Pada saat yang sama.
Kota Harapan.
Tang Feng pulang dengan wajah letih, melihat Huang Jing mengangguk pelan.
"Tidak ketemu... Lagipula, area luar Kota Harapan sudah dikunci..."
Tang Feng mengerutkan kening ringan: "Setelah keluar dari Hutan Raja Licik, pasukan Kota Pintu Langit telah memindahkan garis depan ke perbatasan medan pembantaian, mengunci posisi depan..."
Sebelumnya, kedua pihak sering bertempur besar, tapi pertempuran di liang bumi biasanya datang seperti api dan pergi seperti angin, pasukan besar langsung bergerak.
Kali ini, Kota Pintu Langit melakukan pembersihan sepanjang rute pasukannya, bahkan melakukan blokade garis depan.
Ini membuat Tang Feng merasa gelisah.
Saat keluar dari Hutan Raja Licik, dia hampir terkepung dan terbunuh. Beberapa petarung puncak Tingkat Enam dari Kota Pintu Langit memburunya, bahkan dia merasakan aura high-level.
Huang Jing juga mengerutkan kening: "Memang ada keanehan kali ini. Petarung high-level pihak lawan biasanya baru muncul di akhir.
Tapi sekarang mereka muncul lebih awal, memaksa kita menarik pasukan dan bertahan di Kota Harapan.
Mungkinkah mereka akan menimbulkan masalah?"
Memikirkan ini, Huang Jing tak lagi mempedulikan Fang Ping. Dibandingkan Kota Harapan, Fang Ping benar-benar tidak berarti.
Di tengah pertempuran yang akan meletus ini, Tang Feng juga tak boleh dikirim mencari. Petarung puncak Tingkat Enam yang terkepung akan membuat pencarian Fang Ping menjadi hasil tidak sebanding dengan usaha.
"Ayo, cari Xu Mofu dulu."
Huang Jing tak buang waktu, membawa Tang Feng ke markas militer.
……
Di markas militer.
Mendengar laporan Tang Feng, Xu Mofu mengangguk: "Tak hanya utara... Semua arah kecuali selatan sudah diblokade petarung Kota Pintu Langit. Kucuriga... mereka mungkin ingin menyelesaikan semuanya dalam satu serangan menentukan!"
Huang Jing mengerutkan kening: "Kita sudah bertempur dengan pihak lain bukan setahun dua tahun. Benarkah Kota Pintu Langit mengira bisa menelan Kota Harapan?"
"Ini hanya prediksimu..." Xu Mofu mengusap dahinya, "Komando militer sudah mengeluarkan perintah wajib militer. Beberapa pejuang kuat dari Shanghai akan segera datang sebagai bala bantuan."
"Selain itu, aku sudah mengirim pasukan untuk menerobos garis pertahanan dan melakukan pengintaian... Tapi saat ini para master tidak boleh keluar, untuk mencegah jebakan pihak lawan yang ingin mengepung kita."
"Petarung tingkat menengah pun sangat sulit menerobos garis pertahanan."
Xu Mofu berbisik lembut: "Prioritas utama sekarang adalah mempersiapkan skenario terburuk. Saat ini Kota Harapan punya 5 master, dan akan segera didatangkan beberapa master lagi. Kecuali Kota Pintu Langit menggerakkan seluruh pasukan, mustahil mereka bisa merebut Kota Harapan!"
Huang Jing sedikit lega: "Bantuan memang diperlukan. Sebelumnya sudah muncul 4 petarung tingkat tinggi. Aku prediksi meski tidak mengerahkan semua pasukan, mungkin mereka akan mengirim sekitar 10 orang."
"Ya, selain itu Rektor Wu dari Universitas Bela Diri Kota Iblis juga akan segera memimpin tim datang..."
Huang Jing mengangguk. Rektor Wu adalah pejuang level delapan Realm Tubuh Emas. Lebih baik Rektor Senior tidak turun ke medan perang. Dengan kedatangan Rektor Wu, jaminan keamanan akan lebih baik.
Kota Pintu Langit memiliki 14 petarung tingkat tinggi. Selain Wali Kota yang sudah masuk Kasta Sembilan, hanya ada 3 orang di level delapan Realm Tubuh Emas.
Di sisi Kota Harapan, saat ini sudah ada satu petarung level delapan Realm Tubuh Emas yang berjaga. Dengan kedatangan Rektor Wu, dua petarung level delapan ini bisa menahan serangan musuh untuk beberapa waktu sambil menunggu bantuan darat, bahkan jika semua petarung tinggi musuh dikerahkan.
Sementara mereka berbicara, Huang Jing tiba-tiba bertanya: "Rektor Wu yang memimpin tim, apakah Lü Fengrou tidak akan datang?"
Xu Mofu yang juga mengenal Lü Fengrou langsung menggeleng: "Ini benar-benar tidak jelas, tapi seharusnya dia tidak datang. Mentor Lü memang kurang akur dengan Rektor Wu..."
"Itu juga benar."
Huang Jing lega. Di momen krusial ini, kedatangan Lü Fengrou akan sulit dijelaskan.
97 murid, 96 lainnya hanya mengalami luka-luka, tak ada yang mati karena mereka segera ditarik kembali setelah beberapa hari di luar.
Hanya Fang Ping yang hilang... Sungguh sulit dijelaskan.
Sejak putrinya tewas, Lü Fengrou menjadi sangat ekstrem. Sebelumnya dia bahkan curiga mereka yang membunuh muridnya.
Kalau dia datang sekarang, situasi akan semakin kacau dan sulit dikendalikan.
Saat mereka berdiskusi, seorang kurir masuk melapor: "Jendral, pasukan bala bantuan dari Universitas Bela Diri Kota Iblis telah tiba!"
"Aku akan menyambut mereka. Dekan Huang, Singa Buas, ikut?"
"Baik."
Huang Jing mengangguk halus. Kedatangan Wu Kuishan memberinya kesempatan berdiskusi.
Namun saat ketiganya mendekati gerbang neraka, terdengar suara mengejek: "Kenapa? Berhenti? Menunggu sambutan? Tak kenal liang bumi? Sok gaya layaknya master!"
Ekspresi Huang Jing langsung berubah gelap. Ia memberi isyarat pada Tang Feng untuk menghindar.
Tang Feng tetap diam tak bergerak, bertahan di tempatnya.
Huang Jing mengusap dahinya dan berbisik pada Xu Mofu: "Nanti jangan singgung soal kasus Fang Ping."
Xu Mofu tertegun sejenak.
"Muridnya."
"Oh!"
Xu Mofu mengucapkan "Oh" dengan datar. Baru sekarang dia tahu hal ini. Bertahun-tahun ini, dia hampir tidak pernah keluar dari liang bumi.
Namun tiba-tiba ketenangannya sirna. Matanya melotot, "Murid DIA?!"
"Hmm."
"Kalian...!"
Meski dalam Pertempuran besar Kota Pintu Langit pun Xu Mofu tetap tenang, tapi kali ini dia terlihat terbungkam. Tenggorokannya berdeguk sebelum akhirnya berbisik, "Kenapa tidak bilang dari awal? Aku harusnya berkoordinasi dengan komando militer!"
Kalian sedang bercanda denganku?
Dari semua rekrutan baru Universitas Bela Diri Kota Iblis, kenapa justru murid si orang gila Lü yang hilang?!
Ini jelas-jeras olok-olok!
Lebih baik kehilangan beberapa orang daripada kehilangan satu muridnya!
Bagaimana aku harus menjelaskan ini?
Bertahun-tahun Lü Fengrou tak pernah mengeluh, tapi setiap ada muridnya yang mati, dia pasti menyelami liang bumi untuk balas dendam atau investigasi. Rupanya dia tak sepenuhnya mempercayai yang hadir.
Para hadirin sebenarnya paham pemikirannya, tapi di liang bumi, banyak hal memang sulit dijelaskan.
Dulu tak apa... Tapi sekarang, kenapa justru muridnya yang hilang?
Itu pun di bawah pengawasan seorang master dan ahli puncak Tingkat Enam!
Xu Mofu merasa perlu minum obat penenang.
Saat mereka berbisik-bisik, dari rumah kecil paduan logam di penghubung, Lü Fengrou yang pertama melangkah keluar, disusul Wu Kuishan dan rombongan.
Melihat Huang Jing, Lü Fengrou mengangguk, lalu menatap Xu Mofu: "Kepala Besar Xu, bagaimana situasinya?"
Xu Mofu membersihkan tenggorokannya sambil tersenyum: "Masih dalam tahap persiapan, baru terjadi pertempuran pengintai skala kecil."
"Kalau menurutku, suruh Komandan Li, Menteri Zhang, Penjaga Wilayah Shen, Penjaga Wilayah Chen... mereka semua datang, hancurkan dulu Kota Pintu Langit!"
"Taktik tambal sulam seperti ini sampai kapan berakhir?"
"Setiap kali darurat, padahal sebenarnya kita bisa menghancurkan mereka!"
Xu Mofu tersenyum pahit, Wu Kuishan juga mengeluh: "Pemerintah dan komando militer pasti punya pertimbangan sendiri..."
Lü Fengrou mencemooh: "Pertimbangan? Pertimbangan apa lagi? Menurutku, tunjukkan dulu kewibawaan kita!"
"Jika kita hancurkan satu kota, apakah kota-kota besar lain di liang bumi berani mati-matian melawan kita?"
"Mereka tidak takut mati, masak kita yang takut?"
"Setiap hari mikir, mikir terus, dari 3 gerbang neraka sekarang jadi 22..."
"Fengrou!" Wu Kuishan mengerutkan kening: "Kau terlalu radikal. Pertempuran Ibu Kota dulu, kau kan tahu akibatnya? Separuh master tewas, kekuatan liang bumi lebih kuat dari kita, seberapa sulitnya kita menghasilkan master baru..."
"Lucu! Meski banyak korban, setelah pertempuran itu kita bangun kota manusia terbesar di Liang Bumi Ibu Kota, membentenginya seperti tembok baja. Bandingkan dengan Shanghai ini, Kota Harapan sekecil ini pantas disebut tanah harapan?"
Wu Kuishan diam. Percuma berbicara. Apakah pantas menukar puluhan nyawa master dengan kota terbesar di liang bumi manusia?
"Kekuatan teratas umat manusia memang lebih sedikit dibanding liang bumi. Dengan banyak yang mati, daerah lain hampir jatuh. Menurut Wu Kuishan, jelas ini hasil tidak sebanding dengan usaha."
"Sejak itu, faksi radikal manusia berkurang. Sebelumnya, sering dibahas rencana menaklukkan satu liang bumi dulu."
Lü Fengrou tidak menghiraukannya lagi, menatap Tang Feng: "Singa Tang, di mana murid-murid ditempatkan?"
"Distrik baru."
"Aku pergi dulu. Jangan ganggu kalau tidak perlu. Kalian rapat, aku malas dengar!"
Lü Fengrou tidak basa-basi, langsung melangkah pergi.
"Maaf, jangan marah..." Rektor Wu meminta maaf. Xu Mofu tersenyum tak mempermasalahkan.
Huang Jing menoleh melihat Lü Fengrou. Setelahnya pergi, ia mengeluh: "Rektor Wu, nanti Anda yang harus turun tangan..."
"Hmm?"
"Fang Ping hilang."
“……”
Wu Kuishan tertegun, lalu kembali tenang: "Liang bumi penuh bahaya... Fengrou pasti bisa mengerti."
"Bukan, hanya dia yang hilang. Yang lain baik-baik saja."
Huang Jing menjelaskan. Wu Kuishan terdiam lagi, lama baru berkata: "Cuma satu?"
Bukan ingin murid mati lebih banyak, tapi dari regu hampir 100 orang, Fang Ping yang terkuat. Kehilangan dia ini bagaimana?
Huang Jing pusing. Tang Feng bergumam: "Aku yang suruh dia membunuh sendirian petarung liang bumi."
"Lao Tang, kamu ini..."
Wu Kuishan juga pusing, mengusap dahinya: "Ayo kita lihat. Dan Lao Tang, jangan ikut."
Tang Feng tidak menjawab, tetap melangkah maju.
Wu Kuishan berkata dengan perasaan campur aduk: "Selain menambah masalah, apa lagi yang bisa kau lakukan? Satu nyawa ganti nyawa? Kau sendiri yang mau, kami pun tak akan setuju. Lebih baik kau menghindar dulu atau kembali ke Universitas Bela Diri Kota Iblis."
"Aku tidak akan kembali!"
"Kalau begitu hindari Fengrou dulu. Pertempuran besar sudah di depan mata, jangan kalian tambahkan masalah lagi."
Setelah Wu Kuishan bicara demikian, Xu Mofu juga membujuk beberapa kalimat. Tang Feng diam seribu bahasa, menghentikan langkahnya dan berbalik menuju belakang.
Begitu dia pergi, Wu Kuishan berjalan sambil bergumam: "Hilang, bukan mati?"
Huang Jing menggelengkan kepala: "Masuk jauh ke Hutan Raja Jiao. Sekarang area itu dikunci rapat. Kami tak bisa mengerahkan banyak personel hanya untuk mencari Fang Ping. Kita juga tak boleh masuk lebih dalam - jika nekat masuk, Sang Jiao itu pasti akan mengamuk."
"Hutan Raja Jiao... Apakah bahayanya tidak diajarkan di kelas?"
"Sudah."
"Lalu kenapa dia tetap masuk?!"
Wu Kuishan tampak kesal.
"Ini... mungkin terpaksa oleh situasi..."
Huang Jing sendiri merasa alasan itu tak masuk akal. Fang Ping sudah membunuh tiga pengejarnya, kenapa masih nekat masuk?
……
"Tersesat?"
Di tempat lain, Lü Fengrou menatap Zhao Xuemei dengan dingin: "Bagaimana bisa tersesat?"
Zhao Xuemei tak berani menyembunyikan apapun, berbisik beberapa kalimat.
"Maksudmu, dia pergi sendiri?"
Zhao Xuemei mengangguk khawatir: "Setelah Guru Tang selesai bicara, dia mengobrol sebentar dengan kami lalu pergi sendirian ke timur laut. Setelah itu tak kembali. Guru, apakah Fang Ping..."
Lü Fengrou terdiam, baru berbicara setelah lama: "Yang lain?"
"Sudah semua kembali."
"Semuanya?"
"Hmm."
"Hanya Fang Ping yang hilang?"
"...Hmm..."
Chen Yunxi berbisik: "Guru, Fu Changding bilang Fang Ping kurang sense arah..."
"Kurang sense arah?" Lü Fengrou berkata datar: "Kalau kurang sense arah, seharusnya sadar saat masuk ke markas musuh. Kalau bisa kembali, pasti sudah kembali."
Sambil itu, sorot mata Lü Fengrou dingin, tapi nadanya mencemooh: "Seorang master, tingkat enam, tingkat lima - di zona radiasi 10 kilometer, zona aman, bisa kehilangan muridku. Apa yang harus kukatakan?"
"Kenapa bukan orang lain yang hilang?"
"Chen Yunxi, kenapa kamu tidak hilang? Takut kakekmu akan membuat masalah untuk mereka?"
"Kakekmu seorang master, aku Lü Fengrou bukan. Jadi muridku yang harus hilang?"
"Murid Tang Feng sendiri, kenapa tidak ada yang hilang?"
Saat itu, Huang Jing dan beberapa orang masuk. Lü Fengrou tidak terkejut.
Huang Jing dengan perasaan campur aduk: "Fengrou, Lao Tang tidak bermaksud jahat. Kalian sudah kenal bertahun-tahun, kamu tahu karakternya. Ini hanya kecelakaan..."
"Kalau kamu?"
"Aku mengikuti sebagian jalan, bertemu Harimau Langit..."
"Harimau Langit itu lawanmu?"
"Tombak Kuno juga datang."
Xu Mofu membantu menjelaskan: "Dekan Huang juga mengalami luka cukup serius..."
Lü Fengrou memandang dalam-dalam ke mereka, lalu berkata datar: "Aku mengerti, kepentingan yang lebih besar. Lagipula aku bukan tandingan master."
"Percaya, di Kota Harapan, aku tidak akan melakukan apa-apa."
"Tapi dalam beberapa waktu ke depan, aku akan tinggal di liang bumi, menyelami liang bumi. Murid-murid, keluarga, teman, dan orang terdekat kalian sebaiknya jangan masuk ke liang bumi Shanghai!"
"Fengrou, omong kosong apa lagi!"
Wu Kuishan membentak dengan geram: "Apa kau sadar sedang bicara apa?"
"Tahu, aku sedang melawan manusia."
Lü Fengrou berkata datar: "Lalu apa? Putriku mati, ayahku hilang tak tentu rimbanya, pasanganku mungkin dalang pembunuh putriku. Universitas Bela Diri Kota Iblis yang kuperjuangkan seumur hidup, terus menerus merenggut nyawa lebih dari separuh muridku..."
"Kau pikir, masih mau kau apakan lagi diriku?"
"Saat kusuruh Fang Ping masuk liang bumi, dalam perkiraanku dari 97 murid, meski 96 tewas, dia pasti selamat."
"Bahkan jika Tang Feng mati, dia mungkin masih bisa bertahan."
"Tapi sekarang, kalian bilang semua selamat kecuali dia yang menghilang?"
"Kalau kali ini aku tidak ikut masuk, siapa target berikutnya?"
"Zhao Xuemei, bukan?"
Lü Fengrou menyeringai: "Chen Yunxi, apakah akan mati? Kurasa tidak. Zhao Xuemei seharusnya mati di liang bumi, benar?"
"Omong kosong belaka!"
Wu Kuishan membentak: "Semua ini hanya khayalanmu sendiri, faktanya sudah dijelaskan sejelas-jelasnya! Lao Huang sudah bertarung dengan dua petarung tingkat tinggi demi dia, apa lagi yang kau mau? Apa kau benar-benar ingin orang lain menggantikan nyawa Fang Ping? Selama bertahun-tahun di liang bumi, murid siapakah, keluarga siapakah, teman siapakah yang belum pernah berkorban? Karena khayalanmu sendiri, kau berani mengancam pahlawan yang telah menumpahkan darah untuk umat manusia, Lü Fengrou! Jika kau berani bertindak gegabah, aku akan menembakmu!"
Lü Fengrou menatapnya dengan sikap dingin. Setelah terdiam sejenak, ia berkata: "Wu Kuishan, teruslah jadi pahlawanmu. Urusanku bukan wilayahmu! Jika kau ingin membunuhku, silakan coba!"
"Kau... tidak bisa diajak bicara!"
Wu Kuishan mengamuk. Lü Fengrou mengabaikannya, berdiri dan menatap Zhao Xuemei: "Bertahan hiduplah baik-baik. Ingat kata-kataku, tetap ikuti pasukan utama, jangan menerjang ke depan. Tugas kalian kali ini adalah pertahanan bersama. Dekatlah dengan Chen Yunxi. Chen Yunxi, meski aku tidak pernah mengajarimu apa pun, Xuemei adalah temanmu. Ingat, jangan pisah darinya. Jika dia mati lagi, aku akan menuntutmu!"
Setelah melemparkan kata-kata itu, Lü Fengrou langsung pergi.
Yang lain hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Huang Jing melirik Zhao Xuemei yang menunduk, mengusap dahinya, lalu keluar ruangan.
Sesampainya di luar, Huang Jing tersenyum pahit: "Suruh Zhao Xuemei pulang lebih awal."
Menjelang Pertempuran besar, evakuasi sebelum perang adalah hal yang terlarang.
Di liang bumi, ketika menghadapi pertempuran besar, baik prajurit maupun petarung, atau para pedagang di dalam kota, semua harus bertarung sampai mati dan tidak mundur. Kota Harapan adalah markas besar terakhir. Jika tempat ini jatuh, liang bumi Shanghai akan menjadi ancaman besar di masa depan.
Tapi dibandingkan kekuatan petarung kelas dua dengan master puncak Tingkat Enam... bahkan Lü Fengrou bisa disebut setengah penyihir.
Petarung seperti ini, jika benar-benar mengamuk, barulah menjadi masalah besar yang sesungguhnya.
Wu Kuishan menggelengkan kepala: "Justru di saat seperti ini, dia semakin overthinking. Jangan pedulikan dia, suruh orang mengawasinya agar tidak bertindak sembarangan."
Xu Mofu tersenyum pahit, pasrah berkata: "Semoga Fang Ping bisa kembali. Lihatlah kekacauan yang kalian buat ini..."
Mereka saling memandang dengan bingung, lalu menggelengkan kepala dan diam. Saat ini Kota Harapan dikunci, Fang Ping yang hanya petarung level tiga, bahkan jika masih hidup, sulit untuk kembali.
