedang berbicara, Yang Jian di barisan depan menoleh dan berkata: "Fang Ping, mau berlatih bersama malam ini?"
Beberapa hari sebelumnya, Fang Ping sibuk mencerna efek peningkatan qi dan darah.
Tidak ada waktu, dan juga merasa tidak perlu ikut berlatih bersama mereka.
Tapi sekarang setelah mempelajari teknik bela diri, beberapa hari ini saat berlatih kuda-kuda atau meditasi di rumah terasa kurang leluasa.
Rumah baru itu masih kosong, untuk sementara Fang Ping juga belum mau pindah. Mumpung ada kesempatan, tidak ada salahnya melihat cara orang lain berlatih.
Setelah berpikir sejenak, Fang Ping mengangguk: "Baik, malam ini kita berlatih bersama."
Yang Jian sebenarnya hanya sekadar iseng bertanya. Beberapa kali undangan sebelumnya selalu ditolak Fang Ping.
Tak disangka, kali ini dengan ajakan casual saja, Fang Ping ternyata langsung menyetujui. Yang Jian sampai kaget dan belum bisa bereaksi seketika.
Tapi tak lama kemudian Yang Jian terkekeh: "Baik, nanti pulang sekolah kita bersama."
Fang Ping, nanti di sana akan banyak orang, beberapa siswa berprestasi sekolah juga banyak yang berlatih di sana.
Lihat metode latihan orang lain, mungkin bisa membantu Anda."
"Baik..."
“……”
Keduanya sepakat pulang bersama, tak berbicara lebih lanjut, mulai menunggu guru memulai kelas.
……
Tak lama kemudian, jadwal kuliah sore pun berakhir.
Di Jurusan Sastra, beberapa siswa masih mengikuti belajar malam, tapi calon petarung seperti Fang Ping hampir tidak pernah hadir.
Wu Zhihao dan yang lain sudah tahu Fang Ping akan ikut latihan kelompok malam ini.
Sambil berjalan keluar, Wu Zhihao tersenyum: "Fang Ping, pasti belum pernah ke area gedung olahraga kan? Dijamin matamu akan terbelalak!"
"Gedung olahraga" yang dia maksud adalah fasilitas khusus SMA 1 untuk mempersiapkan tubuh calon petarung.
Tidak semua murid punya gym pribadi.
Pun jika ada, suasana berbeda.
Wu Zhihao sebenarnya bisa berlatih di rumah, tapi lebih suka ke gedung olahraga bersama teman-teman.
Keramaian memang sedikit kacau, tapi saling membandingkan progres dengan sesama justru memberi motivasi.
Latihan sendirian terlalu membosankan, banyak yang tidak tahan kesepian.
Fang Ping menanggapi: "Terbelalak? Memangnya latihan fisik bisa jadi pertunjukan?"
Sebelum Wu Zhihao menjawab, Zhang Hao menyeringai: "Fang Ping, kau tak mengerti kan!
Calon petarung bukan cuma pria, banyak juga siswi.
Masa saat latihan masih dibungkus seperti bakcang?
Nah, nanti kau lihat sendiri..."
Sebelum selesai bicara, Zhang Nan - salah satu siswi calon petarung Kelas (4) - memotong kesal: "Jangan norak! Fang Ping tidak sepertimu! Mata keranjang terus, memalukan kelas kita!"
Zhang Hao juga tidak memperhatikan, sambil tertawa ke arah Fang Ping berkata: "Perkataan Zhang Nan mengerti tidak? Kita jangan menatap cewek kelas lain, menatap dia saja sudah cukup."
"Pergi!" Zhang Nan memutar mata putih.
"Jangan marah begitu, semakin kau marah semakin aku takut lihat, nggak ada yang ngeliat, kan rugi besar..."
"Zhang Hao, kau cari pukulan ya?"
“……”
Keduanya saling menggoda seperti biasa, yang lain sudah terbiasa melihatnya.
Wu Zhihao langsung mengacuhkan mereka, sambil berjalan tertawa: "Jangan dengar omong kosong Zhang Hao, lihat cewek juga termasuk salah satu benefit, tapi ini bukan titik fokus.
Di area gym ada banyak siswa berprestasi dari kelas lain, beberapa punya metode latihan sendiri.
Kita bisa melihat, kalau efektif, kita bisa pakai juga.
Tapi kita sekarang sudah hampir terbentuk pola, Fang Ping kau bisa observasi, belajar secara sistematis."
Fang Ping mengangguk, sambil mengobrol mereka sudah sampai di depan pintu gym.
Gym ada penjaganya, tidak terbuka untuk umum.
Tapi murid SMA 1, baik jalur akademik maupun bela diri, boleh masuk, tentu dengan bayar.
Biayanya tidak mahal, sekali dua yuan, tidak pakai durasi.
Fang Ping membayar, yang lain tidak perlu karena yang sering ke sini bisa berlangganan paket bulanan.
Biaya ini sebenarnya untuk mencegah overcrowding, supaya tidak pada berduyun-duyun datang.
Dua yuan memang tidak mahal, tapi yang bukan benar-benar mau olahraga, juga tidak akan buang uang untuk lihat keramaian.
……
Lantai dua gym.
Begitu masuk, Fang Ping langsung merasakan gelombang panas menerpa.
Suara manusia riuh rendah, teriakan-teriakan tak henti.
"Tata letaknya mirip gym biasa, tapi yang ada di dalam saat ini semuanya remaja pria dan wanita."
Begitu Wu Zhihao dan teman-temannya masuk, langsung ada yang berseru: "Zhihao, sini!"
"Zhihao, ayo adu!"
"Yang Jian, energi vitalmu sudah berapa?"
“……”
Mereka semua dari sekolah yang sama. Peserta ujian Jalan Pedang SMA 1 kurang dari 300 orang, yang sering datang ke sini lebih sedikit lagi, sekitar kurang dari 200 orang.
Level energi vital Wu Zhihao cukup tinggi, termasuk yang terbaik di antara mereka, jadi banyak yang mengenalnya.
Mendengar seruan orang-orang, Wu Zhihao tersenyum: "Hari ini tidak adu, kita latihan sendiri."
Fang Ping berbisik: "Adu apa?"
"Biasanya hanya cari seru, adu push-up, pull-up, kadang tarik-tarikan..."
Wu Zhihao menjelaskan sekilas, lalu mengajak Fang Ping dan yang lain ke area yang lebih sepi.
Yang lain sudah punya rencana latihan masing-masing, mencari alat kosong untuk mulai berlatih.
Wu Zhihao menemukan mesin latihan multifungsi yang kosong, lalu mulai membimbing Fang Ping berlatih.
Meski Fang Ping sudah tahu cara menggunakannya, tapi karena Wu Zhihao bersemangat mengajari, dia tidak enak menolak. Sambil mendengarkan penjelasan, matanya jelalatan melihat sekitar.
Di lantai dua gedung olahraga cukup ramai, tapi karena luas, tidak terlihat terlalu padat.
Memang ada banyak cewek, yang tentu saja tidak memakai banyak pakaian saat latihan.
Tapi jujur saja, Fang Ping sama sekali tidak tertarik, dan tidak merasa ada daya tarik khusus.
"Sekelompok siswa SMA yang muda dan cantik, jika diganti di tepi pantai, Fang Ping pasti akan melirik beberapa kali."
"Tapi sekarang, semua berkeringat deras, bau keringat perempuan tidak lebih harum daripada laki-laki, dia pasti tidak mau mendekat."
Wu Zhihao sambil memberi petunjuk metode penggunaan peralatan kepada Fang Ping, berbisik: "Gedung olahraga masih ada lantai tiga."
"Hmm?"
"Lantai tiga sepi pengunjung, tapi lebih menarik dari lantai dua. Orang yang pertama kali datang biasanya suka melihat lantai tiga."
Wu Zhihao menjelaskan dengan suara rendah: "Kamu tahu, SMA 1 adalah sekolah terbaik di Kota Yang. Kota Yang juga punya petarung."
"Anak-cucu petarung, jika masuk SMA, hampir semuanya di SMA 1."
"Meski setiap angkatan keturunan petarung ini tidak banyak, tapi tetap ada."
"Di angkatan kita tahun ini, ada dua yang orang tuanya petarung."
"Ditambah siswa kelas 10 dan 11, total ada 7 orang di sekolah kita yang memiliki keluarga petarung."
"7 orang ini juga sering berlatih di sini."
"Tapi mereka biasanya tidak di lantai dua, melainkan berlatih di lantai tiga."
"Fang Ping, ada minat?"
"Kita juga boleh naik?" Fang Ping tampak sedikit terkejut.
"Tentu saja, sekolah tidak melarang. Tapi kami jarang ke sana biasanya."
"Peralatan di lantai tiga tidak banyak. Ditambah para anggota ini punya keluarga petarung, sulit bergaul dengan kami."
"Tapi kalau cuma melihat-lihat, mereka tidak akan protes. Biasanya orang baru suka melihat keramaian."
"Tentu saja kalau sering datang malas juga, lihat terus jadi tidak menarik."
Fang Ping mulai tertarik, berdiri sambil berkata: "Ayo naik lihat. Apakah energi vital mereka tinggi?"
“Ya begitulah, sedikit lebih tinggi dari kita, tapi tidak jauh berbeda.”
Wu Zhihao membawa Fang Ping naik ke lantai atas, kembali berbisik pelan: "Tingkatan petarung di Kota Yang umumnya tidak terlalu tinggi, syaratnya juga terbatas.
Yang benar-benar hebat, siapa yang mau menetap di Kota Yang?
Yang berperingkat tinggi, anak-anaknya juga tidak di SMA 1. Ada yang di SMA 1 Ruiyang, atau sekolah di kota besar."
Fang Ping akhirnya paham, pantasan jarang terdengar ada generasi kedua pejuang yang kuat di SMA 1.
Generasi kedua pejuang yang sekolah di SMA 1 umumnya memiliki orangtua petarung peringkat 1 atau 2, kebanyakan peringkat 1.
Lagipula sebagian besar adalah petarung masyarakat biasa, sumber daya latihan mereka sendiri terbatas, apalagi yang bisa diberikan ke anak-anak.
Energi vital mereka pun kalau lebih kuat, hanya sedikit di atas rata-rata.
Sambil mengobrol, mereka sudah sampai di lantai tiga.
Sangat luas dan sunyi!
Ini kesan pertama Fang Ping, sangat kontras dengan hiruk-pikuk di lantai bawah.
Orangnya juga sedikit!
Meski ada 7 generasi kedua pejuang di SMA 1, tidak semuanya selalu datang ke sini, apalagi berkumpul bersama.
Sekilas mata Fang Ping menyapu luasnya lantai tiga—hanya ada 5 orang, termasuk 2 yang jelas-jelas pengamat seperti mereka.
Yang benar-benar sedang berlatih hanya 3 orang.
Ya, sedang berlatih!
Bukan 《Metode Tempa》, latihan itu terlalu berbahaya untuk anak-anak petarung rendah, melainkan kuda-kuda!
Fang Ping yang sudah mempelajari 《16 Gerakan Kuda-kuda》 langsung mengenali 3 orang di lantai atas ini sedang berlatih kuda-kuda.
