"Setelah mengunjungi Klub Bela Diri untuk menukar kredit menjadi uang, Liu Mengyao tidak berkomentar apa pun."
"Saat ini, Klub Bela Diri masih memiliki cukup banyak uang tunai."
"Meski telah membagikan tunjangan dan memberikan senjata gratis untuk petarung level 1, aset Klub Bela Diri masih mendekati satu miliar."
"Di Universitas Bela Diri Kota Iblis, pembagian kredit sama nilainya dengan uang tunai."
"'950 juta!'"
"'660 juta uang tunai!'"
"Saat ini, Fang Ping punya banyak uang dan nilai kekayaan yang tinggi."
"Tapi untuk saat ini, Fang Ping tidak ingin menggunakan nilai kekayaan. Paling tidak harus menunggu sampai nilai kekayaannya mencapai 1 miliar dulu."
"Nilai kekayaan disimpan saja, tapi uang cash bisa dihabiskan. Apa perlu menambahkan investasi ke perusahaan lagi?"
"Sekarang, era 3G sudah berjalan hampir setahun."
"Di pasaran, beberapa ponsel pintar semakin mendekati gambaran ponsel ideal dalam benak Fang Ping."
"Tahun depan, era internet mobile mungkin akan benar-benar tiba."
"Saat ini, merebut pasar tidak terlalu sulit, asal berani mengeluarkan uang."
"Yang Fang Ping butuhkan hanya nilai kekayaan. Uang cash sebenarnya kurang membantu, meski untuk membeli perlengkapan tetap diperlukan."
"Tapi saat ini, Golok Penumpas Kekacaunannya masih bisa dipakai sampai level puncak Tingkat Enam."
"Ada juga golok panjangku ini, terbuat dari paduan Level B. Ini bisa dijual dan menghasilkan pendapatan lumayan."
……
"Fang Ping menghitung-hitungan ini tanpa terburu-buru."
"Besok Pertarungan 100 Besar akan diadakan di kampus."
"Kehadirannya tidak berpengaruh. Tapi karena ayah sudah telepon sebelumnya bahwa besok seluruh keluarga akan ke Shanghai, Fang Ping tetap harus menjemput."
……
"20 Oktober."
"Turnamen bela diri tingkat satu yang istirahat beberapa hari resmi memasuki Pertarungan Peringkat 100 Besar."
"Fang Ping tidak menonton. Hanya lima pertarungan per hari, masih lama selesai. Masih banyak kesempatan."
"Stasiun."
"Fang Ping menyambut keluarganya."
"Saat sudah naik mobil, Fang Ping berkata: 'Yah sebaiknya beli mobil dan ambil SIM. Nanti bisa menyetir sendiri ke sini. Naik kendaraan umum kurang praktis.'"
"Fang Mingrong menggelengkan kepala: 'Sudahlah, tidak sering-sering bepergian. Kota Yang juga tidak terlalu besar...'"
“Kakak, belikan aku ya! Aku mau belajar SIM, nanti bisa nyetir ke Shanghai!”
Fang Yuan berseri-seri penuh semangat, urusan beli mobil memang selalu menarik perhatiannya.
“Uangmu sendiri habis? Ngapain bilang ke aku? Tabungan rahasiamu sekarang berapa sih?”
Ekspresi Fang Yuan langsung muram, merengek: “Kakak, tabunganku cuma beberapa ribu, mana cukup buat beli mobil.”
“Beberapa ribu?”
Fang Ping menyeringai penuh kecurigaan: “Beneran?”
“Beneran!”
“Huh!”
“Huh tetap beberapa ribu. Nggak percaya ya udah.”
Fang Ping menghela napas. Gadis ini jago banget menyembunyikan uang. Beberapa ribu? Dikiranya aku percaya?
Untungnya dia nggak tahu kalau sebelumnya aku menyisihkan 2 juta untuknya. Kalau enggak, pasti sudah sombong duluan.
Mengabaikan rengekannya, Fang Ping sambil menyetir berkata: “Kita ke kampus dulu. Nanti aku ajak kalian ke rumah yang kubeli, tapi masih belum selesai renovasi, belum bisa ditinggali.”
Fang Mingrong mengangguk, lalu bertanya: “Aku bawa oleh-oleh khas. Apa boleh aku mengunjungi gurumu?”
“Nanti aku tanya dulu.”
Fang Mingrong sedikit gugup. Dulu, datang ke Shanghai saja sudah membuatnya takut mengajak berkunjung.
Pejuang level enam!
Tapi setelah bekerja di pemerintah Kota Yang sekian lama, meski masih grogi, tata krama tetap harus dijaga.
“Ada pantangan khusus saat mengunjungi gurumu?”
“Seharusnya tidak... Tidak...” Fang Ping berpikir sejenak lalu berkata: “Jangan bahas soal anak-anak, juga jangan bicara tentang keluarga, singkatnya hindari obrolan rumah tangga. Bicarakan hal lain, kira-kira begitu.”
Fang Ping masih mengingatkan, “Menyebut putri Lü Fengrou akan mudah membuatnya mengamuk.”
Fang Mingrong mencatat hal ini, tidak bertanya lebih lanjut.
Li Yuying memandang keluar jendela mobil. Ini pertama kalinya dia datang ke metropolis besar seperti Shanghai. Hatinya gelisah saat akan mengunjungi sekolah putranya, takut mempermalukan sang anak.
Fang Yuan tidak punya banyak kekhawatiran, dengan semangat bertanya: “Kakak, kalau Gurumu tertarik padaku dan memaksaku jadi murid, apakah aku tidak perlu masuk SMA?”
Fang Ping membalikkan mata putihnya, dari mana gadis ini dapat keyakinan diri begitu!
Tapi di sisi lain, kehadiran Fang Yuan membuatnya tidak perlu lagi mengincar "alat pemeriksaan Spiritual" milik Lü Fengrou. Bisa menggunakan adiknya untuk tes.
……
Universitas Bela Diri Kota Iblis.
Karena diadakannya turnamen tantangan, kampus ini terlihat sangat ramai.
Meski tidak sepenuhnya terbuka untuk umum, area selatan, asrama, dan Museum Sejarah Kampus tetap tertutup. Area lain terbuka untuk pengunjung.
Membawa orang tua masuk ke kampus, hanya gerbang sekolah saja sudah membuat pasangan Fang Mingrong tergetar lama.
Saat melihat tim patroli membawa senjata dengan penuh semangat, Fang Mingrong pun merasa gentar.
Namun tak lama, Fang Mingrong mulai merasakan perbedaan.
“Halo Ketua!”
“Paman dan Tante, selamat siang!”
“……”
Para murid Universitas Bela Diri Kota Iblis melihat Fang Ping, segera menyapa.
Meski para mahasiswa baru ingin menjauhi Fang Ping, mereka semua memiliki kejelian mata. Fang Ping kali ini sepertinya mengajak keluarga mengunjungi sekolah. Jika menghindarinya sekarang, malah berisiko dicatat dendam oleh Raja Iblis Fang.
Fang Ping juga tampak puas, senyum di pipinya bertambah lebar.
Lihatlah, inilah yang disebut dukungan rakyat.
Sekalian ia mengangkat alis ke arah Fang Yuan: Lihat, kakakmu ini mengurus para petarung. Lalu apa itu kesibukanmu?
Fang Yuan cemberut tanpa bicara. Tidak ada yang perlu dipamerkan.
……
Setelah berkeliling di sekolah, Fang Ping menelepon Lü Fengrou.
Lü Fengrou sedang di rumah. Ia tidak menolak kunjungan orang tua Fang Ping yang akan datang.
Tak lama kemudian, Fang Ping menemani keluarganya memasuki area asrama guru.
Vila No.8.
Melihat Lü Fengrou, Fang Mingrong dan Li Yuying langsung gugup setengah mati. Bahkan Fang Yuan pun tampak ciut, tidak berani bertingkah dengan ekspresi patuh.
Lü Fengrou tidak terlalu bersikap formal, tapi juga tidak dingin.
Ia mempersilakan tamu duduk sementara Fang Ping berperan sebagai pelayan, mulai menyajikan teh dan air.
Pembicaraan mereka tidak memiliki topik bersama, kebanyakan masih tentang Fang Ping.
Saat Li Yuying terbata-bata menanyakan prestasi akademik Fang Ping dan apakah ia sering membangkang, Fang Ping hanya bisa tersenyum pahit.
Ibu ini masih menganggapku anak kecil ya?
"Tidak mendengarkan lebih lanjut, Fang Ping menunggu mereka berbincang sebentar lalu menyela, "Guru, saya mau naik ke atas untuk memeriksa alat pemeriksaan Spiritual. Boleh saya pakai?""
"Ya."
Lü Fengrou mengangguk ringan, melirik Fang Yuan sejenak tanpa berkata apa-apa.
……
Saat sudah naik ke lantai atas, Fang Yuan yang selama ini terdiam baru mulai terengah-engah, berbisik, "Kakak, guru kamu benar-benar mengerikan."
"Mengerikan?"
"Iya, maksudku... dia terlihat sangat serius, membuatku agak takut."
Fang Yuan bergumam pelan. Sebelum datang, dia sempat ingin bertingkah manis agar bisa diterima sebagai murid.
Sekarang lebih baik urungkan niat itu. Sosoknya memang menimbulkan rasa segan.
Fang Ping tertawa geli, "Kalau begitu, berperilakulah yang baik."
Sambil berkata demikian, Fang Ping membawanya ke ruang latihan tempat alat pemeriksaan Spiritual diletakkan.
Setelah mengambil helm, Fang Ping menatap Fang Yuan sambil berpikir, "Pakai ini. Bayangkan jurus bertarung terkuatmu di dalam kepala."
"Ini untuk apa?"
"Tes dulu, nanti baru kuberi penjelasan."
Dengan penasaran, Fang Yuan mengenakan helm. Angka di monitor helm mulai berkedip-kedip.
Melihat adiknya melirik ke sana-sini, Fang Ping menghardik, "Jangan main-main! Lakukan sesuai perintahku!"
"Baiklah... Jurus terkuatku..."
Di benak Fang Yuan, teknik tendangan dasar terasa cukup kuat.
Saat dia berkonsentrasi, alis Fang Ping berkerut. Bakat adiknya ternyata memang tidak terlalu istimewa.
Angka di layar terus berfluktuasi di sekitar 140.
Non-petarung dengan tempering tulang sekali, kemampuan spiritual tidak terlalu kuat. Namun umumnya pada tahap non-petarung, perbedaan kemampuan spiritual dan energi vital tidak terlalu besar.
Fang Yuan saat ini memiliki energi vital melebihi 150 kal, kemampuan spiritualnya sedikit lebih lemah.
Ini juga menunjukkan kekuatan kehendak yang kurang memadai. Sebelum pelepasan kemampuan spiritual, kekuatannya masih sangat berkaitan dengan kekuatan kehendak.
Tapi kekuatan kehendak bisa dikompensasi.
Bisa dibilang standar saja, tidak ada keunggulan mencolok.
Fang Ping menghela napas pelan, wajar saja. Mana ada banyak jenius seperti itu.
Saat hendak melepas helm, Fang Ping melihat bola mata adiknya berputar-putar, tanda konsentrasinya buyar. Ia mengerutkan kening: "Jangan pikirkan teknik tempur, bayangkan tabungan rahasiamu dicopet..."
"Aduh?"
Angka di monitor langsung bereaksi!
Fang Ping hampir tersedak, melanjutkan: "Tabungan rahasiamu dicuri, kau tangkap si pencopet lalu pukuli dengan teknik tempur!"
Fang Yuan langsung cemberut, membayangkan bagaimana caranya memukul pencuri uangnya!
Tak lama, angka di monitor berubah lagi.
"160 hertz..."
Fang Ping menggerutu, selisihnya besar sekali. Apa yang dipikirkan si gadis nakal ini?!
160 hertz tidak terlalu kuat tapi juga tidak lemah, setidaknya seimbang dengan energi vital. Ini menunjukkan kekuatan kehendaknya cukup.
Tapi fluktuasi kemampuan spiritual sebesar ini sangat langka!
Tentu ini terkait status Fang Yuan sebagai non-petarung.
Petarung bisa fokuskan perhatian, menyatukan pikiran. Non-petarung yang belum mengalami perubahan drastis dan masih kecil, wajar saja tidak bisa melakukannya.
Tapi deviasinya mencapai 20 hertz, masih terasa cukup besar.
Fang Ping melototi adiknya sambil melepas helm, memarahi: "Bakatmu terlalu buruk, perhatian tidak fokus, latihan teknik tempur biasa-biasa saja, kekuatan kehendak lemah. Aku malu mengakui kau adikku.
Lihatlah, berapa ini?
160 itu pun baru tercapai belakangan, sebelumnya cuma 140!
Kau tahu berapa nilai orang lain?
Yang rendah 300-400, yang tinggi 600-700..."
"Fang Ping!"
Fang Yuan tampak tak senang, berbisik: "Angka ini apa sih?"
"Tingkat bakat alam."
Fang Ping menggeleng: "Petarung selalu bicara soal bakat. 700 tertinggi, 100 terendah.
Kakakmu ini 699. Meski bukan bakat sempurna, tapi bakat sempurna hanya ada dalam legenda. Jadi akulah petarung Tiongkok dengan bakat terkuat saat ini.
Kau malah 160, aduh."
"Kakak 699?"
Fang Yuan tampak putus asa. Benarkah? Apa aku sebodoh ini?
Tanpa banyak bicara, Fang Ping mengenakan helm. Angka segera mulai berubah, tak lama kemudian berhenti di 699.
Fang Yuan kebingungan. Benarkah begini?
Bakat Fang Ping 699, aku cuma 160?
"Kak... Ini... Bisakah berubah?"
"Bakat itu bawaan sejak lahir. Tapi bisa ditingkatkan dengan fokus total pada jalan pedang, kekuatan kehendak besar, atau tempering tulang berulang. Tapi dasarmu... terlalu rendah. 160, selisihnya terlalu jauh dengan orang lain."
Fang Ping menghela napas sambil menggelengkan kepala, setelah berpikir dia melanjutkan: "Tapi tak apa, kamu adikku, bakat kurang sedikit tidak masalah. Kakak akan merawatmu di masa depan."
Fang Yuan menggigit bibirnya diam saja.
Dia mengira dirinya jenius, tapi sekarang Bang bilang bakatnya lemah, ini membuatnya sangat sedih.
"Sudah, jangan sedih. Pulang nanti, latihlah dengan tekun. Kalau melakukan tempering tulang kedua, bakatmu bisa meningkat. Kalau tiga kali tempering tulang, pasti akan lebih banyak lagi."
"Kakakmu ini jenius satu dari seratus juta, jadi wajar kalau lebih tinggi. Orang normal di Universitas Bela Diri Kota Iblis biasanya sekitar 300."
"Kalau kamu tiga kali tempering tulang, mungkin bisa mencapai 300. Nanti juga tidak jadi yang terburuk."
"Tiga kali tempering tulang..." Bibir Fang Yuan mengembung, terasa sangat sulit.
"Turunlah. Jangan sombong lagi. Lihat, apa kakak sombong? Dengar dari Ayah, sekarang kamu terlalu sombong. Kalau memang berbakat, tidak apa jenius sedikit. Tapi kamu bukan jenius, harus giat berlatih, rebut kesempatan untuk menyusul mereka."
Fang Yuan mengangguk diam-diam. Hari pertama di Shanghai langsung dipatahkan semangatnya.
Pantas guru Bang sangat serius, ternyata karena dirinya bukan jenius.
Kalau dirinya seperti Bang yang jenius, apakah gurunya akan berubah jadi ramah?
……
Saat menuruni tangga, Fang Yuan terus menundukkan kepalanya.
Lü Fengrou di lantai bawah melirik Fang Ping, percakapan kakak-beradik di lantai atas terdengar jelas olehnya.
Si Fang Ping ini, kemampuannya membujuk orang tidak bisa diremehkan.
Yang parah, dia bahkan bisa membuat adiknya sendiri meragukan arti hidup, hal seperti ini pun berani dilakukannya.
Fang Ping yang melihat Lü Fengrou memandanginya hanya terkekeh canggung, "Aku juga bermaksud baik untuk adikku."
Si Fang Yuan ini sudah mulai somong, ini bukan pertanda bagus.
Soal apakah Fang Yuan akan membunuhnya setelah tahu kebenaran di masa depan, itu urusan nanti setelah kekuatannya melampaui dirinya.
Setelah turun dari lantai, pasangan Fang Mingrong tampak lega. Berbicara dengan Lü Fengrou memang memberi tekanan besar.
Tanpa membahas soal mentraktir makan, Fang Ping segera berpamitan dan mengajak keluarganya ke Departemen Logistik.
Di Departemen Logistik, Pak Li ternyata cukup mudah diajak bicara.
Setelah beberapa percakapan, mengetahui Fang Yuan masih dalam masa perawatan energi vital, dia memberikan banyak Pil Darah Biasa seolah membagikan permen kacang.
Tentu saja, tak ada pembahasan tentang menerimanya sebagai murid.
Fang Yuan semakin yakin: bakatnya memang biasa. Buktinya, di TV katanya guru-guru akan berebut murid berbakat.
……
Saat keluar dari departemen, suasana hati Fang Yuan muram. Bahkan hadiah obat dari Pak Li tak mampu menghiburnya.
Fang Ping mengamatinya sambil bertanya dalam hati: Jangan-jangan aku terlalu berlebihan mematahkan semangatnya?
Ternyata, tak lama kemudian Fang Ping menyadari: Kekhawatirannya sia-sia belaka.
"Rupanya tadi gadis ini tidak memperhatikan urusan obat, mengira Pak Li benar-benar memberinya permen kacang. Tapi karena dia pernah mengonsumsi Pil Energi sebelumnya, ketika secara refleks mengeluarkan sebutir ingin memakannya, gadis ini baru menyadari ada yang tidak beres."
Dia menatap obat itu lama sekali, lalu senyuman cerah mulai mengembang di pipinya.
Seolah melupakan bahwa baru saja ekspresi putus asa masih menghiasi wajahnya.
Fang Ping tersenyum pahit, "Karakter seseorang sulit diubah. Sudahlah, biarkan gadis ini berjuang sendiri, sampai level mana pun hasil latihannya."
