Berakhirnya pertempuran Kasta Sembilan tidak berarti segalanya selesai.
Dua Raja Monster yang kabur - Buaya Raksasa membawa Jiao ke Hutan Ratusan Binatang, sementara Singa langsung menuju Gurun Pasir Semut Raksasa di Barat!
Tanah terlarang, saatnya waspada!
Klan Penjaga mungkin telah sepenuhnya mengkhianati mereka!
Petarung liang bumi juga tidak lagi layak dipercaya dan diajak bekerja sama.
Para petarung Kasta Sembilan ini mempercepat langkah. Tak lama kemudian, aura mengintimidasi memenuhi Hutan Ratusan Binatang. Berbagai aura Kasta Sembilan bermunculan, termasuk banyak tanaman siluman level tujuh-delapan yang ikut meraung dengan suara menggelegar!
Di kota terdekat dari Hutan Ratusan Binatang, dua aura Kasta Sembilan bagai lilin di tengah angin, wilayahnya terus menyusut karena tekanan.
Di Barat, Gurun Pasir Semut Raksasa juga memuntahkan gelombang energi periodik.
Raungan tajam yang memekakkan telinga mengguncang seluruh liang bumi.
Di area tengah, Gunung Penjagal, raungan monster mulai bergema menjawab.
Bahkan di Laut Terlarang yang biasanya sunyi, kedalaman laut seakan mulai bergema dengan raungan makhluk siluman.
Kota Kayu Ajaib, beberapa petarung Zona Terlarang baru saja duduk berdiskusi sebentar. Merasakan kegaduhan ini, pemimpin Kasta Sembilan pria paruh baya dengan ekspresi terlihat sangat menyeramkan segera mengutus salah satu anggota untuk kembali ke Zona Terlarang melaporkan kabar!
Masalah ini sudah di luar kemampuannya untuk menanganinya.
Di wilayah selatan ketujuh, beberapa daerah terlarang termasuk Gunung Penjagal dan Laut Terlarang sebagai dua zona terlarang utama, terdapat hampir 30 ras monster tingkat realm raja!
Begitu kemarahan para monster ini tidak bisa diredam, wilayah selatan ketujuh mungkin akan mengalami pemberontakan dahsyat.
……
Hari itu, liang bumi Shanghai bergolak tidak menentu.
Aura mengintimidasi Kasta Sembilan terus mengguncang langit-bumi tanpa ditarik kembali.
Setiap kota dalam kondisi waspada, siaga, dan... dilanda kekhawatiran!
Bahkan Kota Yaokui yang sedang berperang dengan Kota Harapan, terburu-buru menarik kembali pasukan besar di luar tembok kota.
Pada masa dimana para petarung level tinggi berkeliaran, kemarahan sekecil apapun dari mereka bisa membawa kehancuran massal dengan mudah.
Kota Harapan juga sudah menarik mundur para petarung dari luar kota sejak dini.
Saat ini, bahkan petarung level tujuh yang beraktivitas di luar pun menghadapi risiko maut.
Sedikit kesalahan bisa menjadi pemicu Pertempuran besar.
……
Kota Harapan.
Gerbang Utara.
Malam ini, Kota Harapan terjaga tanpa tidur.
Di atas tembok Gerbang Utara Kota Harapan saat ini, terkumpul 17-18 petarung high-level.
Tiga Kasta Sembilan, lima-enam level delapan, dan hampir sepuluh level tujuh.
Kekacauan di liang bumi Shanghai membuat para petarung sekitar mulai bergerak memberikan bantuan.
Di atas tembok kota, Nan Yunyue yang baru saja tiba, meskipun seorang wanita, ekspresinya dingin dan tegas. Memandang ke arah Kota Pintu Langit, suaranya serak berkata: "Lakukan persiapan evakuasi!"
Zhang Weiyu di sampingnya mengerutkan kening, lalu mengangguk: "Pasukan militer dan petarung level rendah sampai menengah sudah siap untuk pergi kapan saja."
Pada saat seperti ini, Pertempuran besar bisa meletus setiap saat.
Meskipun pihak lawan tidak menargetkan Kota Harapan, tapi jarak Kota Pintu Langit terlalu dekat. Begitu Kasta Sembilan terlalu banyak, Pertempuran besar meletus, Kota Harapan sulit menghindar.
Petarung high-level masih bisa bertahan, tapi begitu level rendah sampai menengah terjangkit efek domino, pasti banyak korban berjatuhan.
Xu Mofu yang mengikuti di belakang, dengan wajah kaku mengangguk, lalu berbalik memberi instruksi pada wakilnya.
Saat ini, ini bukan lagi medan perang mereka.
Begitu kekacauan Kasta Sembilan meletus, bahkan Xu Mofu sendiri tidak layak ikut serta, lebih baik fokus memimpin evakuasi.
Beberapa Kasta Sembilan sedang berdiskusi dengan suara rendah. Di samping, Wu Kuishan menatap Huang Jing dengan sorot mata yang dalam.
Senjata Dewa Laozi mana??
Fang Ping dan Qin Fengqing mana??
Pertarungan Kasta Sembilan sudah meletus, kemana perginya dua orang ini??
Lagipula, koneksi antara Senjata Dewa dengan diri sendiri sudah hilang!
Senjata Dewa mana!!!
Ekspresi Huang Jing tetap datar, atau lebih tepatnya kaku, sengaja tidak menatap Wu Kuishan.
Sebagai Rektor Universitas Bela Diri Kota Iblis, masalah besar terjadi di liang bumi Shanghai. Bahkan Wu Kuishan yang sedang bertapa terpaksa datang. Tidak hanya dia, Liu Polu yang lukanya sudah mulai pulih juga datang.
Setelah kedatangan Wu Kuishan, Huang Jing langsung diam seribu bahasa.
Wu Kuishan hampir meledak karena marah.
Begitu tiba, dia langsung merasakan keanehan - Senjata Dewa miliknya tidak terdeteksi oleh indranya. Ini berarti senjata itu tidak berada di dekat Huang Jing.
Senjata Dewa seperti ini sudah diasah bertahun-tahun oleh pemiliknya hingga memiliki hubungan energi yang erat.
Di permukaan tanah Wu Kuishan memang tak bisa merasakannya, tapi sekarang saat berada di samping Huang Jing, seharusnya dia bisa mendeteksinya.
Saat ini, beberapa cultivator Kasta Sembilan masih berada di sekitarnya. Wu Kuishan menahan diri untuk tidak bertanya.
Tapi sorot mata pembunuhnya sangat jelas terlihat.
Sebenarnya apa yang dilakukan si tua Huang Jing bersama Fang Ping dan kawan-kawan?
Membunuh monster level tujuh dengan Senjata Dewa miliknya seharusnya bisa dilakukan jika timing-nya tepat.
Mengapa kekacauan di liang bumi langsung meledak di hari pertama kedatangan mereka?
Ke mana perginya Senjata Dewa itu?
Saat ini Wu Kuishan tersadar dengan perasaan kesal: Apakah senjata itu hilang... atau diambil oleh dua nak muda itu?
Kalau memang diambil, untuk apa mereka mengambilnya?
Apakah kerusuhan ini ada hubungannya dengan mereka?
Melihat Huang Jing pura-pura mati, Wu Kuishan ingin segera membunuh si tua ini lalu memaksa mengungkap keberadaan Senjata Dewanya.
Saat Wu Kuishan merasa sesak di hatinya, di depan, Nan Yueyue tiba-tiba membuka mulut sambil menatap ke depan dan mengerutkan keningnya: "Masih ada petarung yang belum dievakuasi dari arah Kota Pintu Langit?"
Begitu Nan Yueyue selesai bicara, Zhang Weiyu di sampingnya juga mengerutkan kening: "Berani sekali!"
Di saat seperti ini, sebelumnya di Kota Pintu Langit bahkan terjadi pertarungan petarung level sembilan, tapi masih ada yang belum kembali.
Keduanya memiliki kekuatan yang luar biasa dan indra yang menjangkau sangat jauh.
Hingga mereka berbincang beberapa saat, Master Fan di samping baru merasakan sesuatu dan tiba-tiba tersenyum kecut: "Dia... itu wajar saja."
"Hmm?"
Dua petarung top level sembilan itu spontan menatapnya, apa kau mengenalnya?
Petarung level sembilan jarang memperhatikan petarung level rendah sampai menengah.
"Qin Fengqing dari Universitas Bela Diri Kota Iblis."
"Qin Fengqing?"
Zhang Weiyu tidak terlalu paham. Sebagai Penjaga Wilayah Barat, dia tidak terlalu memerhatikan hal-hal ini.
Nan Yueyue yang berkarisma malah mengangkat alis: "Putra Qin Nansheng?"
"Benar."
"Pernah dengar, si pembuat onar yang sering memicu kekacauan monster liang bumi..."
Nan Yueyue berkata santai. Sebagai pemimpin tertinggi Departemen Penyidikan, dia memahami data para jenius petarung.
Soal kekacauan monster yang disebutkan, dia juga tak terlalu mempedulikannya.
Meski kali ini ada pemberontakan monster liang bumi level tinggi termasuk beberapa level sembilan, ini bukan ulah Qin Fengqing.
Sementara mereka berbincang, Wu Kuishan di samping menghela napas lega. Qin Fengqing telah kembali. Keberadaannya menunjukkan bahwa mungkin bukan mereka yang memicu masalah... kan?
“Beberapa saat kemudian, Wu Kuishan juga merasakan reaksi aura dari kejauhan, memang benar Qin Fengqing telah kembali.”
“Bagaimana dengan Fang Ping?”
“Wu Kuishan tidak terlalu memikirkannya, melanjutkan penantian.”
“Setelah beberapa lama, di atas tembok kota, yang lain juga melihat siluet Qin Fengqing.”
“Di kejauhan, Qin Fengqing membawa bungkusan lebih besar dari tubuhnya, berlari kencang ke arah sini.”
“Qin Fengqing kembali!”
“Keberanian si nak ini benar-benar gila, baru kembali sekarang.”
“Membawa bungkusan sebesar ini lagi, apa yang dilakukannya kali ini? Jangan-jangan kembali menggerebek rumah?”
“Tidak mungkin kan?”
“……”
“Yang hadir berbisik-bisik, di tembok kota, Chen Yunxi di sudut melirik ke sekeliling, tidak melihat Fang Ping, tiba-tiba merasa gelisah, langsung melompat dari tembok kota.”
“Beberapa master pejuang di samping menoleh sebentar, mengerutkan alis, tidak ada yang bersuara.”
“Chen Yunxi yang telah melompat segera berlari menuju Qin Fengqing.”
“Tak lama kemudian, Chen Yunxi menghadang jalan Qin Fengqing, buru-buru bertanya: 'Senior Qin, di mana Fang Ping?'”
“Fang Ping dan Qin Fengqing pergi bersama, sekarang Qin Fengqing kembali, kemana Fang Ping?”
“Dia belum kembali?”
“Qin Fengqing terkekeh canggung melihat Chen Yunxi yang hendak meledak: 'Tenang, mungkin dia di belakang. Lagipula perang belum pecah total, orang hidup sebesar itu mana mungkin kenapa-kenapa?'”
“Chen Yunxi cemas: 'Bukankah Fang Ping pergi bersama Senior?'”
“Oh, waktu balik kita berpisah jalan...”
“Apakah Fang Ping terluka?”
“Tidak, kan?”
Qin Fengqing yang ditanya agak pusing, dengan nada kesal berkata: "Adik Yun Xi, tidakkah kau memperhatikan nasib seniormu Qin ini?"
"Bukankah kau sudah kembali?"
Qin Fengqing lelah secara mental, perkataannya terdengar sangat logis.
Sudahlah, dia tidak berkata apa-apa lagi, melanjutkan membawa bungkusan sambil berjalan pulang.
Melihat Chen Yunxi masih diam di tempat, Qin Fengqing berjalan sambil berkata: "Pulanglah, apa kau masih ingin mencarinya? Nak itu sekarang mungkin sedang bersenang-senang di suatu tempat, mungkin sedang sibuk menghitung hasil tambang sampai lupa waktu, mana ingat untuk kembali."
"Menghitung tambang?"
"Ehem, pokoknya pasti dia mendapatkan banyak keuntungan."
Qin Fengqing asal menduga, melihat Chen Yunxi masih tak bergerak, bergumam: "Wanita memang merepotkan, tunggulah sendiri di sini, aku pulang dulu."
Lagipula masih di luar kota, dia tidak khawatir dengan keamanan Chen Yunxi.
Tapi memikirkan dirinya sendiri yang kembali tanpa ada yang menyambut, Qin Fengqing merasa kecewa. Harimau betina itu bahkan tidak datang menyambutnya, taktik jebakan atau memang tak punya perasaan?
Sama sekali tidak berperasaan!
Tidak peduli lagi dengan Chen Yunxi, Qin Fengqing bergegas menuju ke dalam kota. Pulang dulu, setelah sampai di dalam kota baru menghitung hasil jerih payahnya. Dia sudah tidak sabar lagi.
Akhirnya baru sampai di bawah tembok kota, belum sempat masuk pintu, Qin Fengqing sudah mulai terapung. Sesaat kemudian, Wu Kuishan mencubit lehernya sambil mengerutkan kening, "Hanya kamu yang kembali sendirian?"
Qin Fengqing dengan wajah pasrah berkata kaku, "Aku dan Fang Ping sudah lama berpisah. Fang Ping pergi bersama Wakil Rektor Huang. Rektor, kenapa tanya saya? Tanya saja ke Wakil Rektor Huang."
Huang Jing tetap terdiam. Wu Kuishan melotot tajam ke arahnya.
Kemana sih Huang Lao Gui menyimpan senjata dewanya?
Kalau sekarang tidak ada di tubuh Qin Fengqing, kemungkinan besar dibawa Fang Ping.
Mengingat Fang Ping bisa menyembunyikan aura... Pertempuran besar Kota Pintu Langit...
Di hati Wu Kuishan tiba-tiba muncul firasat buruk - jangan-jangan dia pergi ke Kota Pintu Langit?
Saat Wu Kuishan masih berkontemplasi, Tian Mu di samping tiba-tiba tertawa, "Nak Qin, ada apa di tasmu? Sepertinya barang bagus ya?"
Qin Fengqing langsung waspada, buru-buru menjawab, "Bukan apa-apa, cuma bijih rusak. Kubawa pulang untuk lihat bisa dibuat senjata atau tidak."
"Bijih rusak?"
Tian Mu tersenyum kecut, tak melanjutkan pertanyaan.
Sebagai petarung level delapan, meski terhalang kristal energi, dia tetap bisa merasakan banyak hal. Jelas bukan bijih rusak, si nak ini sedang membodohi arwah! Masak iya dia mau merampoknya?
Tian Mu saja bisa merasakan, apalagi beberapa petarung level sembilan.
Beberapa orang itu kini menyapu pandangan aneh ke Qin Fengqing. Si kecil level empat ini ternyata dapat hasil jerih payah lumayan!
Tapi Qin Fengqing tidak ingin membuka kedok, mereka juga tidak banyak bicara.
Meski ada beberapa barang, tapi tidak menarik perhatian para Kasta Sembilan. Namun bagi tingkat tujuh-delapan, ini termasuk hasil jerih payah yang lumayan.
Melihat yang hadir tak bertanya lagi, Qin Fengqing tersadar legah.
Hasil terlalu besar, harta tidak dipamerkan. Sekalian berpura-pura jadi orang miskin, tunggu Fang Ping kembali untuk mencari keuntungan lagi.
Dia yakin Fang Ping pasti bisa kembali dengan membawa hasil.
Ini baru seberapa? Kasta Sembilan tidak langsung memburu Fang Ping. Nak itu mana mungkin mudah hancur.
Huang Jing khawatir, tapi dia sama sekali tidak menganggap serius.
Melihat semua diam, dia juga tidak pergi. Berdiri di belakang Huang Jing sambil menunggu.
Baru saja berdiri, seseorang di sampingnya berbisik mengejek: "Katanya mau ke Hutan Ratusan Binatang? Kukira kau hebat, ternyata cuma menggali tambang rusak?"
Ekspresi Qin Fengqing menjadi kaku: "Kamu tahu kentut apa!"
Wanita, rambut panjang tapi wawasan pendek!
Harta tidak dipamerkan, ngerti tidak?
"Ya, aku memang tak tahu. Tapi biasanya setiap kembali, kau selalu sok jagoan dan arogan. Sepertinya Pertempuran Kasta Sembilan membuatmu ciut ya?"
Zhou Qiyue akhirnya mendapat kesempatan balas dendam. Saat ini dia sedang maksimalkan penghinaannya.
Qin Fengqing memang sangat sombong!
Pria ini sama sekali bukan tipe low-profile!
Setiap kali dapat hasil, meski tak banyak, dia selalu membual lebih besar dan lebih hebat.
"Menurut penjelasannya, setiap kali turun ke liang bumi, dia selalu membunuh banyak monster dan menghadapi musuh tingkat tinggi sambil mengelabui mereka seperti mengajak anjing jalan-jalan."
"Kemarin bersumpah akan pergi ke Hutan Ratusan Binatang, hari ini sudah kembali begitu saja?"
Qin Fengqing mendengus, "Kamu tahu apa!"
"Malas meresponsmu, jangan coba-coba menjalin kedekatan denganku!"
Zhou Qiyue wajahnya menghitam, bergumam kesal: "Bebek mati mulut keras!"
"Aku yang bebek mati mulut keras?"
Qin Fengqing tiba-tiba merasa seharusnya tidak bersikap low-profile, sampai diremehkan orang!
Orang lain meremehkanku tak masalah, tapi Zhou Qiyue si harimau betina ini, jelas-jelas naksir diam-diam tapi selalu menentangku, mau apa lagi?
Seketika itu juga, Qin Fengqing tanpa bicara mengeluarkan kantong kecil dari sakunya, langsung membukanya dan mengguncang-guncangkan isinya hingga berhamburan.
Semua yang hadir menoleh, saat melihat lebih dari seratus lencana bertebaran di lantai, alis mereka spontan terangkat.
Setiap kali Qin Fengqing membunuh musuh atau menemukan lencana, selalu disimpan dan dibawa kemana-mana.
Koleksi lencana ini adalah seluruh hasil jerih payahnya selama beberapa tahun terakhir.
Dengan wajah penuh kesombongan, Qin Fengqing mendengus: "Lihat? 118 lencana jalan pedang! Lebih dari 30 tingkat menengah, bahkan beberapa tingkat enam! Di seluruh universitas bela diri, siapa yang layak mengejekku Qin Fengqing? Musuh tingkat menengah yang kubunuh lebih banyak dari yang pernah kalian lihat!"
Separuh pernyataan pertama masih bisa diterima, bagaimanapun cara dapatnya lencana-lencana ini, nyatanya dia memang punya kemampuan.
Tapi separuh pernyataan terakhir membuat banyak orang menggeleng tak habis pikir.
Jago, bukan begini caranya berbual.
Cuma 30 lebih tingkat menengah, kau lebayin sampe kayak beberapa ribu atau juta! Pikir kita semua kurang pengetahuan?
Jangankan tingkat menengah, 30 tingkat tinggi pun mereka pernah liat, bahkan lebih banyak dari itu.
Ekspresi Zhou Qiyue berubah aneh, mendengus sambil bersikap tegar, "Siapa tahu darimana kau dapat ini. Ada yang suka koleksi beginian, bukan mustahil bisa dijual..."
"Wah, kamu berani menantangku?"
Qin Fengqing merasa perlu memperlihatkan hasil jarahannya. Sejak kapan wanita berani membantah pria?
Seketika, Qin Fengqing melemparkan karung besar ke tanah dan langsung membukanya.
Gelombang energi pekat langsung menyebar, membuat banyak petarung tingkat tinggi menoleh.
"Batu energi, buah Lanqing, buah Ziying, rumput Tongmai... Rumput tujuh daun takkan hancur?!"
Seseorang bergumam, lalu ekspresinya berubah drastis sambil menghampiri, "Qin Fengqing, dari mana kau dapat rumput tujuh daun takkan hancur ini?!"
"Apa?!"
Qin Fengqing memutar kepala dan mengenali pria itu sebagai petarung level tujuh penjaga liang bumi.
Baru bertanya, pria itu sudah merenggut seikat rumput berdaun emas bersinar.
Qin Fengqing langsung berteriak, "Rektor! Ada yang merampokku!"
Berani membuka karung di sini karena ada dua rektor. Tapi tua-tua ini langsung merampas tanpa izin!
Wajah menghitam, sang petarung membentak, "Jangan ngaco!"
"Beberapa Kasta Sembilan ada di sini, bagaimana mungkin dia merampok si nak ini?"
"Tapi... aku benar-benar tergoda."
Wu Kuishan saat ini juga mendekat, menatap tanaman keemasan itu sejenak lalu memandang Qin Fengqing dengan tatapan aneh, berkata datar: "Rumput Abadi hanya tumbuh di habitat Pejuang Tubuh Emas yang bermukim jangka panjang."
"Karena rumput ini sebenarnya menyerap materi abadi yang terlepas dari tubuh Pejuang Tubuh Emas untuk bisa tumbuh."
"Bagi petarung level tujuh, perannya sangat besar, bisa membantu memahami aspek misterius materi abadi lebih dini."
"Tentu saja juga memiliki efek penyembuhan luar biasa. Karena telah menyerap banyak materi abadi, kecuali luka parah yang benar-benar tak tersembuhkan, dengan menelan rumput abadi ini, luka dalam maupun luar umumnya bisa pulih."
Dia menekankan: "Hanya tumbuh di habitat Pejuang Tubuh Emas, itu pun yang sudah bermukim lama!"
"Apa sebenarnya yang dilakukan si bocah ini?"
Qin Fengqing memang tidak mengenali benda ini, tapi matanya berbinar: "Rektor, apakah ini berharga?"
"Nilai Rumput Abadi ditentukan oleh usia dan jumlah materi abadi yang diserap. Jumlah daun menunjukkan usia dan khasiatnya. Yang berdaun tujuh... minimal bernilai satu dua ratus juta."
Mata Qin Fengqing nyaris menyemburkan api. Segitu berharganya?
Benda ini dia temukan di sarang landak level delapan. Saat melihat kilau keemasannya, dia langsung tahu ini barang bagus dan langsung mencabutnya.
Tak disangka, ternyata sangat berharga!
Qin Fengqing menelan air liur, Wu Kuishan kembali memeriksa bungkusan besarnya, lama kemudian baru berkata: "Kau merampok petarung level delapan?"
Dia tak bisa tidak berpikir demikian, beberapa barang yang dikumpulkan Qin Fengqing ini adalah barang khas level delapan.
Ini tak bisa dijelaskan dengan sekedar nasib baik!
Qin Fengqing terkekeh canggung, lalu dengan wajah polos berkata: "Mana mungkin, aku belum sanggup melawan level delapan. Cuma jalan-jalan ke sarang level delapan, sekadar bawa pulang sedikit barang. Rektor, berapa nilai semua ini?"
Wu Kuishan terdiam sejenak, beberapa saat kemudian menjawab: "Kira-kira 1 miliar."
"Segitu saja?"
Qin Fengqing tiba-tiba terdiam, kok bisa sedikit sekali?
Sarang level delapan dihancurkan, cuma segini nilainya?
Jangan-jangan rektor menipuku?
Qin Fengqing buru-buru menghitung, 1 miliar bisa ditukar berapa batu energi? Cukup untuk mencairkan energi dan memutasi Jembatan Alam-nya?
Sepertinya... belum tentu cukup!
Bagaimana bisa?!
Zhou Qiyue yang saat itu menyaksikan hanya bisa tertegun, dasar gila... dia benar-benar merampok monster di Hutan Ratusan Binatang?
Tak hanya dia, bahkan para pejuang level tujuh-delapan pun terdiam. Kemana si gila ini pergi?
Menghancurkan sarang level delapan?
Tiga petarung level sembilan saling bertukar sorot mata aneh. Zhang Weiyu memahami pandangan Master Fan: Pantas kau kenal, tak heran ingin mengenal anak level empat yang berani menghancurkan sarang level delapan ini.
Mereka terpaku, sementara Qin Fengqing mengeluh dengan wajah masam: "Ini terlalu sedikit, Rektor. Apakah Anda tidak salah hitung? Fang Ping dengan mudah mendapat ratusan juta, kali ini mungkin juga dapat ratusan juta lagi. Saya hanya dapat segini?"
Tadinya ingin berpura-pura miskin, sekarang baru sadar... Aku benar-benar miskin!
Kalimat ini seperti menusuk hati.
Wu Kuishan tiba-tiba merasakan jantungnya tersayat-sayat. Apa kau sengaja seperti ini?
Kau baru level empat, sekali dapat puluhan juta, masih bilang 'hanya segini'?
Saat dia level empat saja belum, bahkan sekarang, jika dia pergi berperang sampai sungai darah pun belum tentu dapat sebanyak ini. Kekuatan tempur tinggi tak menjamin hasil besar.
Qin Fengqing ini dulu sampai harus menjual celana karena miskin. Kapan matanya jadi setinggi ini?
Lagi pula, Fang Ping yang mudah dapat ratusan juta? Itu cuma kebetulan di Liang Bumi Nanjiang waktu itu. Mana ada kesempatan emas terus-terusan menunggunya.
Saat sedang berpikir, Nan Yunyue tiba-tiba mengerutkan alis: "Masih ada yang belum kembali? Tidak... Ini bukan, apa itu?!"
Seketika, Zhang Weiyu melesat ke udara, menatap ke kejauhan. Lama kemudian bergumam: "Jangan bilang ini juga orang Universitas Iblis..."
Universitas Bela Diri Kota Iblis, segitu jago-nya?
