Di hari-hari berikutnya, Fang Ping terus melakukan tempering tulang dan berlatih teknik tempur sambil mengikuti kelas pelatihan khusus.
Perlahan, gambaran kasar tentang liang bumi mulai terbentuk dalam benaknya.
Gambaran ini menjadi lebih nyata ketika guru membawa mereka ke Gedung 2 Area Selatan Universitas Bela Diri Kota Iblis untuk melihat peta wilayah.
……
Gedung 2.
Di lobi utama seluas ribuan meter persegi, satu-satunya benda yang ada adalah peta timbunan pasir raksasa berteknologi modern.
Profesor senior yang memimpin tim masuk ke lobi utama lalu tersenyum, "Di lantai 3 terdapat peta wilayah magis liang bumi Shanghai.
Lantai 4 adalah peta timbunan pasir liang bumi Donglin, lantai 5 peta timbunan pasir Donghu.
Saat ini, Universitas Bela Diri Kota Iblis hanya menguasai peta tiga wilayah ini, sedangkan komando militer memiliki semua peta.
Liang bumi hanyalah sebutan umum. Kami lebih suka menambahkan prefiks karena 22 gerbang liang bumi tidak saling terhubung.
Mungkin sebenarnya terhubung, tapi setidaknya manusia belum menjelajah sejauh itu. Bertahun-tahun tak ada yang bisa mencapai gerbang berikutnya dari satu pintu masuk.
Kita semua akan memasuki liang bumi Shanghai selanjutnya.
Di liang bumi, teknologi tak bisa digunakan. Kamera ponsel akan kehabisan daya saat dibawa masuk...
Jadi peta-peta ini adalah hasil eksplorasi bertahap manusia yang dirangkum menjadi peta timbunan pasir simulasi."
Fang Ping dan yang lain sudah tak memperhatikan ucapannya.
Semua mata kini tertancap pada peta pasir!
"Ini kota benteng?"
"Desa mungkin, ukuran kota kok kecil sekali?"
"Apa rasio skala peta ini?"
"Ternyata liang bumi seperti ini? Kukira... penuh orang liar primitif..."
Banyak yang tahu liang bumi memiliki peradaban seperti Bumi.
Tapi sebagian mengira makhluk liang bumi masih di era kanibalistik.
Nyatanya, peta pasir membuktikan mereka salah. Kota-kota dengan tembok tinggi berdiri megah, menunjukkan masyarakat liang bumi bukan suku primitif.
Mereka memiliki peradaban sendiri dan sistem sosial yang mandiri.
Kemungkinan tidak serumit Bumi, tapi jalur perkembangan berbeda - ini bukan masalah level peradaban yang lebih tinggi atau rendah.
……
Fang Ping menyapu pandangannya sekilas, mengerutkan alis. "Guru, peta ini mencatat 13 kota. Artinya liang bumi Kota Iblis bisa menampung 13 kota? Seberapa besar kota-kota ini? Berapa populasinya?"
Mentor yang memimpin rombongan menggelengkan kepala. "Bukan 13. Ingat, saat ini baru terdeteksi 13 kota!"
Makna pernyataan ini sangat berbeda dengan maksud Fang Ping.
Zhang Ziwei di kejauhan berkata datar, "Mungkin kita harus menganggap setiap gerbang neraka sebagai dunia terpisah, bukan kesatuan utuh."
"Dunia Bawah Tanah Kota Iblis saat ini baru terdeteksi sampai jarak ini. Pengorbanan untuk mencapainya sangat besar."
"Tiga master Universitas Bela Diri Kota Iblis gugur dalam proses eksplorasi ini."
Jelas dia memiliki pemahaman lebih mendalam daripada Fang Ping.
Fang Ping mengabaikan hal itu. "Jadi posisi gerbang neraka di permukaan tidak selalu sesuai dengan lokasi paralel di dimensi bawah? Saluran ruang dimensi ini muncul secara acak?"
Pertanyaannya rumit, tapi mentor tetap memahami maksudnya.
Profesor senior tersenyum. "Benar. Contohnya gerbang Donglin yang berjarak 600 km dari gerbang Kota Iblis di dunia nyata."
"Berdasarkan posisi ini, jika kita masuk dari gerbang Kota Iblis dan berjalan ke timur, seharusnya bisa menemukan gerbang Donglin."
Tapi saat ini, meski master pejuang telah menjelajahi 3.000 kilometer ke timur, gerbang neraka masih belum ditemukan. Lebih jauh ke timur hanyalah lautan tak berujung...
Ini berarti: entah liang bumi itu tak terbatas luasnya, puluhan bahkan ratusan kali lipat Bumi kita.
Atau saluran ruang dimensi muncul secara acak, tanpa hubungan antara permukaan dan liang bumi.
Ada kemungkinan lain..."
Saat menyebut kemungkinan terakhir, profesor tua itu melirik Zhang Ziwei: "Seperti kata Zhang Ziwei, setiap gerbang neraka sebenarnya adalah dunia terpisah... Tapi Komandan Li dari markas besar menyangkal hal ini. Beliau berkata pernah merasakan aura pejuang dari gerbang neraka timur saat berada di gerbang utara."
"Komandan Li dari markas besar?"
Semua langsung tertarik. Peringkat pertama daftar ranking Master Tiongkok adalah Li Zhen, Panglima Tertinggi Markas Besar.
"Benar, itu perkataan Komandan Li." Profesor itu menghela nafas: "Ini kabar buruk. Kami lebih memilih dunia terpisah daripada liang bumi yang benar-benar menyatu.
Tapi perkataan Komandan Li sulit diragukan. Sebagai master level tertinggi, penilaiannya pasti akurat.
Artinya liang bumi sebenarnya saling terhubung dalam satu dunia.
Alasan kita belum menemukan gerbang lain... mungkin karena keterbatasan kekuatan dan luasnya liang bumi.
Liang bumi Shanghai saja membentang 3.000 kilometer ke timur dan 2.000 kilometer ke barat...
Total bentangan timur-barat minimal 5.000 kilometer!
"Mengenai utara-selatan, setelah kita memasuki liang bumi, kita akan berada di titik paling selatan. Di belakang kita terdapat lautan yang tak terukur luasnya. Semua pejuang yang mencoba menjelajah jauh, akhirnya runtuh di tengah lautan, mungkin karena tersesat arah."
"Sedangkan ke utara adalah permukiman makhluk liang bumi. Kita hanya bisa menembus sekitar 1000 kilometer ke dalam. Lebih dari itu, sudah memasuki kedalaman liang bumi yang sangat berbahaya."
"Lebar timur-barat 5000 kilometer, sedangkan jarak utara-selatan yang berhasil dideteksi saat ini mencapai batas 1000 kilometer..."
Fang Ping memandangi peta timbunan pasir di hadapannya yang berbentuk memanjang seperti batang.
Bukankah ini berarti... luasnya mencapai 5 juta kilometer persegi!
Fang Ping menelan air liur, bertanya lembut: "Guru, maksud Anda hanya area liang bumi Shanghai yang terdeteksi saja sudah setengah luas Tiongkok?"
"Benar."
"Ini pun belum sepenuhnya terdeteksi..." Fang Ping kembali menelan ludah, "Kalau sudah terdeteksi seluruhnya, mungkin satu gerbang masuk saja luasnya menyamai Tiongkok?"
Profesor tua itu mengangguk lagi, berkata penuh makna: "Mungkin lebih besar dari Tiongkok. Masih belum pasti. Apa yang ada di kedalaman lautan selatan? Tak ada yang tahu. Bagaimana dengan kedalaman utara? Segala penjuru belum mencapai batas deteksi."
"Jadi, 22 gerbang liang bumi bisa dianggap sebagai 22 dunia berbeda. Itu masuk akal."
"Sebab saat ini hanya Komandan Li yang menemukan aura pejuang serupa, menunjukkan makhluk liang bumi level menengah-rendah belum bisa membuka gerbang berikutnya."
"Satu gerbang, satu dunia... mungkin lebih besar dari Tiongkok..."
Pada detik ini, Fang Ping benar-benar paham mengapa semua orang menganggap liang bumi sebagai krisis pemusnah dunia!
Terlalu besar!
Di Tiongkok, saat ini telah muncul 22 gerbang neraka. Bahkan jika dihitung berdasarkan area yang telah terdeteksi seperti Shanghai, 22 liang bumi ini setara dengan 11 kali luas Tiongkok!
Luas ratusan juta kilometer persegi!
Asia, luasnya kurang dari 45 juta kilometer persegi.
Benua terbesar kedua, Afrika, sekitar 30 juta kilometer persegi.
Benua terbesar ketiga, Amerika Utara, sekitar 24 juta kilometer persegi.
Adapun benua-benua besar lainnya lebih kecil. Tujuh benua yang telah ditemukan manusia saat ini total luasnya sekitar 150 juta kilometer persegi.
Sementara di Tiongkok saja, area liang bumi yang terdeteksi sudah mendekati luas daratan Bumi.
Negara-negara lain juga memiliki kondisi serupa.
Saat ini saja, total area liang bumi yang terdeteksi di seluruh dunia mencapai sekitar 1 miliar kilometer persegi, melebihi 6 kali luas daratan Bumi.
"Daerah seluas ini, hanya ada 13 kota..." Fang Ping tiba-tiba merasa legah.
5 juta kilometer persegi. Di daratan Tiongkok bisa terdapat 100-200 kota prefektur, hampir seribu kabupaten. Dengan populasi di wilayah selatan saja mencapai 700-800 juta jiwa.
Liang bumi hanya memiliki 13 kota. Sebesar apapun, populasinya tidak akan terlalu banyak.
Profesor senior juga membenarkan hal ini: "Populasi liang bumi tidak terlalu besar. Kami tidak bisa melakukan deteksi mendalam di area belakang, tapi dari gerbang masuk, kami telah banyak berinteraksi dengan kota pertama.
Populasinya sekitar 2 juta jiwa, dengan 200 ribu tentara. Mereka memiliki sistem masyarakat sendiri, bukan seluruh rakyat menjadi tentara.
Mereka juga memiliki rakyat biasa dalam jumlah besar.
Liang bumi Shanghai diperkirakan memiliki populasi lebih dari 30 juta jiwa, dengan pasukan tempur sekitar 3 juta orang.
"Saat ini, yang perlu kita hadapi hanyalah kota pertama di liang bumi - yang kita beri nama Kota Pintu Langit."
"Pintu Langit?"
Fang Ping mengerutkan kening: "Nama ini terlalu mengangkat derajat mereka."
Profesor tua menggelengkan kepala dan berdesah pelan: "Dulu, mungkin semua orang masih menyimpan sedikit khayalan. Mungkin seperti kata leluhur Kuil Guang Sheng zaman dulu, ini adalah gerbang surga... Pintu Langit... gerbang pembuka langit..."
"Sayangnya..."
Profesor tua terus-menerus menghela nafas: Sayangnya, selama bertahun-tahun ini, liang bumi hanya membawa kematian dan kehancuran. Tak ada lagi yang berharap apapun.
Ini bukan surga, hanya khayalan indah umat manusia semata.
Yu Xianghua menyela: "Guru, berarti kita di Shanghai hanya perlu menghadapi 200.000 pasukan tempur mereka?"
"Hanya?"
Profesor tua tertawa getir: "Kau tahu seberapa kuat liang bumi?"
"Dari pasukan tempur mereka, 10% adalah petarung yang memiliki pasukan petarung sendiri!"
"Pasukan petarung murni!"
"Di liang bumi yang mengagungkan senjata dingin, pasukan 20.000 petarung itu sungguh mengerikan. Kalian sama sekali tidak mengerti!"
Yu Xianghua bertanya: "Bukannya komando militer kita juga punya pasukan petarung?"
"Berbeda. Memang tahun-tahun ini komando militer telah melatih banyak petarung."
"Jumlah petarung di Tiongkok saat ini, baik petarung energi vital maupun petarung tempur sejati, totalnya melebihi satu juta."
"Tapi komando militer bukan segalanya. Banyak petarung di militer, jika digabungkan dari semua daerah militer, mungkin tidak kurang dari 200.000 orang - dua kali lipat jumlah mahasiswa universitas bela diri."
"Tapi komando militer harus menjaga 22 pintu masuk. Jika dibagi rata, jumlahnya jadi sangat sedikit."
"Dan masyarakat di permukaan tanah, juga membutuhkan komando militer untuk memberantas sekte sesat, yang juga menunda sebagian petarung."
"Petarung militer yang benar-benar ditempatkan di liang bumi Shanghai, kurang dari 5.000 orang."
"Jadi, kita selalu berada dalam posisi bertahan, apalagi... mereka memiliki 13 kota. Bahkan jika kita benar-benar memusatkan seluruh tenaga dan berhasil membersihkan Kota Tianmen, lalu apa selanjutnya?"
"Setelah pertempuran kita dengan Kota Tianmen, korban berjatuhan. Begitu kota-kota di belakang mengirim bala bantuan, kita pasti akan mengalami kegagalan total."
"Dengan melakukan perang gesekan melawan Kota Tianmen sekarang, justru kota-kota di belakang tidak akan mengirim pasukan tambahan. Liang bumi memiliki kesadaran domain yang kuat. Selama Kota Tianmen belum meminta bantuan karena terdesak, sebagian besar kota lain akan bersikap netral dan tidak campur tangan."
"Berdasarkan pengamatan kami, liang bumi tampaknya tidak memiliki pemerintah pusat yang terpusat, menggunakan kota sebagai unit independen."
"Artinya, pasukan dan petarung kita di liang bumi hanya bisa menyaingi satu kota Tianmen ini..."
"Salah!"
Profesor tua itu kembali menggelengkan kepala: "Bukan menyaingi, tapi bertahan seadanya. Kita bukan tandingan Kota Tianmen."
"Tentu saja, ini mengacu pada pertempuran lapangan. Pihak lawan juga tidak berani menyerang markas kita dengan seluruh kekuatan."
"Pertama, pertahanan markas kita sangat ketat, mereka pernah menderita kerugian besar."
"Kedua, di saat genting, kita pernah mengerahkan beberapa master untuk operasi pengepungan. Kalau bukan karena dukungan dari kota belakang, tentu Kota Tianmen bukanlah lawan seluruh Tiongkok."
"Tapi master pejuang kita juga tidak bisa masuk secara besar-besaran, apalagi menghancurkan Kota Tianmen, kecuali kita yakin bisa melawan 13 kota yang bersatu."
"Belum lagi, di utara ke-13 kota itu masih ada pejuang mengerikan."
“Begitu jumlah master manusia berkumpul terlalu banyak, kemungkinan besar akan memancing munculnya para pejuang mengerikan ini.”
“Liang Bumi Ibu Kota, pernah dilakukan 70 tahun lalu. Saat itu, jumlah master Tiongkok belum mencapai 100 orang. 40 lebih master dikumpulkan untuk memusnahkan Liang Bumi Ibu Kota...”
“Hasilnya, dari kedalaman liang bumi muncul banyak pejuang mengerikan yang tak dikenal.”
“Akhirnya, menyebabkan 16 master Tiongkok runtuh. Pertempuran itu juga melukai akar Tiongkok. Universitas Bela Diri Ibu Kota hampir hancur dalam pertempuran itu. Rektor, Wakil Kepala Sekolah, semua dekan fakultas gugur!”
Menceritakan masa lalu, profesor tua itu tergugah oleh perasaan pilu.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah master Universitas Bela Diri Ibu Kota yang gugur sangat banyak, sebenarnya juga terkait dengan pertempuran besar seperti ini.
Dalam Pertempuran Liang Bumi, universitas bela diri yang baru didirikan seperti Universitas Bela Diri Kota Iblis jarang ikut serta. Tapi Universitas Bela Diri Ibu Kota selalu menjadi pasukan inti. Ini menyebabkan sejak berdirinya sekolah, jumlah master yang gugur mencapai dua digit.
Fang Ping dan yang lain merasa agak terhina.
“Kalau begitu, kita hanya bisa bertahan?”
Menyerang, skala kecil tidak bisa menang.
Skala besar-besaran, mempertaruhkan masa depan Tiongkok. Meski bisa menang, paling hanya bisa memadamkan satu dua liang bumi. Tapi jika begitu, mungkin separuh lebih master Tiongkok akan mati.
Bagaimana dengan gerbang neraka yang tersisa?
Profesor tua itu tersenyum ringan: “Jangan terlalu pesimis. Pertumbuhan generasi muda sangat cepat, masa depan masih cerah.”
“Puluhan tahun lalu, berapa banyak master yang dimiliki Tiongkok?”
“Tapi sekarang?”
Saat ini, kita semakin kuat, tapi perkembangan liang bumi justru tidak secepat kita. Karena itu, kita tetap dalam tren bertahan demi mengulur waktu untuk masa depan manusia.
Kalau benar-benar bertempur, ratusan master Tiongkok minimal bisa menghancurkan tiga lima gerbang neraka!
Tapi jika liang bumi benar-benar terhubung, penghancuran banyak gerbang ini akan mempercepat invasi total mereka.
Jadi kami lebih memilih pertempuran skala kecil dengan mengorbankan nyawa daripada perang total!"
Kini pejuang level tinggi semakin banyak, ini terlihat jelas.
Dulu, master Tiongkok tidak sampai seratus.
30 tahun terakhir, muncul hampir 100 master!
Rata-rata 3 master per tahun, ini sulit dipercaya.
Dunia bisnis dan pemerintah sama-sama rutin melahirkan master.
Dalam situasi ini, pemerintah sebenarnya enggan langsung melakukan pertempuran penentu yang bisa berujung kehancuran, terpaksa menahan diri.
Mengulur waktu!
Semakin lama waktu berlalu, harapan manusia semakin besar. Pertempuran akhir tetap bergantung pada pejuang level tinggi.
Misi liang bumi dan perang bawah tanah sebenarnya latihan untuk mencetak pejuang tangguh!
Pengorbanan besar prajurit dan petarung level rendah memang tak terhindarkan. Saat pengorbanan dibutuhkan, jika semua menolak, kiamat manusia semakin dekat.
Para hadirin beralih mempelajari peta timbunan pasir.
13 kota liang bumi tersebar seperti kipas.
Di selatan, area masuk populasi liang bumi Shanghai, terdapat lautan dengan pos terdepan Tiongkok.
Kota Pintu Langit berjarak sekitar 80 kilometer dari pos tersebut.
Kedengarannya tidak jauh, di zaman modern, naik mobil, ngebut setengah jam bisa sampai.
Tapi di liang bumi, terutama mengandalkan berjalan kaki, jarak seperti ini masih cukup jauh. Dengan mars paksa berjalan kaki, 50 km per hari sudah dianggap pasukan kuat, 70 km per hari, pasukan seperti ini pantas menyandang gelar elit.
80 kilometer ke depan adalah Kota Tianmen, kota pintu gerbang Liang Bumi Modu.
Area belakang adalah kota-kota lain.
Liang bumi punya gunung dan air, semua ada.
Profesor senior melihat para murid memperhatikan dengan seksama, lalu tersenyum: "Teknologi memang luar biasa. Tidak lama lagi, peta 3D Liang Bumi kita akan selesai. Nanti kalian bisa lebih langsung merasakan segala sesuatu di Liang Bumi."
Setelah masuk liang bumi, kita terutama beraktivitas dalam radius 30 km dari markas.
Jarak ini sudah kita lakukan pembersihan, relatif lebih aman.
Tapi pasukan Kota Tianmen juga aktif bergerak, termasuk petarung mereka yang sebagian bukan prajurit. Mereka juga bebas bergerak, jadi bahaya pasti ada.
Di liang bumi, selain manusia liang bumi - kita sementara menyebut mereka begitu.
Selain manusia liang bumi, masih banyak bahaya lain!
Termasuk flora faunanya. Beberapa hewan bahkan memiliki daya hancur setara petarung high-level. Liang bumi lebih mirip dunia mitos dalam legenda, flora fauna ini mungkin bisa dianggap sebagai makhluk mistis.
Bahaya ada di mana-mana.
Begitu pula kesempatan, ada di mana-mana.
Mengapa manusia semakin kuat?
Ada hubungan erat dengan liang bumi!
Termasuk berbagai produksi obat kita, pengembangan dan pemanfaatan batu energi, bahkan penciptaan beberapa teknik tempur, semuanya terkait dengan liang bumi.
Tahukah kalian mengapa beberapa murid tingkat lima dari Universitas Bela Diri Kota Iblis bisa berkembang begitu cepat?
Ini juga terkait dengan kesempatan yang mereka dapatkan di liang bumi!
Saya tidak akan menjelaskan satu per satu. Sebelumnya belum ada materi pelajaran resmi karena dulu hanya petarung level tiga yang bisa masuk, dan sebelum masuk akan ada masa pelatihan singkat di komando militer.
Di komando militer, terdapat berbagai kumpulan data.
Ini pertama kalinya Universitas Bela Diri Kota Iblis membuka kelas pelatihan khusus tingkat dua, jadi kami sedang berkoordinasi dengan komando militer untuk mencetak materi pelajaran tentang liang bumi yang akan dibagikan ke semua orang, agar bisa dipelajari sendiri dan memperdalam pemahaman..."
Profesor tua itu berbicara sampai mulutnya kering, sementara Fang Ping dan yang lain mendengarkan dengan penuh kekaguman.
Ternyata beberapa pejuang tingkat lima dari Universitas Bela Diri Kota Iblis mendapatkan kesempatan berharga di liang bumi.
Mengejar kekuatan adalah harapan semua petarung, dan manfaat dari liang bumi mungkin menjadi alasan krusial mengapa para petarung terus berdatangan.
Saat ini, citra liang bumi semakin jelas tergambar dalam benak semua orang.
Masalah tersesat tadi, Fang Ping pun tidak lagi memikirkannya.
Liang bumi bukan gurun pasir atau padang rumput, ada kota dan permukiman manusia, mana mungkin mudah tersesat.
Ditambah dengan berbagai keuntungan liang bumi yang terbayang, semua orang mulai bersemangat mencoba, hampir-hampir ingin langsung masuk ke liang bumi, meraih keuntungan, dan menembus level tiga, empat, bahkan lima.
Tepat saat itu, seember air dingin tumpah dari langit, memadamkan semangat membara di hati semua orang.
