Di luar ruang rapat.
Di antara mahasiswa seperti Fang Ping, ada yang berobat, ada yang pulang memulihkan energi vital. Qin Fengqing tak buru-buru pergi.
Melihat Fang Ping masih kontemplasi, Qin Fengqing menyeringai, "Sedang mikir apa?"
"Nggak."
"Nggak mau pulang?"
"Nggak tahu."
Fang Ping menggelengkan kepala, sungguh tak tahu.
"Aku takut mati di sini, tapi juga khawatir jika pulang dicap pengecut. Wong aku ini orang yang masih punya muka.
Lalu aku ingat, Guru Wu yang ikut misi bersama kita... mayatnya pun tak bisa direbut kembali. Setidaknya aku harus menunggu musuh mundur dulu untuk mencari.
Lalu kupikir lagi, kalian semua belum pergi. Kalau aku pergi, padahal kemampuanku lebih kuat. Bukannya semakin kuat semakin bertanggung jawab?
Dan..."
Fang Ping menggelengkan kepala perlahan: "Terkadang, aku merasa sifat manusia begitu rumit sampai diri sendiri tak memahaminya. Aku benar-benar tak ingin mati di sini, terlalu takut pada kematian. Masih terlalu banyak hal yang belum kulakukan. Jika aku mati, betapa sedihnya orang tuaku, betapa menderitanya adik perempuanku?
Tapi sekarang, petarung tingkat menengah ada di mana-mana, yang tingkat tinggi juga tak jarang. Aku petarung level tiga, apa gunanya di sini?
Kadang aku berpikir, jika nanti mencapai level master baru datang ke sini, bukankah efeknya akan lebih besar? Jika aku mati, tak ada kesempatan lagi.
Lalu perkataanmu juga benar - jika kau tak bertarung, aku tak bertarung, semua hanya ingin menunggu jadi master dulu, masih adakah harapan untuk umat manusia?
Katamu... manusia kok bisa serumit ini!"
Qin Fengqing tak sependapat, tertawa Huh!: "Ngapain dipikirin! Mau tinggal ya tinggal, mau pergi ya pergi. Kau kan sudah bertarung, sudah membunuh. Pergi atau tinggal, tak ada yang komentar.
Tentang Guru Wu dan yang lain, berkorban di sini patut disalut: Hidup tak sia-sia!
Dari mana kau tahu mereka menyesal?
Ini bukan misi pertama. Saat turun ke liang bumi, siapa yang tak punya tekad pasti mati? Pikir ini jalan-jalan naik gunung, main game level-up?
Tapi bisa dimaklumi, namanya juga pertama kali.
Santai saja. Nanti kalau temanmu mati, keluargamu mati..."
"Pergi!"
Fang Ping mengumpat kesal: "Kau menyihirku ya!"
Qin Fengqing berkata dengan malas: "Mengutukmu? Tidak, aku hanya menyatakan fakta. Praktisi seni bela diri yang lama tinggal di liang bumi, sejujurnya siapa yang belum kehilangan teman?"
"Ambil contohku, dulu punya beberapa sahabat. Tapi sekarang, sebagian besar misi kulakukan sendirian."
"Kemana mereka pergi?"
"Mati."
"Saat pertama kali turun ke liang bumi, aku bersama sebuah tim. Komandan yang satu level di atasku - kalau masih hidup, mungkin sudah lulus sekarang."
"Waktu itu, si brengsek itu terus memukul dan menghinaku, bilang aku bodoh seperti babi!"
"Sialan, saat itu kupikir: 'Andaikan kau tidak lebih tinggi levelnya, sudah kubabat kau mati!'"
"Tapi akhirnya... eh, dia benar-benar tewas dibabat orang."
"Saat sekarat, dia masih mengumpatiku. Tentu saja, aku juga membalasnya... Lalu tiba-tiba saja dia mati."
"Aku shock waktu itu. Sakit hati, tidak percaya - 'Aku belum sempat membalas dendam, kok sudah mati?'"
"Berhari-hari aku dilanda pergolakan: kadang ingin membalaskan dendamnya, kadang ingin membantai semua makhluk liang bumi, kadang ingin berhenti turun ke sana selamanya..."
"Tapi kemudian... aku mulai terbiasa."
"Intinya, biasakan saja..."
Ekspresi Fang Ping menghitam. Dengan kesal dia bertanya: "Ini maksudmu menghiburku?"
"Bodoh amat! Ngapain aku menghiburmu?" Qin Fengqing menyeringai. "Kau sudah petarung level tiga, bukan anak kecil lagi. Sudah biasa membunuh, harusnya bisa mengatasi sendiri."
"Aku bicara panjang lebar padamu maksudnya, manusia harus memandang biasa soal hidup mati, jangan terlalu banyak mikir. Kalau kau mati besok pun aku tak akan heran."
"Jadi sebelum itu, bukankah sebaiknya kita bagi-bagi keuntungan dulu?”
Ekspresi Fang Ping gelap menakutkan. Qin Fengqing menepuk bahunya keras-keras, sorot mata berbahaya: "Kau tidak berniat menelan sendiri kan? Nak, jangan keterlaluan! Wang Jinyang si dasar bangsat itu pun tak sekejam kau!"
"Pergi!"
"Jangan ngomong aja, bagi keuntungan. Habis dibagi silakan pergi atau tinggal. Paling-paling kalau kau mati, kalau aku masih hidup akan kuakui orang tuamu sebagai ayah/ibu angkat. Sudah cukup baik kan? Kalau kau mau bagi 50-50, aku bahkan bisa menikahi adik perempuanmu..."
"Pergi!" Fang Ping mengumpat dengan muka hitam, mendengus: "Kau mati pun, aku tetap hidup. Aku hitung, tiap kali kau turun ke liang bumi, tingkat kematianmu sekitar 80%, aku cuma 20%. Jadi peluangmu mati duluan lebih besar."
"Dasar! Peluang 20% itu justru lebih besar menghampirimu, percaya tidak?"
"Tidak percaya."
"Kalau tidak percaya ayo bertaruh. Kalau aku mati duluan, aku kalah 1 miliar padamu..."
"Kau sudah mati, mau minta utang ke siapa?"
"Oh iya?" Qin Fengqing terhanyung dalam kontemplasi, bergumam: "Orang mati bisa ingkar janji, aku sampai lupa."
Keduanya terus menerus bicara "mati-mati" hingga akhirnya benar-benar memandang biasa beberapa tingkat.
Perasaan Fang Ping pelan-paman pulih. Sambil berjalan ia berkata: "Kalau kau mau bagi keuntungan denganku, belum tentu dapat lebih banyak dari sekarang?"
"Maksudnya apa?"
"Idiot, aku malas berdebat soal pembagian denganmu. Kau ambil tiga jantung energi, nilainya sekitar 900 kredit kan? Menurut aturan 30-70-mu, setidaknya aku harus dapat 2100 kredit. Menurutmu, tiga orang miskin kampung yang bahkan tak sempat pegang senjata, punya harta senilai 2100 kredit?"
Qin Fengqing tertegun sebentar, "Ada?"
"Rata-rata satu tingkat empat, 700 kredit. Benar tidak?"
"700 kredit, berarti lawan harus membawa lebih dari 23 gram batu energi latihan..."
Tiba-tiba Qin Fengqing tersadar akan sesuatu. Ia menengadah ke langit, "Matahari sangat terik! Fang Ping, sampai di sini saja. Jangan kita bertemu lagi!"
Setelah mengucapkan itu, ia buru-buru pergi.
Fang Ping tetap berdiri di tempat, berteriak, "Kau sendiri yang tidak mau bagi denganku. Jangan menyesal nanti..."
Seketika itu juga, Qin Fengqing kembali sambil wajahnya penuh kebingungan, "Berapa tepatnya? Lagipula, bagi 30-70 itu cuma gurauan. Kau serius? Coba pikir, kalau bukan karena aku, bisa kau bunuh tiga tingkat empat?"
Fang Ping malas menghiraukannya. "Kalau bukan karena aku, kau juga tak bisa bunuh mereka. Kita sama-sama bersalah."
Tanpa bermain-main lagi, Fang Ping mengeluarkan hasil jarahan dari tas tentaranya: 7 bijih energi dasar dengan ukuran bervariasi, sebagian didapatkan dari menjarah mayat.
Qin Fengqing memeriksa sebentar lalu berkata, "Ini bisa ditukar sekitar 100 kredit."
Fang Ping mengeluarkan beberapa batu energi latihan yang lebih kecil. Qin Fengqing mengambilnya dan mulai menghitung dengan cermat.
"Kira-kira 40 gram. Nilainya 1200 kredit. Ditambah 100 tadi, total 1300 kredit..."
Begitu menghitung sampai sini, sepersekian detik kemudian, Qin Fengqing menghilang.
"Boleh pergi, kita berdua bagi seperti ini saja. Aku Qin Fengqing juga bukan orang yang pelit-pelit amat!"
Fang Ping membalikkan mata putihnya, dari tadi sudah tahu kau mau kabur. Gak masalah, utangnya kucatat.
"Berdasarkan pembagian 30-70, aku harusnya dapat minimal 1500 kredit. Kau utang 200 kredit padaku, 6 juta yuan, ditambah 4 juta yuan sebelumnya. Qin Fengqing, total sudah 10 juta yuan! Kali ini ingat baik-baik!"
"Terserah kamu mau berapa!"
Qin Fengqing sama sekali tak peduli. Utang harus dibayar?
Bercanda!
Orang mati utang lenyap. Entah kapan mungkin mati, siapa peduli omongan Fang Ping. Yang penting selama masih hidup, aku takkan bayar.
Selain itu... dari mana asal 4 juta yuan itu?
Kapan aku pernah pinjam uang dari Fang Ping?
Masih ingat soal utang ke Zhang Yu yang lebih dari satu juta, tapi tak berniat melunasinya. Kalau Zhang Yu berani minta, berani-beraninya dia lawan mati-matian. Berapa banyak pembagian dari Klub Bela Diri yang dipotong, dasar bangsat Zhang Yu itu sepertinya tak pernah memberiku gaji!
Tapi soal beberapa juta dari Fang Ping ini... Qin Fengqing berpikir keras, kapan aku meminjamnya?
……
Kepergian Qin Fengqing bisa dianggap sebagai persetujuan diam-diam terhadap prinsip pembagian.
Barang sudah di tangan, sistem menghitung nilai kekayaan. Hasilnya nilai kekayaan hanya bertambah 28 juta.
Sebelum menjalankan misi, nilai kekayaan Fang Ping masih tersisa 40 juta lebih. Setelah tambahan 28 juta, total hanya sekitar 45 juta.
"Pengeluarannya terlalu besar!"
Fang Ping menggelengkan kepala pelan. Meski hanya bertempur sekitar 15 menit, tapi selama itu Fang Ping hampir tak berhenti. Jurus andalan diledakkan berkali-kali, dari awal masuk sudah meledak terus sampai akhir.
"Ini lebih menguras dibandingkan saat dia membunuh tiga prajurit tingkat empat sendirian. Membunuh prajurit tingkat empat pun, Fang Ping tidak bisa terus-menerus meledakkan energinya."
"Tapi sebelumnya, situasi tidak begitu baik. Dikeroyok oleh begitu banyak orang, Fang Ping terpaksa mempertahankan jurus andalannya dalam kondisi maksimal."
"Dihitung total, nilai kekayaannya berkurang hampir 23 juta, setara dengan 23.000 kal energi vital yang diisi ulang Fang Ping selama pertempuran - jumlah yang menyamai total konsumsi semua petarung kasta tiga digabungkan."
"Tapi memang sepadan. Aku sendiri menghasilkan efek setara gabungan seluruh tim."
"Selanjutnya, meski Fang Ping tidak mengklaim jasa, semua melihat bagaimana dia membunuh sekitar separuh dari total petarung kelas bawah yang ditaklukkan."
"Batu energi yang tersisa ini percuma saja. Mari kita lihat apakah bisa dijual untuk ditukar barang berguna."
"Sambil berpikir demikian, Fang Ping berbalik menuju barak militer. Komando militer memiliki bagian logistik di sini."
"Selain itu, misi ini dianggap sebagai tugas resmi militer. Subsidi dari pihak militer tentu akan menambah nilai kekayaannya."
……
Departemen Logistik Komando Militer.
Setelah menyerahkan sertifikat bela dirinya, prajurit paruh baya di bagian logistik segera tersenyum: "Misi Universitas Iblis baru saja dilaporkan oleh Guru Chen yang memimpin tim kalian. Dia secara khusus menyebut performamu yang luar biasa."
"Untuk sumber daya, militer sedang dalam persiapan perang sehingga hanya bisa memberimu 500 poin militer."
"Selain itu, sebelumnya kamu membawa kabar dari Kota Dongkui. Militer memberimu hadiah 3.000 poin..."
Fang Ping tertegun sejenak, tak kuasa bertanya: "Kalau begitu, sekarang aku punya 3.500 poin militer? Berarti kalau aku gabung militer sekarang, minimal bisa dapat pangkat komandan?"
Tentang poin militer, Fang Ping memang sudah memahaminya.
Di mata mahasiswa universitas bela diri, kredit kampus mewakili uang, sedangkan poin militer mewakili kehormatan dan jabatan kemiliteran.
Sistem kepangkatan militer sebenarnya cukup kompleks, tapi umumnya jabatan tertinggi yang bisa didapat mahasiswa universitas bela diri ada tiga level: perwira, komandan, dan jendral.
Pangkat komandan tidak bisa dibilang rendah, minimal biasanya dijabat petarung level empat, bahkan petarung level lima juga biasa.
Jika mencapai level enam dan memenuhi syarat jasa perang, seseorang berharap bisa menjadi jendral yang mengawasi suatu wilayah.
Di atas itu sebenarnya ada beberapa jabatan lain, tapi kebanyakan bersifat seremonial. Para master yang mencapai realm lebih fokus melawan pejuang lawan, sementara tugas memimpin pasukan umumnya untuk petarung di bawah level tinggi.
Seorang master setara dengan pasukan besar. Daripada dibatasi oleh formasi militer, lebih baik bertarung mandiri.
Zhang Dingnan dari Nanjiang dulu berjanji Fang Ping bisa kembali ke Nanjiang sebagai komandan setelah wisuda.
Tapi sekarang, Fang Ping masih mahasiswa tahun pertama.
Dengan 3.500 poin militer yang sudah sangat tinggi - melebihi 3.000 poin berarti begitu gabung militer langsung bisa jadi komandan. Yao Chengjun yang disebut sebelumnya juga berpangkat komandan.
Jika poin militernya terkumpul lebih dari 10.000 dan kekuatannya memadai, Fang Ping bisa menjadi jendral yang mengawasi suatu wilayah.
Tentu saja, mengumpulkan poin militer tidak mudah.
Kota Dongkui adalah sebuah kecelakaan, Poin yang sebenarnya terkumpul oleh Fang Ping hanya 500 Poin. 500 Poin ini didapatkannya dari kerja sama dengan Qin Fengqing dalam mengeksekusi tiga petarung level empat dan menyingkirkan puluhan petarung kasta tiga.
Jika diganti dengan petarung level empat lain, belum tentu bisa mencapai ini.
Untuk mengumpulkan 10.000 Poin, Fang Ping minimal harus menyingkirkan hampir 100 petarung tingkat menengah.
Mendengar perkataan Fang Ping, perwira Departemen Logistik tersenyum: "Tentu saja, komando militer juga menyambut hangat pejuang kuat seperti kalian untuk bergabung. Jika Anda memiliki ide ini..."
Fang Ping membersihkan tenggorokannya: "Lupakan, untuk sementara belum ada ide. Aku pertimbangkan lagi setelah lulus."
Para perwira militer biasanya bertugas jangka panjang di liang bumi.
Meskipun Fang Ping mengagumi mereka, tapi jika harus tinggal di liang bumi selama bertahun-tahun dan tunduk pada peraturan militer, dia pasti tidak akan terbiasa.
Banyak pejuang kuat dari komando militer, nanti juga akan melepaskan diri dari kendali militer dan berburu sendiri di liang bumi. Komando militer sendiri tidak terlalu membatasi hal ini.
Melihat Fang Ping tidak menyetujui, pihak lain juga tidak terkejut. Mereka tersenyum dan memberikan subsidi kali ini kepada Fang Ping.
Benar-benar tidak banyak: tiga butir Pil Energi kasta tiga, di Universitas Bela Diri Kota Iblis bernilai 120 kredit.
Tapi di momen krusial ini, sumber daya militer terbatas. Selain itu, rampasan perang mereka menjadi milik sendiri, berbeda dengan petarung militer yang menjalankan misi.
Fang Ping juga tidak berkomentar, sebelumnya sudah menduga hal ini.
Tiga butir Pil Energi kasta tiga ini menambah nilai kekayaannya lebih dari 2.5 juta, membuat nilai kekayaan Fang Ping kembali mendekati 50 juta.
"Setelah berpikir sejenak, Fang Ping mengeluarkan semua batu energi, termasuk tiga butir Pil Energi di tangannya, dan berkata: "Paman, dengan semua barang yang kumiliki ini, bisakah kutukar dengan sebuah zirah kulit yang terbuat dari bulu makhluk tingkat enam?""
Nilai total semua barang ini hampir mencapai 40 juta RMB.
Namun perwira di depannya melihat sekilas dan tersenyum pahit: "Rekan Fang, makhluk tingkat enam sebenarnya jarang kami singkirkan. Lagipula... Sungguh sulit untuk ditukar. Menurut standar pertukaran Universitas Bela Diri Kota Iblismu, zirah kulit makhluk tingkat enam bernilai antara 5000-10000 kredit."
"Kalau yang tingkat lima? Waktu itu aku menukar zirah kulit tingkat empat dengan 500 kredit. Pasti tingkat lima tidak semahal itu kan?"
Fang Ping memahami mahalnya tingkat enam. Dalam konteks manusia, makhluk tingkat enam hampir mencapai Golden Body.
"Tingkat lima biasanya sekitar 1000-3000 kredit..." Setelah menyapu pandangannya ke barang-barang di meja, perwira paruh baya itu merenung sejenak: "Hanya bisa kutukarkan dengan zirah kulit makhluk tingkat lima fase awal..."
Fang Ping tampak ragu. Dengan menggigit gigi, ia melepas jaket compang-campingnya dan zirah dalam yang sudah rusak: "Bisakah ditukar dengan zirah tingkat lima fase menengah? Zirah dalam ini memang rusak, tapi kalau dipatch masih bisa dipakai."
Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Dari tas ranselnya ia mengeluarkan sarung tinju: "Ini sarung tinju Level C paduan logam dan kulit makhluk liang bumi yang pernah kutukar. Belum pernah kupakai. Aku sebentar lagi mencapai puncak kasta tiga, dan tidak terbiasa pakai ini... Jika ditotal semuanya, masih kurang untuk menukar zirah kulit makhluk tingkat lima fase menengah?""
Perwira mengamati sejenak, lalu mempertimbangkan beberapa hal sebelum akhirnya mengangguk, "Tapi batu energi sebenarnya sangat membantu latihanmu. Rekan Fang Ping, apa Anda yakin ingin menukar zirah kulit ini?"
"Ya, saya konfirmasi."
Fang Ping mengangguk. Saat ini tubuhnya dipenuhi luka lama dan baru, banyak di antaranya akibat tembusan zirah kulit yang membuatnya frustasi.
Bekas luka adalah bukti prestasi seorang pria... Tapi sebelum mencapai puncak Tingkat Enam, semua jejak ini sulit dihilangkan dan memengaruhi sensasi sentuhan.
Melihat keteguhan Fang Ping, perwira itu tak lagi menyampaikan keberatan.
Di momen kritis ini menggunakan batu energi latihan dan obat untuk menukar zirah kulit... Harus diakui, Fang Ping termasuk minoritas ekstrim. Sangat jarang praktisi bela diri melakukan ini.
……
Beberapa menit kemudian, Fang Ping menerima sebuah baju zirah yang lebih mirip rompi militer.
Tanpa lengan... Lengan petarung umumnya bukan titik vital. Luka tembus organ dalam-lah yang berbahaya.
Fang Ping cukup puas. Setelah mencoba kenyamanannya, sempat terlintas keinginan menusuknya untuk uji coba, tapi khawatir merusak zirah, akhirnya urungkan niat.
Begitu zirah kulit diperoleh, nilai kekayaan Fang Ping justru naik lagi, resmi mencapai 50 juta.
Menurut intel perwira, zirah ini di Universitas Bela Diri Kota Iblis nilainya setara 2000 kredit.
Setelah menghitung kasar, Fang Ping merasa dirinya kini benar-benar hidup mewah.
Belum termasuk golok dan zirah kulitnya saja nilainya sudah melampaui 100 juta.
Petarung level tiga, mungkin tak ada yang lebih boros darinya.
“Cepat mengenakan baju zirah, Fang Ping keluar dari Departemen Logistik sambil bergumam, 'Kali ini masuk liang bumi, hasil jerih payah cukup banyak.'”
“Nilai kekayaan memang berkurang sedikit, dari 80 juta menjadi 50 juta.”
“Tapi tulang sumsum sudah hampir selesai ditempa, perlengkapan diperbarui, dalam hal teknik tempur juga ada perkembangan yang cukup berarti. Fang Ping merasa teknik 《Golok Darah Ledak》 Lima Serangan Beruntun-nya hampir sempurna, bahkan sekarang tingkat penguasaan teknik tempurnya jauh lebih baik dari sebelumnya.”
“Sekedar mengandalkan petunjuk verbal, sulit meningkatkan teknik tempur. Hanya melalui pertempuran nyata kita bisa menemukan kekurangan.”
“Puncak kasta tiga, seharusnya juga sudah dekat.”
“Selisih antara tahap tinggi kasta tiga dan puncak kasta tiga terletak pada kondisi fisik, energi vital, serta proses fusi.”
“Sebenarnya kondisi fisik dan energi vital Fang Ping sudah memenuhi standar sejak lama. Sekarang tinggal meleburkan semuanya menjadi satu, benar-benar mencapai tingkat energi tak tercerai saat meninju, maka dia akan menjadi petarung puncak kasta tiga.”
“Ini masih masalah memusatkan energi. Seperti yang dikatakan Qin Fengqing sebelumnya tentang situasi puncak kasta tiga, sekarang aku juga sudah mulai memahami. Puncak kasta tiga seharusnya sudah di depan mata.”
“Saat tiba di kompleks perumahan tempat tinggalnya, melihat ada orang sedang membereskan barang, langkah Fang Ping terhenti sebentar.”
“'Aku... haruskah kembali?'”
“Masalah ini si Qin Fengqing juga tidak memberi jawaban, hanya bilang 'terserah mau pergi atau tidak'—semua omong kosong belaka.”
“Bab 255: Bermewah-mewah Sekali”
“'Fang Ping, kamu sudah kembali? Cepat rapikan barang, Guru Zheng menyuruh kita berkumpul di Penghubung nanti...'”
“Melihat Fang Ping kembali, Fu Changding segera menyampaikan pesan.”
Fang Ping diam, bersandar di tempat tidur hingga papan tempat tidur berbunyi kreek.
Saat yang lain selesai mengemas dan hendak keluar, melihat Fang Ping masih bersandar, Fu Changding berbisik: "Lukanya parah?"
"Tidak, hanya luka ringan di kulit."
Fang Ping menggelengkan kepala, menghela napas: "Kalian pergi dulu."
"Lalu kamu..."
"Aku akan beristirahat sebentar."
“Kalau begitu cepatlah, Fang Ping. Sebenarnya aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi kekuatan kita sekarang benar-benar terlalu lemah, bahkan tak bisa turun dari tembok kota…”
Mereka yang merupakan petarung level dua, begitu pertempuran besar pecah, turun dari tembok kota sama saja dengan kematian.
“Ya, aku tahu. Kalian pergilah dulu.”
“Kalau begitu segeralah menyusul.”
……
Setelah semua pergi, Fang Ping bergumam pelan: “Aku pejuang tahap tinggi kasta tiga, jauh lebih kuat dari puncak kasta tiga biasa, bahkan kasta empat belum tentu bisa mengalahkanku… Kalian bisa pergi, lalu bagaimana denganku?”
Pejuang tahap tinggi kasta tiga dan yang di bawahnya adalah dua konsep berbeda.
“Jika aku level dua, mungkin aku juga akan ikut pergi, mengorbankan kepala sia-sia di sini. Tapi aku bukan level dua.”
Fang Ping terbaring di tempat tidur, menatap langit-langit usang dengan bengong sambil pikirannya melayang.
……
Setengah jam kemudian.
Alun-alun Penghubung.
Zheng Longjiang menghitung jumlah personel, lalu mengerutkan kening bertanya: "Fang Ping belum kembali?"
"Sudah kembali, di area asrama."
"Lalu orangnya? Bukannya sudah diperintahkan berkumpul di sini?"
Fu Changding menggelengkan kepala, setelah berpikir sejenak berkata: "Dia... mungkin tidak ingin pulang..."
"Tidak ingin pulang?"
Zheng Longjiang tertegun sebentar, apakah si nak Fang Ping seberani itu?
Setelah merenung, Zheng Longjiang memberi perintah: "Kalian tunggu di sini sebentar!"
"Setelah mengucapkan ini, Zheng Longjiang berbalik tubuh menuju kompleks perumahan."
……
"Di dalam asrama."
Lü Fengrou memandang dari atas ke bawah ke arah Fang Ping yang terbaring di tempat tidur, berkata tenang: "Kenapa tidak pergi?"
"Kehabisan uang."
Lü Fengrou mengerutkan kening.
Fang Ping menghela napas: "Ambil risiko, kalau tidak saat mencapai tingkat empat nanti bakal bangkrut. Mencapai tingkat empat di luar sana tak semudah itu. Manfaatkan momentum perang ini untuk mengumpulkan keuntungan dulu."
"Bisa mati."
"Terjebak di kasta tiga, cepat atau lambat juga mati. Kecuali Guru mau memberiku 1 miliar, atau menyerahkan semua harta Guru padaku, biar aku yang jaga usaha keluarga..."
"Kau sedang mengutukku mati?"
Fang Ping menggelengkan kepala dengan wajah memelas: "Guru, aku tidak bermaksud begitu. Saya hanya ingin membantu menjaga usaha keluarga. Guru fokus saja mencapai level master, jangan pusingkan urusan remeh ini..."
"Terserahmu, jaga diri baik-baik."
Setelah mengatakan ini, Lü Fengrou pergi. Tak lama kemudian Zheng Longjiang muncul. Fang Ping langsung berkata: "Guru menyuruhku tinggal untuk berlatih, mencapai tingkat empat sebagai persiapan memimpin Universitas Bela Diri Kota Iblis!"
Zheng Longjiang tiba-tiba berhenti melangkah, lama kemudian mulutnya berkedut: "Itu artinya kau harus menunggu kami semua mati dulu!"
Fang Ping terkekeh canggung: "Jangan sampai segitu. Kalau semua mati, buat apa aku memimpin universitas cangkang kosong?"
"Dasar nak... Baiklah, jaga dirimu."
Zheng Longjiang tidak membujuk lebih jauh. Dia baru saja melihat Lü Fengrou.
……
Satu jam lebih kemudian, Fang Ping mengunyah beberapa potong daging setengah matang di kantin, lalu melangkah keluar.
Saat ini, di Kota Harapan, pasukan militer terlihat di mana-mana.
Para petarung juga bergegas, sebagian menuju gerbang utara, sebagian ke gerbang timur...
Di langit Kota Harapan, seorang pejuang levitasi berteriak: "Petarung non-militer, realm menengah laporkan ke departemen operasi untuk pembagian tugas! Petarung kelas bawah laporkan ke gerbang kota masing-masing!"
Fang Ping berpikir sejenak, lalu menuju gerbang utara.
Di gerbang utara yang penuh sesak, perwira di kedua sisi tembok berteriak: "Antri, tunggu pembagian tugas!"
Efisiensi petarung sangat tinggi. Fang Ping mengantri di satu sisi dan segera mendapat giliran.
"Sertifikat bela diri ada?"
"Siap."
Fang Ping menyerahkan sertifikatnya. Pihak lain melirik dan bertanya: "Level tiga kasta berapa... Oh, Fang Ping... Nama ini familiar..."
Perwira penugasan bergumam, namun karena antrean panjang, langsung bertanya: "Tahap apa di kasta tiga?"
"Tahap tinggi."
"Ikut pertahanan di gerbang timur..."
"Tidak ke medan perang?"
"Saat ini hanya realm menengah yang bertugas di luar kota. Cepat, jangan buang waktu."
Tanpa bertanya lagi, Fang Ping berjalan ke gerbang timur.
……
Setengah jam kemudian, dia ditempatkan di tembok kota gerbang timur.
Bukan hanya dia, ada lebih dari sepuluh petarung level tiga di sini. Pemimpinnya seorang perwira berpangkat letnan dengan kekuatan puncak kasta tiga.
Membawa tim yang ditugaskan, sang perwira memimpin mereka berpencar.
Saat tiba di area yang menyerupai lubang meriam, Fang Ping pertama kali melihat senjata pertahanan Kota Harapan.
Terdapat sebuah arbalet besar berbahan paduan logam. Perwira yang memimpin tim berseru: "Kalian semua, misi kita hanya satu - jaga arbalet ini dan lapiskan energi vital pada panahnya! Pejuang tahap tinggi kasta tiga memang tak bisa melepaskan energi vital, tapi melapiskan ke senjata masih memungkinkan. Bergiliranlah melapisi arbalet, sementara aku yang akan membunuh petarung di luar tembok!"
Fang Ping buru-buru bertanya: "Apa mungkin? Petarung biasanya level lima, bisakah kita bunuh mereka?"
"Bisa, meski peluangnya kecil. Tapi untuk level empat pasti bisa, asalkan energi vital kita cukup. Kita semua kasta tiga. Kemampuan individu terbatas, tapi 10 pejuang kasta tiga dibagi dua shift. Dengan lima orang berkolaborasi melapisi energi, kita tetap bisa membunuh."
Fang Ping memandang sekeliling. Di sepanjang tembok kota, setiap beberapa puluh meter berdiri arbalet serupa.
Selain arbalet, ada juga perangkat peluncur seperti Peluncur Roket...
"Apa itu?"
"Meriam Energi!"
Perwira itu menjelaskan saat melihat arah pandangnya: "Batu energi memang bisa meledak, tapi jangan terlalu berharap pada itu."
“Duwei tersenyum pahit: 'Konsumsi energi terlalu besar, kita tidak sanggup menghadapi pertempuran seperti ini. Kalian semua tahu betapa berharganya batu energi. Satu tembakan meriam bisa menghabiskan jutaan yuan! Kecuali sudah di ambang kematian, Tiongkok tidak akan sanggup membiayai perang gesekan seperti ini! Lagipula di era para petarung ini, kita harus waspada pejuang level tinggi musuh yang bisa memantulkan kembali peluru. Ledakannya punya daya hancur besar, tapi masih kalah praktis dengan busur salib.'”
Fang Ping mengangguk ringan. Seorang anggota tim berkata dengan suara lembut: "Ini pertama kali adik kecil melihat semua ini?"
"Ya."
"Nanti saat musuh datang, kami akan perlihatkan bagaimana petarung level tiga membunuh level empat. Kota Pintu Langit benar-benar mengira bisa menaklukkan Kota Harapan? Dalam hal jumlah pejuang, kita mungkin kalah. Tapi soal persenjataan, kita lebih unggul..."
Duwei tersenyum: "Kemungkinan besar kita akan berhadapan dengan Pasukan Dongkui."
Dia melanjutkan: "Target komando militer kali ini adalah menghancurkan pasukan lawan sampai membuat Kota Dongkui ketakutan dan menyesal!"
"Buat mereka sadar bahwa menyerang Kota Harapan adalah kesalahan terbesar!"
"Dengan segala pengorbanan!"
"Saat ini musuh masih berjarak 30 kilometer. Paling cepat sore ini, paling lambat besok, mereka akan tiba."
"Kita para petarung level tiga memang tidak bisa ikut dalam pertempuran besar para pejuang, tapi setidaknya jangan mempermalukan umat manusia..."
Fang Ping mengangguk dengan pikiran melayang. Situasi sudah memburuk sampai level tiga tidak boleh bertarung di luar kota, jelas tidak sesantai yang dikatakan duwei pemimpin tim ini.
……
Di saat yang sama.
Ruang operasi militer.
Beberapa veteran berdiri dan duduk bergantian. Rektor Tua Universitas Bela Diri Kota Iblis juga hadir di sana.
Di tengah kerumunan, seorang pria paruh baya berbaju tentara terdiam lama, lalu membuka mulut: "Para senior, situasi belum memburuk sampai tahap ini..." Belum selesai bicara, seorang veteran berambut putih yang berdiri mengerutkan kening: "Buat apa banyak omong? Perlukah kau mengingatkan kita?"
Sekarang maksud pemerintah, apakah fokus menyerang satu kota dulu atau perang dua front sekaligus?
Menurutku, harus fokus serang sepenuh tenaga ke satu kota. Kota Pintu Langit punya dendam darah dengan kita. Kali ini kita harus jadi penyerang utama ke sana. Lao Bai dan Lao Zhang level delapan, kalian berdua tanggung jawab menyingkirkan dua dari tiga komandan utama.
Kami akan memburu para level tujuh, habiskan sebanyak mungkin. Hancurkan total Kota Pintu Langit!"
Seorang veteran kurus di sebelahnya menggelengkan kepala: "Saranku fokus ke pasukan Kota Dongkui. Kita sudah kenal betul taktik Kota Pintu Langit setelah bertahun-tahun berperang."
Mempertahankan Kota Pintu Langit justru menguntungkan kita.
Sebaliknya, jika benar-benar menghabisi mereka, kita mungkin harus berhadapan dengan Kota Dongkui yang asing."
"Lalu dendam bertahun-tahun ini kita lupakan? Sebelum mati, Laozi cuma ingin membantai beberapa binatang dari Kota Pintu Langit!"
"Siapa yang kau sebut Laozi? Ayahmu saja lebih muda dariku! Pemuda zaman sekarang..."
Veteran berpostur tegap itu tersipu malu: "Aku hampir seratus tahun, masih saja dipanggil pemuda. Pantaskah?"
Beberapa veteran berdiskusi cukup lama, Rektor Tua yang sebelumnya diam akhirnya bersuara: "Menyingkirkan petinggi Kota Pintu Langit, kita kurang memahami situasi Kota Dongkui sehingga peluang keberhasilannya kecil. Pertarungan pertama ini, mungkinkah kita membunuh mereka? Sedangkan untuk Kota Pintu Langit yang kita kenal baik, masih ada harapan untuk menyingkirkannya."
Veteran kurus menggelengkan kepala: "Justru karena tidak mengenal mereka, kita memiliki keunggulan. Kota Pintu Langit yang telah berinteraksi dengan kita selama puluhan tahun justru sudah waspada."
Setelah berdebat cukup lama, mereka belum mencapai kesepakatan bulat.
Tiba-tiba, seorang pria paruh baya bertubuh tegap dengan wajah persegi dan alis tebal memasuki ruangan dari luar pintu.
Begitu masuk, perwira berseragam yang sebelumnya ada di sana segera menyapa: "Komandan Wu!"
Pria berwajah persegi itu mengangguk halus, memandangi para veteran sambil membungkuk hormat. Para veteran pun membalas senyum ramah.
"Lao Bai, Lao Wang..."
Setelah menyapa satu per satu, pandangannya tertuju pada Rektor Universitas Bela Diri Kota Iblis. Matanya berkaca-kala: "Guru."
Rektor Tua tersenyum lembut: "Sudah jadi master Kasta Sembilan, masih ingin nangis seperti anak kecil?"
"Tidak. Sudah tiga puluh tahun lalu aku berjanji pada diri sendiri: darah boleh mengalir, tapi air mata tidak boleh jatuh."
Meski berkata demikian, butiran kristal bening menggenang di sudut matanya.
"Pemerintah dan komando militer berpendapat: meski harus berhadapan dengan Kota Dongkui setelahnya, kita harus prioritaskan eliminasi pejuang Kota Pintu Langit untuk memperpanjang garis pertahanan. Jarak antar dua kota saat ini terlalu dekat! Para senior, ini semua karena ketidakmampuan kami..."
Pria berwajah persegi itu kembali membungkuk dalam-dalam, suaranya parau: "Semoga perjalanan lancar. Dalam hidupku, sumpah ini akan kutepati: membereskan liang bumi sampai tuntas!"
“Rektor Tua terkikik ringan, lalu berdiri sambil berkata: 'Sudahlah, jangan dibuat kaku. Kami para orang tua yang sudah uzur ini hidupnya tak lama lagi. Kalau tidak bertindak sekarang, beberapa tahun lagi mungkin sudah tak sanggup berperang.'”
“Guru...”
“Cukup! Kau fokus saja pada tugasmu. Karena target sudah ditetapkan di Kota Pintu Langit, mari kita koordinir. Ingat untuk menghentikan dia. Jika petarung Kasta Sembilan datang, kami para tua-tua ini takkan sanggup menahan.'”
“Pasti!”
“Pergilah...”
……
Waktu berjalan cepat hingga sore hari.
Saat matahari energi belum menghilang, di kejauhan pandangan Fang Ping dan yang lain muncul pasukan besar yang bergerak megah.
Bersamaan, di Gerbang Utara, pasukan Kota Pintu Langit mulai mendekat.
“Huu... huu...”
Bunyi terompet perang yang mendesak dan nyaring bergema!
Fang Ping dan kawan-kawan seketika siaga penuh, memandang pasukan di kejauhan yang berjarak kurang dari 5 li dari Kota Harapan.
Pemimpin tim menarik napas dalam-dalam lalu berseru tegas: “Persiapan tempur!”
Kelima orang Fang Ping segera meraba panah arbalet dari paduan logam, bersiap melapiskan energi vital.
Namun pasukan lawan segera berhenti, tidak melanjutkan gerakan.
Tiba-tiba dari seberang muncul petarung yang melayang sambil memancarkan gelombang energi dahsyat.
“Petarung high-level!”
Dari Kota Harapan, muncul puluhan partikel energi kuat yang melesat ke angkasa. Fang Ping menyaksikan beberapa petarung melayang di udara.
……
Di angkasa.
Beberapa veteran tak lagi membungkuk, berdiri tegak bagai tombak.
Rektor Tua tersenyum memandangi sesama orang tua itu: “Kawan-kawan seperjuangan, jangan sampai mengecewakan!”
“Urusi dirimu sendiri!”
Seseorang mendengus, Rektor Tua tidak membantah, tersenyum: "Kalau begitu mari kita pergi?"
"Ngomong aja!"
Seketika, beberapa orang tua terbang ke arah wilayah utara.
Di Kota Pintu Langit utara, beberapa siluet juga tiba-tiba muncul terbang menghindari militer, menuju ke kejauhan.
Pasukan dari kedua pihak belum bertempur, namun suara ledakan dahsyat sudah bergema dari kejauhan!
Gelombang energi dahsyat merambat dari kejauhan.
Pertempuran di liang bumi berlangsung jauh lebih cepat dari perkiraan Fang Ping.
Fang Ping melihat hampir seribu siluet terjun melayang turun dari tembok kota - ada Tang Feng, Lü Fengrou, dan banyak mentor lain yang dikenalnya...
"Bunuh!"
Raungan membahana. Fang Ping menyaksikan para petarung tingkat menengah dari kedua pihak saling serang.
Kedua belah pihak sengaja menjauhi medan perang utama, bertempur di area samping.
Melihat Fang Ping mengawasi depan, perwira pemimpin tim berkata tegas: "Petarung mid-high level punya medan tempur sendiri. Musuh kita adalah prajurit biasa, petarung kelas bawah, dan sebagian petarung tingkat menengah. Tapi kita juga punya petarung tingkat menengah yang bertahan."
Tak lama setelah itu, di luar kota, pasukan liang bumi mendorong gerobak perisai logam yang memancarkan cahaya redup menyerbu tembok kota.
Ini pertama kalinya Fang Ping tahu mereka punya gerobak perisai.
Selain gerobak perisai logam, terlihat juga gerobak penyerbu, tangga pengepungan...
Dengan dorongan para petarung, pasukan liang bumi bergerak dengan efisiensi luar biasa.
“Fang Ping gelisah ingin bertindak, Perwira berkata dengan tenang: 「Target kita bukan mereka. Sebentar lagi akan muncul petarung tingkat menengah, target kita adalah orang-orang itu. Ingat, saat mencapai tepi tembok kota, akan ada beberapa petarung tingkat menengah yang menyusup di antara pasukan militer, melompati tembok untuk menyerang. Jangan pedulikan, sudah ada yang akan menghadapi musuh!」”
“Fang Ping segera mengangguk, sementara yang lain tidak terburu-buru. Salah seorang bahkan mengeluarkan sebatang rokok, tangan yang mencubit batu energi melepaskan cahaya seperti api untuk menyalakannya... Fang Ping hanya melihat asap keluar tanpa nyala api, wajahnya tampak kosong.”
“Bersantai sebentar, menikmati sebatang rokok bisa menambah semangat, energi vital pun jadi lebih kuat.”
“Petarung paruh baya itu tertawa kecil, sekedar memberikan penjelasan.”
“Bab 256 Sangat Ingin Kembali untuk Melihat”
“Mengisi Ulang!”
“Di atas tembok kota, teriakan Perwira menggema. Fang Ping dan yang lain segera mulai mengkondensasi energi vital, melapiskan kekuatan energi vital pada panah arbalet.”
“Setelah beberapa saat menunggu, panah arbalet berdarah melesat tajam menembus seorang perwira berbaju zirah lengkap di bawah teriakan Perwira.”
“Huh...huh!”
“Beberapa orang di sekitar Fang Ping terengah-engah. Perwira menggeleng: 「Bukan tingkat menengah.」”
“Saat ini, musuh sudah berada di bawah tembok kota.”
“Mereka telah melapiskan energi vital puluhan kali, namun hanya berhasil menyingkirkan seorang pejuang yang nekat melayang.”
“Pasukan Dongkui sudah siaga. Pejuang yang melayang membawa perisai besar, beberapa kali tembakan bertubi-tubi tak banyak menimbulkan korban.”
Fang Ping mengerutkan alis, beberapa meter di depannya, seorang petarung tingkat menengah sedang bertarung sengit dengan pejuang kuat dari Kota Yue.
Fang Ping mulai gelisah, menatap Komandan.
Komandan menggelengkan kepala: "Misi kita hanya bertanggung jawab atas busur panah..."
"Tapi..."
"Apakah Anda masih memiliki energi vital?"
Komandan tersenyum pahit, sebenarnya bukan tidak ingin membantu, tapi sebagian besar yang ada di tembok saat ini adalah petarung tingkat menengah.
Energi vital mereka sudah hampir habis, jika ikut turun sekarang hanya akan menambah kekacauan dan bunuh diri.
Fang Ping mengangguk serius: "Masih ada. Selain itu, saya juga pernah membunuh banyak petarung tingkat menengah, bisa saya atasi."
Semua yang hadir segera menatapnya.
Fang Ping menarik napas dalam-dalam: "Jika saya maju berperang sekarang, tidak akan mengganggu kalian kan?"
"Saudara kecil..."
Petarung paruh baya yang sebelumnya menyalakan rokok itu mengerutkan alis: "Jangan nekat mati, bahkan jika mati harus ada nilainya..."
"Sungguh, saya Fang Ping. Fang Ping yang dikenal sebagai jenius pembunuh petarung tingkat lima..." Fang Ping menyeringai, dalam hati bergumam: Aku memang takut mati, tapi saat melihat para petarung ini bertaruh nyawa, darah menggenangi puncak tembok, sepertinya aku tak layak untuk takut mati!
"Fang Ping..."
Baru sekarang mereka tahu namanya. Komandan sorot matanya berbinar: "Fang Ping dari Universitas Bela Diri Kota Iblis?"
"Benar."
Fang Ping tersenyum: "Kalau begitu aku berangkat?"
Alasan dia bicara panjang lebar karena dalam pertempuran harus patuh pada perintah militer. Jika Komandan tidak memberi izin, kepergiannya akan dianggap melanggar disiplin.
Komandan tidak ragu lagi, segera berkata: "Pergilah! Begitu energi vital kami pulih sedikit, kami akan segera membantumu!"
"Baik!"
Fang Ping menggerakkan kakinya, seketika muncul di depan seorang pejuang tahap tinggi kasta tiga yang baru melompat ke tembok kota. Dengan raungan keras, goloknya menyala cahaya darah sesaat sebelum membelah lawan menjadi dua!
Di belakang, seorang pejuang paruh baya tersengal-sengal sambil tertawa: "Dasar jenius petarung, beda sendiri. Kita sudah tua, tapi tunggu energi vitalku pulih nanti, aku juga bisa sekali tebas satu..."
"Diam kau! Mungkin kau bisa sekali tebas tingkat satu!"
Beberapa orang yang energi vitalnya hampir habis tetap bercanda, tak peduli dengan pekik perang di depan mata.
Memandang ke luar kota, perwira menghela nafas: "Pasukan Dongkui semangat tempurnya tinggi, kali ini sulit."
"Takut apa? Bunuh saja..."
"Aku takut? Tidak! Aku khawatir dengan Kota Harapan..."
Perwira menggelengkan kepala, apa yang kutakutkan?
Dalam hati bertanya-tanya: Kapan rencana Jendral akan dimulai?
……
Gerbang Utara.
Xu Mofu diam seribu bahasa, matanya tak lepas dari barat laut.
Di sana, pancaran energi dahsyat terus menyebar.
"Pasti bisa... Pasti..."
Dalam hati berdoa, sesosok pejuang di sampingnya juga menatap barat laut sambil bergumam: "Kapan para senior akan kembali?"
"Kembali..."
Xu Mofu mengulang perlahan, setelah lama menatap barat laut akhirnya berkata: "Mereka akan kembali..."
……
Barat laut.
Para master bertarung sendiri-sendiri melawan pejuang Kota Pintu Langit.
"Rektor Tua terengah-engah hebat, seluruh tubuhnya berlumuran darah. Di seberang sekitar sepuluh meter, seorang Pejuang Kota Pintu Langit dengan ekspresi dingin melayang di udara, memandangi si tua yang nyaris dibunuhnya bertahun-tahun silam."
“%#￥@*……”
Entah mengerti atau tidak, Rektor Tua tertawa sambil terengah, "Maksudmu, Laozi tak sehebatmu? Dulu nyaris kau bunuh aku?"
"Dasar anak kecil! Kalau bukan karena kalian mengeroyokku dulu, mana mungkin kau bisa jadi lawanku?"
Rektor Tua mengumpat kasar sambil terengah, "Tunggu sebentar. Percayalah, kali ini takkan ada yang kabur."
Pejuang Kota Pintu Langit yang melayang itu tak membalas. Siluetnya berkedip, seketika muncul di atas ubun-ubun si tua!
Seketika, seekor harimau buas materialisasi dari kehampaan, menganga hendak menggigit Rektor Tua!
"Justru kau yang kutunggu!"
Mata Rektor Tua berkilat tajam. Sekujur tubuhnya tiba-tiba memancarkan cahaya darah pekat!
Di atas kepalanya, muncul sebuah tusukan darah yang mulai menyerap energi. Golden Body Rektor Tua yang sudah terluka tiba-tiba stres, partikel energi pekat mengalir deras diserap oleh tusukan darah itu.
Semua terjadi dalam sekejap mata. Ekspresi Pejuang Kota Pintu Langit berubah drastis sambil berteriak marah!
"Untuk apa Golden Body? Membunuhmu adalah hadiah terbaik!"
Rektor Tua tertawa terbahak. Tusukan darah itu menembus kehampaan, membelah harimau menjadi dua dengan satu tebasan. Seketika, pisau darah itu menyambar dari atas kepala Pejuang Kota Pintu Langit!
"Spiritual lawan telah terpisah dari fisiknya! Golden Body bisa dihancurkan!"
Golok Kilatan Darah yang mengkondensasi seluruh kondisi siaga Rektor Tua termasuk materi abadi, tiba-tiba meledak dengan kecepatan yang melampaui batas penglihatan mata telanjang!
"Roarrr!"
Pejuang Kota Pintu Langit mengaum seperti binatang buas, meneriakkan desisan gila sambil mengayunkan tinju ke arah Golok Kilatan Darah.
"Boom!"
Suara ledakan dahsyat menggema di seluruh jagad.
"Matilah kau!"
Golden Body Rektor Tua yang mulai memudar juga menggebrak, Golok Kilatan Darah langsung meledak berkeping-keping!
"Gedebuk..."
Ledakan sepuluh kali lebih dahsyat mengguncang, wilayah Fang Yuan sejauh kilometer langsung lenyap menjadi kehampaan, menyisakan lubang hitam raksasa di tanah.
"Aku sangat ingin pulang melihat..."
Bisik-bisik sayup bergema di udara.
Di angkasa, tak terlihat lagi bayangan manusia.
……
Di sisi lain, si orang tua kurus tersenyum ringan: "Lari lebih cepat dariku, si kecil ini benar-benar tergesa-gesa."
Pejuang Kota Pintu Langit di hadapannya mendeteksi hancurnya spiritual komandan Pasukan Harimau mereka, wajahnya langsung berubah pucat dan berbalik kabur!
"Lari kemana!"
Orang tua kurus itu tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba, tubuhnya mulai hancur seperti Rektor Tua, semua energinya diserap golok darah di atas kepalanya.
Seketika, golok darah membelah Golden Beast raksasa di langit, lalu menghunjam ke ubun-ubun musuh. Tanpa ragu, kilatan darah energi menyala-nyala!
"Kalau masih hidup juga, Laozi akan anggap kau dewa penjelmaan!"
“Orang tua kurus itu tubuhnya terus-menerus hancur. Saat suara gedebuk dahsyat bergema, seluruh jagad raya mendadak hening.”
Beberapa detik kemudian.
Seberkas gelombang spiritual halus bergetar di kehampaan.
“Orang tua ini duluan pamit!”
……
“Hahaha, Si Setan Putih itu sudah mati? Masih kalah lama sama Laozi!”
Di sisi lain, seorang lelaki tua tertawa terbahak-bahak tanpa peduli sekitar, kegirangan luar biasa!
Kukira level delapan bisa hidup lebih lama dariku, ternyata harapannya pupus!
Si kecil dari Universitas Bela Diri Kota Iblis itu, hidup 80 tahun saja? Lemah sekali!
“Aku juga ikut!”
Orang tua itu mengaum, mengerahkan kemampuan spiritualnya membentuk tusukan darah. Namun alih-alih menghancurkan tubuh lawan, ia justru menghujamkan senjatanya ke tubuh raksasa di udara.
“Dasar level tujuh lemah! Laozi tak punya Golden Body untuk meledak!”
Dengan pekik kemarahan, orang tua itu tiba-tiba memukuli tubuhnya sendiri. Organ-organ dalamnya seketika menguap, berubah menjadi aliran energi murni yang menyatu dengan tusukan darah.
Kilatan darah pada senjata itu semakin pekat. Sang tua kembali tertawa, namun tak ada suara yang keluar.
Tusukan darah itu meledak seketika, menghancurkan sang raksasa hingga tak bersisa.
……
“Gedebuk!!”
Dentuman dahsyat dari barat laut membuat Fang Ping dan petarung Dongkai yang sedang bertarung tertegun. Gelombang energi perkasa yang sebelumnya terasa, kini satu per satu menghilang.
Petarung Dongkai City pucat pasi, seolah telah memahami sesuatu.
Fang Ping juga berubah ekspresi. Gelombang energi itu lenyap!
Apa artinya ini?
Meskipun bukan master, dia tahu, kalau bukan pihak lain tiba-tiba melakukan penarikan seluruh energi, atau... gugur dalam pertempuran!
Tapi dalam Pertempuran besar, siapa yang akan menarik energi, menunggu kematian?
"Rektor..."
Fang Ping mengatupkan gigi, tak sempat merenung lagi, mengaum keras dan melancarkan serangan beruntun lima golok sekaligus!
"Boom!"
Petarung level empat di seberang langsung dieksekusi di tempat!
《Golok Darah Ledak》akhirnya mencapai terobosan Lima Serangan Beruntun!
Fang Ping tak sempat bersukacita, sesaat kemudian suara Xu Mofu bergema dari Gerbang Utara.
"Keluar kota, bunuh!"
Sebelumnya di dalam kota masih tersimpan pasukan cadangan besar. Seketika gerbang kota terbuka lebar, kavaleri berat berzirai baja menerjang di depan, diikuti prajurit biasa dan petarung militer yang membanjir keluar untuk menyerang pasukan pengepung!
Di Liang Bumi, komandan Kota Harapan bukan master, tapi di kota-kota bawah tanah, petarung tingkat tinggi adalah pemimpin militer!
Saat beberapa pejuang merasakan gelombang energi menghilang, jenderal Pasukan Tianmen dan Dongkui berubah pucat, lalu mulai mengeluarkan sinyal evakuasi sambil berteriak histeris!
……
Gerbang Timur.
Begitu suara Xu Mofu terdengar, Fang Ping melompat dari tembok kota dan mulai memburu petarung Dongkui yang mundur!
Dengan ledakan Lima Serangan Beruntun, petarung level empat bisa ditumbangkan dengan satu tebasan!
Di antara kerumunan pemburu, samar-samar terlihat Qin Fengqing berlumuran darah, mengaum penuh kepahitan dan kemarahan!
Fang Ping sebenarnya tak terlalu mengenal Rektor Tua Universitas Bela Diri Kota Iblis, hanya beberapa kali pertemuan.
"Tapi Qin Fengqing sudah melihatnya berkali-kali!"
"Tidak hanya melihat!"
Ketika merasakan hilangnya gelombang energi kuat itu, Qin Fengqing seketika tahu apa yang terjadi - beberapa master yang bertempur telah gugur!
"Bunuh!"
Di Gerbang Timur, pekik perang belum mencapai tingkat mengerikan.
Di Gerbang Utara, kavaleri berat menerobos formasi Tentara Pintu Langit. Tanpa dukungan pejuang high-level yang mundur, sementara petarung tingkat menengah terkendali di kejauhan, banyak prajurit biasa dan petarung level rendah dieksekusi pasukan belakang.
……
Gugurnya banyak pejuang high-level jelas di luar perkiraan semua orang.
Kota Dongkui dan Kota Pintu Langit terus mundur. Banyak petarung tingkat menengah kembali ke barisan, mulai memberikan perlindungan untuk evakuasi militer.
Dari kejauhan, gelombang energi semakin intens - begitu kuat sampai semua merasakan tekanan!
Pejuang level Kasta Sembilan sedang bertarung dalam kegilaan!
Di sisi Kota Pintu Langit, Fang Ping bahkan bisa merasakan gelombang kemarahan ekstrim - berasal dari Wali Kota Pintu Langit!
Dentuman dahsyat terus bergema dari kehampaan.
Pejuang manusia juga bertarung sengit, menghalangi musuh agar tidak mendapat kesempatan balik.
……
Pengejaran ini berlangsung lebih dari satu jam.
Fang Ping kehilangan hitungan berapa banyak dibunuhnya - rakyat biasa, petarung kelas bawah, petarung level empat, bahkan sempat berhadapan dengan petarung tingkat lima yang akhirnya dihadang pejuang tingkat lima dari pihaknya.
Saat pengejaran mencapai 20 li luar kota, suara menggelegar para pejuang melayang: "Membersihkan Medan Perang, segera kembali ke kota!"
Prajurit-prajurit segera mulai membersihkan medan perang, mengangkut bangkai rekan, petarung-petarung berjaga di area luar, tak ada yang berebut merampok.
"Qin Fengqing..."
Fang Ping terengah-engah menemukan Qin Fengqing yang dadanya masih terus mengucurkan darah.
Qin Fengqing tetap terdiam.
"Barusan..."
Qin Fengqing kali ini menoleh ke Fang Ping, suara parau bertanya: "Kau belum pergi?"
"Hm."
Ekspresi Fang Ping berubah, bertanya lagi: "Barusan... apakah..."
"Tidak tahu."
Qin Fengqing kesal membalas, lalu mengabaikan Fang Ping.
Fang Ping pun berhenti bertanya. Setelah menunggu sejenak, barisan mulai mundur dievakuasi, bawah tanah penuh bangkai musuh.
……
Memburu selama lebih dari satu jam, kembali ke kota justru memakan waktu dua jam lebih.
Saat ini langit telah gelap gulita.
Gerbang kota terang benderang, lampu energi raksasa menyinari Kota Harapan hingga terang jelas.
……
Petarung non-militer seperti Fang Ping diperintahkan pulang beristirahat, petarung militer tetap berjaga.
Fang Ping tidak kembali ke asrama -- tempat itu kini sepi -- ia mengikuti Qin Fengqing sambil berkata: "Olah lukamu dulu."
"Kau menyebalkan!"
Wajah pucat pasi Qin Fengqing menggeram kesal, Fang Ping kembali terdiam.
Saat tiba di tempat tinggal Qin Fengqing, beberapa murid sudah kembali.
Yang belum kembali, berarti takkan kembali selamanya.
Yang hadir saling memandang, tak ada yang berbicara. Mereka segera mencari tempat duduk sambil terengah-engah dalam keheningan yang pekat.
……
Di atas tembok kota Gerbang Utara.
Komandan Wu berwajah persegi mendarat dari langit dengan limbung.
Xu Mofu yang selama ini diam tiba-tiba tersadar, buru-buru bertanya: "Komandan Wu, di mana Lelaki Tua Bai dan yang lain?"
Wajah persegi itu menggeleng pelan, lalu berkata berat: "Lakukan tugasmu! Meski Dongkui City mundur, Kota Pintu Langit takkan berhenti. Dalam pertempuran ini kita singkirkan 7 lawan, separuh pasukan tingkat tinggi mereka hancur. Kota Pintu Langit pasti membalas!"
Xu Mofu menggeretakkan gigi: "Kalau begitu hancurkan mereka sampai tuntas!"
"Tidak bisa! Indraku merasakan 11 kota lain juga punkan pejuang yang sedang demonstrasi!"
"Brengsek!"
Xu Mofu mengumpat. Wajah persegi tak menghiraukannya, memandang para penjaga di tembok kota. Setelah lama akhirnya berkata: "Mereka yang berjuang dapat kebahagiaannya. Guruku seumur hidup menyesali ketidakmampuan menaklukkan Liang Bumi... Mari kita terus berjuang!"
Lü Fengrou tiba-tiba mencemooh, berbalik pergi sambil suaranya terdengar parau: "Lebih baik si tua itu mati! Hidup-hidup cuma bisa nasehati aku untuk ikhlas. Giliran dia sendiri di akhir tak bisa ikhlas. Berani-beraninya menasihatiku! Mati di Liang Bumi tanpa sisa tulang, sok jagoan Golden Body omong kosong!"
"Level delapan apa, Kasta Sembilan apa... tetap saja mati mendadak!"
Suaranya menjauh. Yang hadir terdiam seribu bahasa.
……
"Bersihkan area, kita pulang."
"Di tengah malam, ekspresi Tang Feng pucat seperti salju. Dia melangkah masuk ke dalam ruangan, melihat Fang Ping, namun tak mengucapkan sepatah kata pun."
Qin Fengqing tiba-tiba melompat sambil menggigit gigi: "Rektor tewas?!"
"Hmm."
"Brengsek!" Qin Fengqing menghantamkan tinjunya ke dinding, mengaum: "Kenapa harus rektor dan mereka yang berjuang mati-matian?! Apa petarung Kasta Sembilan sudah habis semuanya?!"
"Tutup mulut!"
"Laozi tidak terima! Bagaimana dengan lebih dari 30 petarung Kasta Sembilan? Semua mati?!"
Qin Fengqing mengaum: "Rektor sudah terluka parah sejak lama! Atas dasar apa rektor masih harus bertempur?!"
Ekspresi Tang Feng dingin membeku: "Jika kau masih mengoceh kosong, aku akan menghabisi mu!"
Qin Fengqing menatapnya dengan penuh kebencian. Tiba-tiba air matanya mengalir deras, kepala tertunduk tanpa sepatah kata.
Semua yang hadir tercekam diam. Setelah beberapa saat, Tang Feng berbisik lembut: "Kumpulkan barang-barang, kita pulang."
"Kukatakan sekali lagi, kumpulkan barang-barang, PULANG!"
Melihat tak ada yang bergerak, Tang Feng menggeram marah. Sepatu nya menendang tempat tidur di depannya hingga hancur berkeping.
Di antara kerumunan, beberapa mulai bangun untuk mengemas. Fang Ping yang hanya membawa beberapa pakaian ke liang bumi, membiarkan barangnya tergeletak tanpa niat untuk mengemas.
Setelah semuanya siap, Tang Feng memimpin rombongan keluar. Qin Fengqing mengikuti dalam diam.
Saat tiba di Penghubung, Tang Feng tiba-tiba berkata: "Pulang dan latih diri dengan baik. Beberapa bulan ke depan dilarang keras masuk liang bumi."
Fang Ping memelintir kepalanya melihat sang mentor: "Bagaimana dengan kalian?"
“Bukan urusanmu untuk mengkhawatirkan ini!” Tang Feng membentak sambil mengerutkan kening: “Masuk!”
Yang hadir segera memasuki rumah paduan logam. Fang Ping menoleh memandang Tang Feng sejenak, lalu melangkah masuk ke Penghubung dan menghilang dalam pusaran aneh.
