Raungan menyayat hati binatang Hedgehog Dog terus bergema.
Jiao sedang menghancurkan materi abadi lawannya.
Huang Jing di samping waspada setengah mati, melihat situasi ini langsung menarik kembali pedang pendeknya lalu kabur menggunakan teknik Yukong!
Tanpa tekanan Senjata Dewa, Hedgehog Dog mulai bergulat sekarat.
Sorot mata Jiao memancarkan kemarahan yang tak terbendung!
Tapi saat ini tak sempat memburu lawan. Dibandingkan Huang Jing, menghancurkan Penjaga lebih penting.
Tapi pihak lawan juga bagian penting dalam rencananya menghadapi Tanah Terlarang. Orangnya kabur tak masalah, lagipula Kota Harapan tak ada hubungan dengan Tanah Terlarang. Tapi pedang pendek beraura kayu bodoh itu tak boleh dibawa pergi!
Belum sempat menggunakan pedang untuk membabat diri sendiri!
Jiao terus menghancurkan dengan gila-gilaan sementara mata besarnya melototi Huang Jing yang kabur, kemarahannya semakin memuncak.
Kalau dibiarkan pergi begitu saja, bagaimana nasibnya nanti?
Tapi Penjaga belum mati total. Kalau tidak dibasmi tuntas sekarang dan sampai diketahui Tanah Terlarang, tamatlah riwayatnya.
Huang Jing semakin menjauh, Jiao pun panik.
Apa harus bertempur besar di Kota Kayu Ajaib? Tapi kalau pergi, belum tentu bisa kembali.
Hatinya mendambakan untuk mengejar, tapi Penjaga masih bergulat. Materi abadi sedang tercerai-berai dalam jumlah besar, memulihkan dirinya sendiri.
Di mata Jiao terpancar kemarahan, ia tak lagi memperhatikan Huang Jing, mulai fokus menghancurkan.
Telan dulu sang penjaga, baru kejar si brengsek ini.
Kalau tak ketemu... masih ada yang familiar di pintu tanah terlarang!
Temui dia, mungkin bisa menemukan si kaburan ini.
Jiao tak lagi memandang Huang Jing, terus-menerus melahap.
Beberapa saat kemudian, perlawanan monster landak semakin melemah.
Tak lama kemudian, monster landak sama sekali tak bergerak.
Cahaya keemasan yang takkan hancur perlahan memudar, menyisakan bangkai monster.
Kali ini Jiao tak menyia-nyiakan, melahap seluruhnya - darah, daging, tulang, semuanya masuk ke perut.
Akhirnya, hanya tersisa fragmen tulang tengkorak keemasan.
Retakan di tengkorak itu persis bekas tusukan belati, masih menyisakan aura kayu iblis yang pekat.
Jiao menepuk fragmen tengkorak emas itu hingga terbenam ke tanah. Saat ini, siluet Huang Jing telah benar-benar menghilang.
Di mata Jiao terlihat pertimbangan: target sudah kabur terlalu lama, belum tentu bisa dikejar.
Dari kejauhan, tanah terlarang mulai bergejolak. Pertempuran besar mungkin akan memancing sang Raja wilayah terlarang.
Entah memikirkan apa, Jiao segera terbang menuju arah Gunung Landak.
……
Gunung Landak.
Sunyi senyap yang tetap mencekam.
Di kaki gunung, Fang Ping bergerak hati-hati. Tak ada pancaran kemampuan spiritual yang memindai.
Saat ini, Fang Ping tidak berani menampakkan diri untuk memeriksa situasi, mulai menggali dengan hati-hati. Setelah beberapa saat, Fang Ping mengeratkan gigi. Lingkungan yang terlalu sunyi membuat suara penggalian terdengar keras. Lebih baik menyelinap keluar diam-diam.
Memikirkan ini, Fang Ping berhenti menggali dan berbalik arah. Belum jauh melangkah, ekspresinya berubah drastis - lubang galian di depan telah runtuh!
Ini bukan titik fokusnya!
Yang penting... dia sepertinya melihat sesuatu!
“Apakah itu monster liang bumi?”
“Tidak, tidak... Ukurannya begitu besar tapi sama sekali tidak memancarkan aura... Monster jenis apa ini?”
Fang Ping hanya melirik sekilas, tidak berani melihat lebih detail, lalu bersembunyi di tepi lubang yang runtuh.
Tapi dia benar-benar melihat seekor monster berbaring di luar lubang!
Sama sekali tak ada tanda kehidupan!
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
Fang Ping kebingungan. Dari mana datangnya bangkai monster tambahan di luar?
Ukuran tubuh monster biasanya berkaitan dengan kekuatannya. Monster ini tak kalah besar dari monster mirip Jiao sebelumnya. Bukankah itu berarti...
“Juga tingkat tinggi?”
“Sudah mati?”
Dengan perasaan was-was, Fang Ping mulai memindai dengan hati-hati. Tak lama, dia mengonfirmasi: benar-benar mati!
“Lagi-lagi bangkai monster tingkat tinggi. Hari apa ini?”
“Siapa yang membunuhnya?”
“Oh ya... Monster yang mirip Jiao tadi sepertinya ditemani monster lain. Mungkin ini dia?”
“Mungkinkah... Jiao yang membunuhnya?”
Fang Ping merasa otaknya hampir meleleh seperti bubur!
"Apa sih situasi yang sebenarnya terjadi ini?"
Hari ini kecelakaan terjadi berturut-turut, dia hampir bingung.
Pertama ada monster level delapan di Bukit Landak Anjing, lalu sepertinya melihat Jiao dari jarak ratusan li, kemudian tiba-tiba menemukan monster yang mengikuti Jiao mati, kemana Jiao pergi?
Apakah monster ini dibunuh oleh Jiao?
Tapi sebelumnya, keduanya seperti satu kelompok, kenapa tiba-tiba terjadi perselisihan internal?
"Rasanya kecerdasanku tidak cukup!"
"Haruskah aku keluar? Apakah Jiao sudah pergi?"
Fang Ping terjebak dalam pergulatan batin, sekarang dia benar-benar bingung.
Beberapa saat kemudian, Fang Ping mengatupkan gigi, keuntungan di depan mata sendiri tidak diambil, bodoh banget sih.
Ingin membunuh monster level tujuh, betapa sulitnya, sekarang dia sangat paham. Bahkan petarung level delapan-sembilan pun belum tentu bisa melakukannya dengan mudah.
Bukan tidak bisa membunuh, tapi setelah membunuh, bagaimana menjaga mayat tetap utuh?
Mencegah pihak lain meledakkan diri?
Dan bagaimana tidak menarik perhatian petarung yang lebih kuat?
Semua ini adalah tantangan.
Memikirkan ini, Fang Ping dengan hati-hati keluar melalui penghubung yang runtuh.
Saat melihat monster penuh luka di depannya, Fang Ping mengerutkan alis: apakah inti jantung dan otak intinya masih ada?
Lagipula, monster ini bertubuh besar, sulit dibawa.
Ruang penyimpanan sekarang sulit diperluas lagi.
Masalahnya adalah kehabisan uang!
Sistem belum memberikan nilai kekayaan hingga sekarang. Sebelumnya, untuk memperluas ruang sudah menghabiskan 13 miliar nilai kekayaan, sekarang tersisa kurang dari 4 miliar.
Bahkan dengan perluasan, meski dihabiskan semua tetap tidak bisa memperluas hingga 8 meter kubik, tidak muat.
"Disayangkan, sepertinya hanya bisa menggali beberapa hal berguna untuk dibawa pulang."
Fang Ping merasa penyesalan, sekaligus sangat-sangat waspada.
Sistem tidak menambahkan nilai kekayaan untukku, ini apa?
Belum bahaya!
Sekarang, harus tetap Hati-hati dengan sangat ekstra.
Fang Ping menarik napas perlahan, Hati-hati melangkah mendekati monster liang bumi di depan, matanya menyapu ke sekeliling, Bukit Weigou saat ini benar-benar sunyi hingga mengerikan.
"Sudahlah, yang penting gali dulu inti jantung dan otak intinya!"
Dengan cepat, Fang Ping membawa sekop mendekat, mulai persiapan untuk membedah monster yang sudah mati.
Hasilnya baru saja hendak menggerakkan sekop, Fang Ping ekspresi berubah drastis!
Sial, sampai kembali!
Saat ini, pancaran emas dari kejauhan menyambar ke wilayah kita.
Fang Ping mana berani ragu-ragu, buru-buru masuk ke dalam tanah. Dia bingung, bukankah sudah pergi? Kenapa bisa kembali lagi?
Tak lama setelah Fang Ping masuk ke dalam tanah, siluet Jiao mendarat.
Bola mata besarnya memandang sekeliling.
Kemudian, hidung Jiao mulai mengendus-endus, perlahan membedakan aura.
Koki itu kekuatan biasa saja, kabur pun tidak bisa jauh.
Tapi... tidak merasakan kehadiran pihak lain secara spesifik, sebenarnya membuat Jiao agak terkejut.
"Dengan cepat, Jiao mengendus-endus lubang yang baru saja digali Fang Ping. Aura di sini sepertinya lebih pekat."
"Jiao menghantamkan cakarnya, seluruh tanah di sekitarnya runtuh."
Bukit Landak Anjing masih sunyi senyap, tanah yang runtuh memperlihatkan beberapa lubang bawah tanah.
Jiao terus mengendus sambil sesekali memukul tanah, membuat terowongan-terowongan di bawahnya runtuh dan terbelah.
Tidak jauh dari sana, di kaki gunung, wajah Fang Ping menghijau.
Apa maksudnya ini?
Apakah mereka ingin mengobrak-abrik seluruh gunung demi menemukanku?
Bahkan saat aku meledakkan Kota Raksasa Liu sampai runtuh, para pejuang kota itu memburuku tak sampai segitunya.
Permusuhan apa yang kudapat dari Jiao itu sampai dia nekat melakukan ini?
Biasanya monster liang bumi akan berhenti memburu jika targetnya hilang, kecuali kau menyergap sarangnya atau mencuri harta kesayangannya.
Seperti beberapa kali sebelumnya, saat aku kabur dia tak mengejar karena tak perlu.
Tapi hari ini kenapa?
Apakah karena dua kali kabur berhasil aku benar-benar memancing amarah pihak lain? Harus dibunuh?
Atau jangan-jangan karena terakhir kali aku mengirimkan Master Ma level tujuh yang membuatnya jengkel?
Melihat Jiao terus memukuli terowongan bawah tanah maju perlahan, Fang Ping yakin jika ini berlanjut pasti akan tertangkap - habislah riwayatnya.
Saat ini Fang Ping tak peduli lagi. Situasi di Bukit Landak Anjing tidak normal, terlalu sunyi!
Bahkan raungan monster pun tak terdengar, seolah seluruh gunung kehilangan kehidupan. Jika terus begini, sulit menghindari pengejaran.
"Fang Ping mengatupkan gigi, mengeluarkan sekop, terus menggali ke depan. Ada suara lemah, tapi tak ada cara lain."
"Saat ini, Fang Ping telah menggunakan kemampuan spiritualnya untuk membangun benteng alam di sekitarnya. Sebenarnya suaranya tidak terlalu keras, mungkin tidak bisa terdengar keluar. Yang dikhawatirkan... getaran lemah itu terdeteksi oleh Jiao."
"Untungnya pihak lain masih memukul tanah. Kegaduhan akibat reruntuhan ini menutupi getaran penggaliannya sendiri."
"Fang Ping menggali dengan cepat. Setelah beberapa saat, dia mulai mengganti arah dan melanjutkan penggalian."
"Sejak belajar menggali terowongan, sepertinya aku terus menerus melakukan ini..."
"Fang Ping merasakan kesedihan yang tak terucapkan. Benar-benar menjadi ahli penggalian lubang."
"Terakhir kali di daerah Nanjiang, dia pertama kali mulai menggali lubang."
"Kini, semakin sering menggali, akhirnya menjadi kebiasaan."
"Sekarang pengalamannya benar-benar kaya. Dia sudah tahu di mana mungkin ada sumber air, di mana mungkin terjadi reruntuhan. Dalam bidang geologi, Fang Ping merasa dirinya pantas disebut setengah ahli."
"Orientasi arah di permukaan tanah lemah, tanpa penanda, mudah tersesat. Tapi di bawah tanah, orientasiku justru kuat, sialan!"
"Fang Ping terus menggerutu dalam hati, sekaligus berdoa agar Jiao berhenti melanjutkan."
"Dasar pengangguran!"
"Monster level delapan, ngapain terus mengganggu aku?"
"Daripada nganggur, lebih baik cari monster level delapan untuk bertarung!"
"Fang Ping tidak puas, Jiao juga tidak puas."
"Larinya ke mana?"
Jelas terdeteksi di dekat sini, tanah hampir runtuh karena pukulan. Jika ini terus berlanjut, Begitu wilayah terlarang memperhatikan dan mengirim utusan lagi, sudah terlambat!
Ia harus segera menemukan si kaburan itu, memaksanya menggunakan pedang pendek untuk membelah dirinya sendiri.
Jiao gelisah, entah memikirkan apa, tiba-tiba berhenti memukul.
Begitu berhenti, getaran halus terasa dari tanah di kejauhan yang juga langsung mereda.
Mata besar Jiao memancarkan sinyak mengejek, ternyata di sekitar sini.
Sesaat kemudian, Jiao muncul di udara di atas area tersebut dan menghantam dengan telapak!
Di bawah, muncul lubang kecil - kosong!
Jiao murka total, hilang lagi!
Setelah merusak sekitarnya dengan gila-gilaan, semua struktur runtuh.
Jiao teringat sesuatu, tiba-tiba berhenti merusak. Energi vital kemerahan mulai terlepas dari tanduk emasnya.
Menghadapi koki kaburan, ia punya persiapan.
Seketika, seberkas energi vital lemah mengambang di udara.
Energi vital itu seolah hidup, bergoyang halus di angkasa sebelum mulai melayang ke depan.
……
Dalam tanah.
Jantung Fang Ping berdebar kencang. Apa mungkin saat itu ia menggali kuburan leluhur Jiao? Kalo nggak, kenapa dikejar terus?
Jika dirinya yang menghadapi petarung liang bumi kasta tiga yang kabur atau bersembunyi, takkan dikejar sampai segitunya.
"Daripada buang waktu, dia bisa bunuh beberapa petarung kelas 4-5!"
Monster liang bumi tingkat tinggi jarang melakukan hal seperti ini!
Kenapa semua monster yang kutemui selalu tidak andal?
"Jangan cari aku! Ngapain maksa cari aku?"
Fang Ping hampir menangis. Huang Jing juga menghilang. Saat ini situasinya masih belum jelas. Kalo ada yang mengalihkan perhatian Jiao, mungkin dia bisa cari kesempatan kabur.
Sekarang, sepertinya dialah satu-satunya orang hidup di Bukit Landak yang luas ini. Lari pun susah.
Saat Fang Ping menyembunyikan diri seperti batu di lubang kecil, tiba-tiba bola matanya berkedut.
"Apa ini?"
Dia melihat sesuatu berkilau darah menyusup dari tanah dan merayap ke tubuhnya!
"Apa kau ini?!"
Ekspresi Fang Ping berubah. Saat benang merah itu masuk ke tubuhnya, wajahnya langsung pucat!
Kekuatan energi vital!
Energi vital yang sangat familiar!
"Ini energi vitalku sendiri!"
Begitu kesadaran ini muncul, tiba-tiba tanah di atasnya terbuka!
Sebuah kepala emas raksasa sedang menatapnya.
Dengan wajah pucat pasi, Fang Ping terkekeh kaku: "Raja Jiao, lama tak jumpa ya!"
Jiao ini benar-benar gila!
Dia masih menyimpan energi vitalku!
Ini sama sekali tak terduga oleh Fang Ping!
Mata besar Jiao menatapnya dengan sinis.
Fang Ping menelan ludah, merangkak keluar dari tanah, terkekeh canggung: "Raja Jiao, apakah Anda lapar? Mau makan?"
Jiao tidak merespons, saat ini dia tidak punya pikiran untuk makan.
Sesaat kemudian, Fang Ping mulai terapung dan segera tertarik ke depan bangkai monster liang bumi itu.
Jiao memandangi monster itu lalu menatap Fang Ping. Fang Ping tampak bingung, berbisik: "Apakah Yang Mulia ingin saya menerima hadiah-hadiah ini?"
Baru saja dia selesai bicara, cakar emas besar Jiao menghantam ke bawah!
Fang Ping terhempas masuk ke dalam tanah dengan pipi memerah. "Dasar! Kau tiba-tiba membawaku ke sini, mana aku tahu maksudmu?"
Tampaknya ini bukan hadiah untukku?
Jiao menamparnya dengan cakar, lalu sebatang duri patah melayang di depan mereka. Fang Ping mengenalinya - ini duri dari tubuh landak anjing yang mati sebelumnya.
Tapi apa maksudnya menunjukkan ini padaku?
Melihat Fang Ping masih belum mengerti, Jiao mengayunkan cakar memotong duri itu. Matanya menatap ke kejauhan, berpikir sejenak. Tiba-tiba pedang pendek samar terwujud melalui materialisasi kemampuan spiritual, disertai bayangan manusia samar.
Fang Ping menatapnya lama. "Ini semacam teka-teki visual?"
"Ada yang menggunakan pedang pendek untuk membunuh landak anjing. Anda ingin pedang ini?"
Sebenarnya Fang Ping sudah menebak - itu Huang Jing, meski Jiao hanya menunjukkan bayangan samar.
Melihat Jiao mengawasi dirinya, Fang Ping berkata kaku: "Ini... ini... Aku kenal orang ini, tapi tidak akrab dengannya..."
"Apa? Kalau tidak menemukan orang, aku akan dimakan? Jangan dong..."
Fang Ping berpikir dalam hati, apakah akan membawa Jiao menemui Huang Jing?
Tapi apa yang diinginkan Jiao?
Ingin menelan Huang Jing?
Tidak, dia ingin pedang pendek, pedang pendek... Senjata Dewa?
Dia menginginkan Senjata Dewa?
Melihat Jiao kembali menggoreskan cakarnya ke tubuhnya, Fang Ping bertanya curiga: "Paduka, apakah Anda ingin menusuk diri sendiri dengan pedang pendek ini?"
“……”
"Kalau begitu... bagaimana jika aku menggunakan golok untuk memukul Anda beberapa kali?"
Melihat amarah Jiao mulai memuncak, Fang Ping segera menutup mulut, tapi otaknya bekerja cepat.
Apa yang ingin dilakukan Jiao?
Meminta Huang Jing menusukkannya dengan pedang pendek?
Apakah ini bunuh diri?
Meski tidak mengerti, Fang Ping tetap tersenyum: "Paduka, bagaimana jika aku mencari orangnya dulu? Jika ketemu, aku akan kembali dengan pedang ini untuk menusuk Anda?"
Membawa makhluk ini menemui Huang Jing? Itu terlalu berisiko.
Bagaimana jika Huang Jing terbunuh?
Lagipula, kondisi Huang Jing saat ini masih belum jelas.
"Ngomong-ngomong, Rektor sedang diburu monster liang bumi. Bagaimana jika... memancing Jiao ke sana?"
Ide ini tiba-tiba muncul di benak Fang Ping, tapi sebelum sempat dipikirkan matang, Jiao sudah mulai memukul-mukul tanah tak sabar.
Seketika itu juga, tubuh Fang Ping melayang di udara saat Jiao membawanya terbang mengejar arah pelarian Huang Jing!
“Siap pergi cari rektor? Di titik mana yang ia mau lakukan?”
Memikirkan ini, Fang Ping kembali menatap bangkai monster yang semakin menjauh di bawahnya, ada kekecewaan. Setidaknya biarkan aku menggali inti jantung dan otak inti lalu bawa pergi!
Jiao benar-benar sia-sia!
Seolah sorot mata Fang Ping terlalu membara, Jiao mengaum rendah dengan bernuansa peringatan.
Fang Ping setengah menebak: "Tak bergeming? Raja Jiao, ini yang Anda bunuh? Mengapa tidak dimakan?"
“……”
"Tak bisa dimakan? Harus disisakan ya?"
“……”
Fang Ping terus-menerus menduga. Saat dibawa terbang Jiao sejauh ini, tiba-tiba ia teringat sesuatu... Aku seperti tak pakai baju!
Tapi saat ini hari sudah gelap, seharusnya tak ada yang melihat diri sendiri?
Jiao meminta Huang Jing menusuknya dengan pedang pendek Senjata Dewa, menyisakan bangkai monster itu tak bergeming. Monster di Bukit Landak-Anjing semua menghilang, apa dibunuh untuk tutup mulut?
"Si itu, jangan-jangan ingin menyudutkan Lao Huang?"
Fang Ping selalu merasa operasi ini familiar. "Di bangkai monster mati itu mungkin ada bukti... Bukti terkait Lao Huang, makanya Jiao tak menyentuh mayat... Duri panjang sebelumnya... Aura Senjata Dewa. Mungkin di tubuh monster mati ada sisa aura senjata dewa?"
"Jiao dan si itu satu kelompok, tiba-tiba berselisih internal lalu membunuh pihak lain, ingin menuduh Lao Huang."
“Tapi dia khawatir orang lain tidak percaya……atau yao lain tidak percaya, jadi ingin meminta Lao Huang juga menikamnya beberapa kali dengan pedang, meninggalkan aura Senjata Dewa?”
“Kepercayaan siapa yang dibutuhkan Jiao?”
“Apa monster liang bumi juga punya organisasi?”
“Tidak, tidak, yang krusial adalah……monster ini, sialan, sepertinya sangat licik! Dia bahkan memikirkan cara menyudutkan orang lain!”
Di sisi lain, Fang Ping masih merenungkan hal itu. Tiba-tiba, pemandangan yang membuatnya stres terjadi!
Pancaran emas yang menyilaukan menerangi tubuhnya!
Di bawah langit malam yang pekat, Fang Ping keemasan bersinar terang……krusialnya, dia tidak mengenakan baju!
Fang Ping yakin, jika ada orang di sekitar, pasti bisa melihat dirinya!
“Aku pasti akan membunuhmu!”
Dalam hati Fang Ping mengaum, Jiao ini sudah gila! Dia bahkan menggunakan metode ini untuk mengeksposnya, menarik perhatian Huang Jing!
Ini benar-benar menginjak-injak martabatnya!
Fang Ping ingin muntah darah karena marah. Di atas kepalanya muncul pancaran emas menutupi wajahnya, bagian bawah tubuh juga memancarkan sinar emas menyembunyikan saudaranya dari pandangan orang.
Sungguh mempermalukan diri!
“Aku akan mengingat dendam ini! Tunggu saja! Cepat atau lambat akan kubunuh kau!”
Fang Ping setengah mati karena emosi, namun mata besar Jiao berkedip penuh kebingungan: Ini Tubuh Abadi?
Tak peduli amarah Fang Ping, Jiao menariknya terbang sembarangan ke sana kemari. Fang Ping keemasan bagai lentera terang di udara.
Dan jurus ini memang efektif.
Dari kejauhan, Huang Jing yang sedang bersembunyi di dalam hutan untuk memulihkan lukanya, melihat pancaran emas yang menyilaukan itu, ekspresi wajahnya terus berubah!
Fang Ping ditangkap!
Dia tak menyangka si Jiao itu sampai menggunakan sandera untuk mengancamnya!
Saat ini, dia belum kembali ke Kota Harapan. Fang Ping dan Qin Fengqing masih berada di Bukit Landak. Dua monster tingkat tinggi di sana sudah mati. Rencananya setelah Jiao pergi, dia akan mencari mereka.
Tak disangka, Jiao bukannya pergi malah datang sendiri.
Apa tujuan si Jiao ini sebenarnya?
Ekspresi Huang Jing muram. Haruskah dia menampakkan diri?
Jelas dia bukan tandingan Jiao, apalagi setelah monster itu menelan monster level delapan. Sekarang mungkin lebih mengerikan dari sebelumnya.
Begitu muncul, itu akan sangat berbahaya.
Tapi jika Fang Ping ditahan dan dia tidak muncul, kalau Fang Ping sampai dibunuh...
Wajah Huang Jing berkerut penuh pergolakan. Seorang petarung takkan pernah menyerah!
Bahkan jika kabar ini tersiar - Fang Ping dibunuh Jiao - tak ada yang akan menyalahkannya. Mempertaruhkan nyawa level tujuhnya untuk kemungkinan kecil Jiao mau melepaskan Fang Ping, peluang seperti ini hampir mustahil.
Tapi benarkah harus membiarkan Fang Ping terbunuh?
Saat Huang Jing menekan auranya, bersembunyi hati-hati dengan pergulatan batin, tiba-tiba Fang Ping berteriak dalam bahasa liang bumi dari udara: "Kalau ada di sini, tinggalkan pedangnya saja! Jangan muncul!"
Wajah Huang Jing berubah drastis. Pedang?
Jangan-jangan Jiao datang untuk Senjata Dewa?
Merenggut Senjata Dewa untuk menukar peluang bertahan hidup Fang Ping... Ini...
Jika Fang Ping bisa selamat, jika benar ditukar, Wu Kuishan belum tentu keberatan, toh Fang Ping mungkin punya harapan naik level ke Kasta Sembilan.
Tapi, bagaimana jika manusia dan pedang sama-sama hilang?
Huang Jing tiba-tiba menghela napas ringan, sudahlah, dalam situasi ini, hanya bisa berjudi sekali lagi.
Di saat seperti ini, jika sama sekali tidak mencari metode, Fang Ping benar-benar dibunuh, maka akan sulit menjelaskan pada Li Changsheng dan Lü Fengrou.
Di tangannya, sebuah pedang pendek muncul tiba-tiba.
Kekhawatiran di mata Huang Jing muncul dan lenyap seketika, kemudian ia melemparkan pedang pendek itu dan segera pergi sendiri.
Pedang saja sudah dibuang, jika diri sendiri juga ikut hilang, itu tidak worth it.
Sesaat kemudian, Huang Jing yang telah menjauh beberapa li segera menyelam dan bersembunyi, sementara pedang pendek yang tertinggal di tempat itu memancarkan kilau emas samar.
Di udara, kilau emas muncul dan lenyap seketika, lalu segera jatuh.
Fang Ping, seketika kilau emas itu jatuh, langsung berlari ke arah sumber cahaya keemasan. Senjata Dewa jangan sampai direbut Jiao, bukankah dia hanya ingin dibabat beberapa kali?
Monster ini tidak mungkin ingkar janji dan merampasnya, kan?
Sementara Jiao tidak bergerak, hanya mendarat dan berdiam di tempat, membiarkan Fang Ping meraih pedang pendek di depannya.
Mata raksasa Jiao menatap pedang itu, merasakan aura yang terpancar dari bilah pedang.
Ternyata benar aura kayu bodoh itu!
Sangat kuat!
Jiao sepertinya teringat sesuatu, pedang ini... milik orang yang dulu menerobos Kota Kayu Ajaib!
Pantas saja!
