Fang Ping di sisi ini sedang merasa lega melihat Kota Harapan, padahal jarak sebenarnya masih sangat jauh.
Pejuang level enam di belakang mengerutkan kening, tiba-tiba berhenti melakukan levitasi dan mendarat. Begitu menyentuh tanah, dia langsung melompat puluhan meter.
Levitasi memang terlihat tampan, tapi kecepatannya belum tentu melebihi lari di darat.
Sebelumnya dia tetap melakukan levitasi demi menjaga kesombongan sebagai pejuang tingkat tinggi.
Kini menyaksikan Kota Harapan sudah dekat, kesombongan harus dikurangi. Sebenarnya dia juga tidak menyangka petarung level tiga bisa bertahan hingga sekarang.
Awalnya dikira setelah dikejar 10-20 li, tanpa perlu dibunuh, energi vital musuh akan terkuras habis dengan sendirinya.
Nyatanya, malah jadi malu sendiri.
Saat mendarat, kecepatan pihak lawan langsung melesat. Sosoknya melayang di udara seperti bayangan, membuat kulit kepala Fang Ping di depan merinding.
Seketika, Fang Ping menggigit gigi lalu berbalik sambil membabatkan golok panjangnya!
Di saat ini, Fang Ping akhirnya melihat jelas rupa lawannya.
Rambut panjang terurai, mata bersinar tajam, alis... bagian tengahnya patah!
Semua ini terjadi dalam sekejap mata.
Wajah lawan tetap dingin, tak peduli dengan ledakan kekuatan Fang Ping. Tinjunya mengarah ke golok panjang Fang Ping!
"Boom!" Fang Ping terlempar ke belakang, darah menyembur deras dari mulutnya.
Sebelum Fang Ping sempat melompat kabur, lawan sudah muncul di depannya lagi, meninju sekali lagi!
Fang Ping mengaum, golok panjangnya terus menebas tinju lawan. Namun yang terdengar justru suara retakan dari goloknya.
Saat tinju lawan hampir mengenainya, tiba-tiba panah darah menyembur dari mulut Fang Ping menuju mata lawan.
Pria Alis Patah ternyata lebih kuat dari perkiraan Fang Ping!
Tepat saat panah darah itu menyembur, lawan mengangkat tangan kiri dan menghancurkannya dengan satu pukulan.
"Aku kalah cepat dari tingkat enam..."
Hanya satu ide ini di benak Fang Ping. Tiba-tiba wajahnya berubah menjadi gembira, sementara ekspresi Pria Alis Patah berubah.
Saat lawan bingung, Fang Ping memanfaatkan celah untuk mundur cepat, lalu berbalik dan terus berlari.
Pria Alis Patah hanya berdiam di tempat dengan wajah kebingungan.
Beberapa saat kemudian, seolah teringat sesuatu, kilau pembunuhan muncul di matanya!
“@#￥%……”
"Berkata-kata pada diri sendiri beberapa kalimat, pihak lawan kembali mengejar Fang Ping dengan kecepatan tinggi.
Meski Fang Ping tidak tahu apa yang diucapkannya, dia bisa menebak.
Tadi, ketika lawan hendak membunuhnya, Fang Ping menggunakan reaksi kemampuan spiritual untuk mengganggu, lalu menunjukkan ekspresi girang... mungkin lawan mengira master telah datang.
Tentu saja, tipu muslihat kecil seperti ini hanya efektif sekejap.
Fang Ping sangat menyadari kemampuan spiritualnya terlalu lemah, hanya bisa menakuti-nakuti. Daripada menunggu lawan mundur, lebih baik memanfaatkan momen lawan tertegun untuk lari sejauh mungkin.
Saat ini, organ dalamnya kembali terluka parah, lengan kanannya sepertinya retak.
Fang Ping tak meragukan: jika berhasil selamat kali ini, biaya pengobatan pasti sangat besar.
Sedangkan pria alis patah, mungkin telah menyadari sesuatu, kini pasti berniat membunuhnya.
Energi vital tak terbatas, kemampuan spiritual mendeteksi... cukup untuk membangkitkan niat membunuh!
Fang Ping terus berlari sambil menyemburkan darah...
Kota Harapan sudah dekat, hampir sampai!
Pria alis patah di belakang semakin cepat. Merasakan desiran angin, Fang Ping mengatupkan gigi dan melemparkan Golok Paruh Phoenix ke belakang dengan kekuatan energi vital terkonsentrasi.
"Bruk!"
Pria alis patah tak berhenti, satu pukulan tinju menghempaskan golok. Senjata yang telah menemani berhari-hari itu langsung menghilang.
Fang Ping terus berlari sambil mencabut pedang dari lengan kiri dengan kasar dan melemparkannya ke belakang.
“Hasilnya seperti biasa, Pria Alis Patah tetap menggunakan tinjunya menghujam.”
“Fang Ping tak lagi peduli dadanya terasa perih, melemparkan golok panjang dan tombak panjang yang selama ini dia bawa. Nyawa hampir melayang, buat apa lagi senjata!”
“Boom! Boom!”
“Beberapa dentuman berikutnya, semua senjata habis. Ketika merasakan suara tinju menerobos udara dari belakang, Fang Ping tiba-tiba terjerembap ke tanah, memuntahkan darah segar dari mulut lalu kepalanya miring...”
“Pria Alis Patah tertegun sejenak. Di saat kebingungannya itu, Fang Ping yang tadinya kepalanya miring tiba-tiba bangkit dan melanjutkan lari kencang.”
“Kurang ajar!”
“Pria Alis Patah kini murka setengah mati - dasar bajingan pura-pura mati!”
“Dalam pertempuran, ketika musuh tiba-tiba roboh mati, insting pertamanya tentu berhenti untuk memeriksa. Siapa sangka lawannya berani pura-pura mati di bawah pengawasan kami!”
“Dengan kemarahan memuncak, kecepatan Pria Alis Patah melesat lebih kencang. Detik berikutnya, dia sudah mengejar dari belakang Fang Ping.”
“Kali ini Fang Ping tak lagi pura-pura mati. Seluruh energi vitalnya dikondensasikan di punggung. Benar saja, tinju lawan menghantam tepat di punggungnya.”
“Pertahanan energi vital Fang Ping tak sanggup menahan. Darah muncrat dari mulutnya sambil dia memanfaatkan gaya pukulan untuk terus berlari.”
“Muntah sekali, muntah lagi, lama-lama terbiasa juga.”
“Organ dalam sudah rusak, yang penting kabur dulu.”
“Di detik berikutnya, Fang Ping tiba-tiba menengadah ke langit sambil mengaum keras: 'Sang Master, selamatkan aku!'”
"Pria alis patah secara refleks melihat ke langit, meski tak mengerti perkataan Fang Ping, bahasa tubuh tetap dimengerti, meminta bantuan ke sosok di atas langit."
"Saat dia menengadah melihat, Fang Ping di depan kembali berlari menjauh beberapa langkah."
"Pria alis patah pun ingin muntah darah!"
"Kasta enam membunuh kasta tiga seharusnya cuma satu pukulan, tapi sekarang? Pihak lawan masih punya energi untuk lari sampai saat ini, apa ini?"
"Tolong!"
"Tolong!"
"Aku akan mati, Si Singa besar, Jenderal Xu..."
"Fang Ping terus berlari sambil berteriak. Dia benar-benar sekarat. Jika tak segera mengusir si pengikut di belakang, beberapa pukulan lagi meski energi vitalnya melimpah, organ dalamnya akan remuk."
"Hingga kini belum pecah berkat konsumsi Obat Penguat Tubuh sebelumnya yang menguatkan fisik sekaligus organ dalam, ditambah energi vital melimpah yang terus memperbaiki luka."
"Tolong, ada siapa saja di sini!"
"Saat Fang Ping merasakan suara pukulan menerobos udara dari belakang, putus asa mulai menyergap."
"Jika begini terus, paling banter tiga pukulan lagi, pasti menemui ajal!"
"Tuhan selalu menyelamatkan anak-Nya di saat krusial."
"Tepat di puncak keputusasaan Fang Ping, suara teriakan marah tiba-tiba menggema!"
"Mati!"
"Sesaat kemudian, auman menggelegar mengguncang telinga Fang Ping!"
"Boom!"
"Dentuman dahsyat disertai energi vital yang menyembur membuat Fang Ping terjungkal beberapa kali ke depan."
"Fang Ping tak menoleh, terus berguling menjauh sebelum akhirnya menengok ke belakang."
Saat itu, Fang Ping baru memahami situasi yang terjadi.
Si Singa besar jatuh dari langit, pakaian bagian atasnya meledak, bertelanjang dada dengan kulit keemasan yang memancarkan cahaya darah pekat, tinjunya berkilauan seperti petir menghantam pria alis patah itu.
Pria alis patah itu mengaum marah, namun terus terpukul mundur. Keperkasaannya yang sebelumnya mampu menghancurkan senjata Fang Ping dengan satu pukulan kini hilang, tinjunya seketika terkoyak oleh Si Singa besar hingga darah dan daging beterbangan!
"Mati!"
"Kagu!"
Fang Ping menyadari, sepertinya orang-orang ini suka mengucapkan kata-kata itu, bahkan saat berkelahi pun tak lupa berteriak.
Namun dibandingkan Si Singa besar yang berada di puncak Tingkat Enam, pria alis patah ini masih lebih lemah. Terus terpukul mundur dengan darah menetes dari mulutnya.
Saat kedua tangan Tang Feng memancarkan kilau emas yang menyilaukan, tiba-tiba pria alis patah itu mengaum keras. Cahaya darah pada tinjunya mencapai intensitas puncak, membuat sorot mata Tang Feng sedikit mengeras...
Di detik berikutnya, pria itu langsung kabur tanpa menoleh!
Fang Ping terpaku, "Dasar kau, meniru aku?!"
"Sudah bayar uang sekolahnya?"
Tang Feng mengerutkan kening, awalnya ingin mengejar, tetapi setelah ragu-ragu, akhirnya menoleh ke arah Fang Ping.
Fang Ping saat itu dalam kondisi mengenaskan: seluruh tubuhnya berlumuran darah hingga wajah aslinya tak bisa dikenali, pakaiannya compang-camping.
Saat Tang Feng menatapnya, Fang Ping berkata datar: "Ternyata gagal membunuh lawan. Kukira kau membunuh petarung level enam semudah menyembelih anjing. Aku membunuh petarung level tiga atau empat dengan mudah, bahkan banyak level lima yang kubunuh. Level enam pun tak bisa membunuhku..."
"Masih bisa bergerak?"
Tang Feng mengabaikannya dan bertanya.
"Huh!"
Fang Ping tertawa tanpa jawaban. Setelah berdiam sejenak, tiba-tiba melangkah pelan mendekati Tang Feng.
Melewati Tang Feng, Fang Ping tak berhenti.
Tang Feng mengerutkan kening, "Kembali ke kota, obati luka. Kau hampir mati."
"Nggak bakal mati!"
Fang Ping mengabaikannya. Dengan susah payah berjalan ratusan meter, mengambil golok panjang Level C dan tombak yang sebelumnya dicampakkan. Tapi kedua senjata itu sudah rusak.
Fang Ping melihat ke depan, ragu-ragu lalu menengok: "Masih banyak senjataku yang tercecer di jalan..."
Tang Feng hampir meledak: "Sudah hilang! Begitu senjata jatuh, musuh langsung mengambilnya. Sekarang mereka semua kabur!"
"Cepat atau lambat akan kurebut kembali!"
Tangan kanan Fang Ping memegang golok, tangan kiri ingin mengambil tombak tapi lengan kirinya sama sekali lumpuh. Rasa sakitnya tak tertahankan.
"Kenapa kau datang?"
"Hanya lewat."
"Aku melompati tiga tingkat bertarung melawan level enam. Bisakah kau lawan level sembilan?"
Tang Feng diam.
"Aku membunuh level empat seperti menyembelih ayam, bahkan puncak level lima pernah kubunuh. Menurutmu aku tak berani mempertaruhkan nyawa?"
Tang Feng mengerutkan kening: "Bisa jalan? Butuh bantuan, bilang saja!"
"Nggak perlu!"
Fang Ping mendengus, lalu berpikir sejenak dan berkata: "Gendong aku sampai 200 meter dari gerbang kota, lepaskan aku di sana."
Tang Feng tidak menghiraukan, langsung mencengkeram bahunya dan melesat menuju Kota Harapan di kejauhan.
"Lepaskan aku!"
Ketika melihat gerbang kota sudah dekat, Fang Ping berteriak tergesa-gesa.
Tang Feng kembali mengerutkan kening, terpaksa menurunkannya.
Begitu menyentuh tanah, Fang Ping terhuyung sebentar lalu tiba-tiba mengaum: "Level enam pun tak apa! Hari ini aku level tiga berani lawan kau, esok hari aku level empat, pasti bunuh kau!"
Teriakan ini, santai namun penuh wibawa!
Di sekitar gerbang kota, terdengar suara gemerisik samar.
Tang Feng mengerutkan dahi: "Apa yang kau lakukan?"
"Menurutmu?" Fang Ping menggerutu: "Aku terluka parah bertarung dengan petarung level enam. Hanya kau yang melihat, maukah kau beri aku subsidi biaya pengobatan? Dengan teriakanku tadi, semua akan tahu aku bertarung dengan petarung level enam. Mereka harus memberiku kompensasi biaya pengobatan!"
"Kau..."
Tang Feng bingung menjawab. Fang Ping mengabaikannya, membuka tas tempur yang masih melekat, memasang semua lencana petarung level 4-5 di tasnya, lalu menggantungkan tas itu di dadanya.
Pupil Tang Feng menyempit - itu benar-benar lencana level lima!
"Kau benar-benar membunuh petarung level lima?"
"Asli! Dua orang. Golok panjang ini milik salah satunya. Yang lain pakai sarung tinju, sayangnya hilang. Juga banyak batu energi yang ikut raib. Kalau bukan karena bertemu petarung level enam, kali ini aku bisa menembus garis pertahanan mereka!"
Fang Ping saat ini penuh semangat dan percaya diri, merapikan baju yang compang-camping, lalu melangkah menuju gerbang kota!
……
Di depan gerbang kota, saat melihat Fang Ping yang berlumuran darah dengan lencana di tas dada yang berkilauan, para pejuang di atas dan bawah tembok langsung memberi hormat militer penuh respek! Beberapa orang mulai berdatangan ke gerbang kota.
Seorang pejuang yang melihatnya bertanya heran: "Saudara, area luar sudah diblokir, kamu ini..."
"Sudah menerobos garis pertahanan musuh, kembali untuk memberi laporan!"
Fang Ping meludahkan darah sambil tersenyum santai: "Kita petarung, biar gugur di medan perang pun takkan mundur!"
"Luar biasa!"
Fang Ping tersenyum tipis dan melanjutkan langkahnya dengan sangat pelan, menunggu orang yang diharapkannya.
Tak lama kemudian, matanya berbinar - orang yang ditunggu telah tiba!
"Xuemei!"
"Fang Ping?"
Zhao Xuemei yang berlari tergopoh-gopoh baru mengenali Fang Ping setelah dia bersuara.
Sebelum sempat bicara, Fang Ping sudah berkata: "Misi berhasil! Sudah kuhabisi satu puncak tingkat lima, satu tingkat lima pemula, dan tak terhitung petarung level empat. Akhirnya aku bisa kembali dengan muka!"
Beberapa orang di jalan langsung membeku kaku.
Lü Fengrou yang baru tiba tertegun, menoleh ke Huang Jing dengan sorot mata berbahaya: "Kalian memberinya misi?"
Kalau tidak, mana mungkin ada 'misi berhasil' ini? Tak ada yang menyuruhmu membunuh tingkat lima!
Huang Jing tampak bingung, tidak ada perintah seperti itu!
Mustahil memberi misi tingkat lima ke kasta tiga!
Tiba-tiba tubuh Fang Ping ambruk ke tanah!
"Fang Ping!"
Di telinga, samar terdengar suara teriakan.
……
"Fang Ping dari Universitas Bela Diri Kota Iblis, kasta tiga tahap tinggi, berhasil menyingkirkan petarung puncak tingkat lima!"
"Menembus garis blokade, menerobos kepungan, melarikan diri dari pejuang level enam."
"Benar atau bohong?"
"Tentu benar, saat itu semua melihat. Tapi Fang Ping juga terluka parah..."
"Kasta tiga membunuh puncak tingkat lima? Apa kau sedang bercanda?"
"Sungguh! Dia menyita lencana tingkat lima musuh. Kau tahu, petarung liang bumi memakai lencana sebagai simbol status dan kehormatan. Kecuali mati, mustahil direnggut. Jika kita bunuh, baru bisa disita. Menurutmu dia dapat dengan?"
"Mustahil! Kasta tiga bunuh kasta empat aku percaya. Tapi kasta tiga bunuh puncak tingkat lima... Ini sulit dipercaya!"
"Awalnya kupikir begitu. Tapi saat kembali, dia memang cedera berat. Katanya dikejar petarung level enam sepanjang ratusan li, akhirnya tiba di Kota Harapan."
Di hari itu, nama Fang Ping menjadi terkenal di Kota Harapan yang kecil.
Fang Ping kasta tiga tahap tinggi, telah mengeliminasi petarung tingkat lima dan tak terhitung kasta empat.
Prestasi ini lebih gemilang daripada Yao Chengjun dulu, jauh lebih mencolok.
Kasta tiga bunuh tingkat lima - belum pernah dengar. Memang ada kasus petarung kasta tiga membunuh petarung tingkat lima yang terluka, tapi apa Fang Ping kebetulan bertemu dua petarung tingkat lima terluka sekaligus?
……
Ruang medis markas militer.
Lü Fengrou mengerutkan kening: "Benar kau yang membunuhnya?"
“Fang Ping yang wajahnya pucat pasi, dengan lengan kiri tergantung, berkata lemah: 'Siapa lagi kalau bukan aku? Tentu saja bukan dengan menghadapi langsung, aku menjebak mereka. Tapi petarung bukan orang gegabah yang hanya mengandalkan kekuatan kasar. Aku tingkat tiga membunuh tingkat lima, sekalipun bukan hadapi langsung, tetap membunuh musuh. Ini benar kan?'”
Lü Fengrou mengangguk ringan, tiba-tiba bertanya: "Apa kau bodoh? Sudah kuperingatkan untuk berhati-hati jangan dijebak, kenapa kau malah memisahkan diri dari tim?"
Fang Ping tertegun sejenak, lalu berkata terbata-bata: "Aku tidak terima disebut Si Singa besar menuduhku takut bertarung. Makanya aku memisahkan diri untuk membuktikan aku bukan seperti katanya! Dia sedang memfitnahku!"
Lü Fengrou mengerutkan kening: "Taktik tantangan sederhana begitu saja kau langsung terpancing?"
"Guru, saat itu sudah genting. Sebagai pria, aku benar-benar tidak tahan... Aku tidak peduli. Tapi Guru? Maukah murid Guru dicap sebagai pengecut?"
Lü Fengrou mendengus: "Aku tidak peduli. Lalu mereka bilang kau tidak punya arah, bagaimana ini?"
"Tidak ada itu."
Fang Ping menggeleng: "Cuma bercanda dengan mereka. Kalau tidak, mana mungkin aku bisa menerobos dari area luar sejauh 100 li? Guru, kali ini aku sudah membunuh banyak pejuang kuat, juga membawa intel penting. Tapi karena ini aku kehilangan banyak batu energi dan senjata tingkat tinggi..."
"Intel?"
Fang Ping buru-buru menyambung: "Ya Guru! Lebih baik kita berhenti bicara. Aku bawa intel yang menyangkut kelangsungan hidup umat manusia. Cepat panggil mereka masuk!"
"Sesaat kemudian, tanpa perlu Lü Fengrou membuka mulut, beberapa orang masuk dari luar ruangan. Wu Kuishan segera bertanya, 'Intel apa?'"
"'Pasukan Dongkui City telah bergerak, pasukan besar mendekati perbatasan, menyerang Hope City dari timur... Aku mempertaruhkan nyawa, menyebrangi Hutan Jiaowanglin bolak-balik dua kali untuk mendapatkan intel ini...'"
Sebelum ia selesai memamerkan jasanya, tiba-tiba semua orang dalam ruangan termasuk Lü Fengrou menghilang seketika.
"'Bukankah kalian harus memberiku...'"
Fang Ping yang bicaranya terpotong, menatap kosong ke ruangan yang sudah sepi, bergumam, "...memberi hadiah?"
"'Kabur?'"
"'Aku belum selesai bicara! Mereka berangkat kemarin, sekarang mungkin masih sekitar 200 li dari kita?'"
"'Inikah... perlakuan untuk pahlawan?'"
Fang Ping menghela napas. Ia memahami urgensi mereka, tapi tak bisakah menyisakan satu orang?
