Wu Kuishan merasa dirinya terlalu sombong.
Fang Ping bahkan jauh lebih sombong lagi darinya.
Ditendang oleh Wu Kuishan, Fang Ping langsung mencubit kepala botak besar Qin Fengqing.
Sorot mata Qin Fengqing penuh kebengisan, orang ini bukanlah anak baik-baik. Sekarang batu energi sudah di tangan, Fang Ping masih berani mengganggunya, dia pasti akan memberontak.
Namun, saat melihat Fang Ping menyelipkan sebutir buah tempaan ratus ke sakunya, Qin Fengqing langsung menyembulkan kepala sambil tersenyum: "Gak apa-apa, silakan diraba. Gimana kalau bayar per menit? Satu butir per menit?"
"Sialan!"
Orang-orang di sekitarnya mengumpat dalam hati!
Di mana tekadnya?
Pukul dia!
Buang saja buah tempaan ratus itu, menerima makanan yang diberikan dengan sikap merendahkan seperti ini, memalukan!
"Buang saja!"
Dalam hati mereka mengaum keras, kalau dibuang, mereka yang memungutnya tidak akan merasa malu.
Tentu saja Qin Fengqing bukan tipe orang seperti itu. Bercanda, ini bernilai ribuan kredit, apalagi susah didapat, hanya orang bodoh yang akan membuangnya.
Meraba-raba kepala botak apa salahnya, kan tidak berkurang daging.
Tapi di hatinya ada hitungan sendiri. Setelah Fang Ping meraba sekitar belasan detik, dia berhenti, menggelengkan kepala melepaskan tangan Fang Ping.
Kalau mau meraba lagi, harus bayar lagi.
Fang Ping tersenyum kecut, tidak melanjutkan gangguannya, menoleh memandang para master di samping.
Tertawa, marah, dan mengumpat - apakah mereka benar-benar merasa santai?
Puluhan aura intimidasi Kasta Sembilan menggantung di udara. Begitu perang besar pecah dan menjalar ke Kota Harapan, akankah mereka mundur?
"Pada hari ini, master pejuang yang berdiri di sini mungkin datang dengan tekad memastikan kematian."
"Tian Mu memaki Nan Yunyue, apakah Nan Yunyue benar-benar kelompok yang takut bertarung?"
"Jika benar takut, takkan datang ke sini."
"Dia dijuluki juara pertama di bawah Kasta Sembilan puncak, lalu apa?"
"Berapa banyak Kasta Sembilan yang bisa dihadapinya?"
"Tiga?"
"Atau lima?"
"Di belakang adalah Penghubung, jalan menuju dunia manusia, Shanghai dengan populasi puluhan juta."
"Begitu situasi berubah, yang lain bisa pergi, tapi apakah mereka boleh pergi?"
"Tetapkan medan perang di liang bumi!"
"Ini prinsip yang tak pernah berubah umat manusia selama seabad."
"Liang bumi Shanghai tak sama dengan Tiannan. Tiannan bisa dikunci, sedangkan Penghubung Shanghai telah stabil bertahun-tahun. Meski energi bisa dikacaukan, kekacauan maksimal akan mereda dalam 3-5 hari."
"Dalam kondisi seperti ini, para master pejuang ini benar-benar datang dengan tekad memastikan kematian."
……
"Melihat keriuhan para pemuda ini, Wu Kuishan tersenyum: 'Si nak ini, lebih baik tetap memimpin. Suatu hari nanti jika tersalip, Qin Fengqing bukan anak baik-baik, pasti akan membunuhnya.'"
"Tian Mu juga tertawa: 'Pantas mati jika dibunuh. Tapi... agak berisiko.'"
"Perkembangan Fang Ping terlalu cepat. Bukan hal mudah bagi Qin Fengqing untuk menyusulnya."
"Tiba-tiba Tian Mu terlihat muram: 'Merekalah tulang punggung umat manusia kita!'"
"'Berani bertarung tanpa gentar!'"
"'Sayang... kita tak bisa memberi mereka banyak waktu untuk berkembang.'"
Tian Mu muram sejenak, lalu cepat memulihkan ketenangan dan tersenyum: "Biarkan mereka mundur dulu, tinggal di sini tidak berguna."
Nan Yunyue dan Zhang Weiyu sama-sama mengangguk.
Orang-orang ini, saat ini memang tidak berguna jika tinggal di sini. Jika pertempuran besar benar-benar meletus, mereka akan segera berubah menjadi bubur daging.
Di samping, Xu Mofu berkata dengan suara berat: "Jendral Besar, pertempuran belum dimulai, komando militer tidak akan mundur!"
Tatapan Tian Mu beralih ke pasukan militer penuh aura Bunuh di dalam kota, tiba-tiba ia tersenyum: "Pantas menjadi prajurit pilihan Tiongkok, bagus! Kalau begitu bertahan sampai akhir, tapi... yang level menengah ke bawah juga harus dievakuasi dulu, tidak perlu tinggal."
"Jendral Besar!"
"Dengarkan perintah!"
Tian Mu berseru pendek, membuat Xu Mofu langsung berdiri tegak.
"Di dalam kota, hanya petarung militer level menengah ke atas yang boleh tinggal, yang lain segera mulai evakuasi!"
"Siap!"
Xu Mofu tidak banyak bicara lagi. Disiplin militer tak tergoyahkan. Saat ini, Tian Mu adalah petarung militer dengan pangkat tertinggi yang hadir. Begitu perintah diberikan, harus dilaksanakan.
……
Xu Mofu pergi mengatur. Di dalam kota, terdengar suara petarung militer.
"Anggota non-militer, berkumpul di Alun-alun Harapan, evakuasi secara teratur!"
"Semua personil, laksanakan perintah!"
"Cepat berkumpul!"
“……”
Di atas tembok kota, beberapa petarung non-militer menunjukkan kekecewaan dan kepedihan.
Fang Ping justru berjalan ke sisi bangkai monster, langsung mengangkatnya dan berbalik menuruni tembok kota.
Seseorang protes: "Fang Ping, kau begitu saja pergi?"
Sambil berjalan Fang Ping menjawab: "Tak ada cara lain. Kekuatanku terlalu lemah, tinggal di sini tidak ada gunanya."
"Sambil berkata, Fang Ping melanjutkan: "Aku tahu ada yang merasa ini tanggung jawabku, baiklah, aku tak akan membela diri. Tapi bertahan di sini sekarang benar-benar tak ada gunanya."
Setelah selesai berbicara, Fang Ping memelintir lehernya menatap para master yang berdiri tegak di atas tembok kota, berkata dengan tertawa: "Lebih baik tidak bertarung. Kalau sampai bertarung, biar aku hitung... 18 master. Jika satu mati, nanti saat latihanku sempurna, akan kubunuh seorang Raja Level Puncak sebagai tumbal. Siswa akan pergi dulu. Para master tolong berhati-hati. Jika benar-benar mati, aku cuma membual, jangan dianggap serius."
"Pergi!"
Tian Mu mengumpat sambil tertawa: "Mengutuk kami ya?"
"Tidak! Aku cuma takut kalian benar-benar mati, nanti aku dimarahi."
Fang Ping terkekeh: "Jangan sampai mati. Kalau tidak, hidupku akan sulit. Nanti pasti ada masalah. Senior semua harus tahu diri. Saatnya berpura-pura jadi cucu ya lakukan. Kalau perlu, lempar rektor sebagai kambing hitam. Nanti kubalaskan dendam rektor."
Wu Kuishan wajahnya menghitam, melotok padanya dengan mata berapi.
Fang Ping terkekeh canggung: "Rektor jangan marah. Aku hanya bercanda. Tapi tenang, Wali Kota Pintu Langit si tua itu pasti kubunuh untukmu. Hanya masalah waktu. Oh ya, kalau Anda tidak kembali, beberapa hari lagi aku siap jadi rektor baru..."
"Cepat pergi!"
Wu Kuishan mengumpat. Ucapan si nak ini benar-benar menusuk hati.
Fang Ping tersenyum lebar, mengangkat monster liang bumi lalu turun dari tembok tanpa menoleh.
Yang lain diam seribu bahasa, mulai mengikutinya turun dari tembok.
……
"Terus berjalan ke depan hingga sampai di alun-alun Penghubung."
Fang Ping memelintir lehernya untuk melirik, saat ini di atas tembok kota berdiri tegak belasan siluet bagai gunung kokoh.
"Apa kita pantas disebut tulang punggung umat manusia?"
Fang Ping tersenyum sinis, bergumam: "Kalianlah yang pantas!"
Orang-orang inilah sesungguhnya tulang punggung peradaban manusia.
Sepanjang hidup mereka bertarung di medan perang, berapa luka dan darah yang telah dikorbankan?
Dibanding mereka, kelompok kita yang hanya membunuh beberapa petarung level rendah-menengah ini tak ada artinya.
"Ketidakmampuan hari ini bukan berarti akan selamanya begitu!"
Fang Ping berbisik dalam hati, tiba-tiba menyemangati diri dan tertawa terbahak-bahak: "Ayo pergi! Wisata sehari ke liang bumi selesai!"
Seketika itu juga, Fang Ping melangkah masuk ke rumah paduan logam dan menghilang dalam pusaran aneh.
……
Di luar Penghubung.
Yang hadir terdiam keluar, Penjaga Pintu yang tahu ada masalah di liang bumi hanya memandangi proses evakuasi.
Namun tiba-tiba Penjaga Pintu itu menunjukkan wajah panik dan menggelegar: "Bunuh!"
"Jangan!"
Suara Fang Ping segera terdengar, membuat Penjaga Pintu membekukan gerakan bertarung mati-matiannya.
Dari balik pintu, Fang Ping menggeser-geser bangkai monster sambil mengeluh: "Pintunya terlalu kecil! Lain kali diperbesar. Baru bawa bangkai monster level tujuh saja susah, bagaimana kalau nanti bawa yang Kasta Sembilan?"
Penjaga Pintu masih terpaku, lama kemudian ragu-ragu bertanya: "Fang Ping?"
"Saya."
"Ini..."
"Bangkai monster liang bumi."
"Ngomong aja!"
Penjaga Pintu kesal, kau kira aku tak mengenalinya?
Krusialnya, nak baru masuk sehari, kok bisa bawa keluar bangkai monster liang bumi?
Fang Ping saat ini hampir berhasil mengeluarkan bangkai monster itu, berkata dengan tertawa: "Begini... Waktu masuk liang bumi, kebetulan nemu monster lagi perang sama petarung liang bumi. Ratusan monster tingkat tinggi mati, aku cuma ambil satu. Paman, percaya nggak?"
Penjaga pintu mulai menunjukkan tanda-tanda amarah menyala-nyala. Fang Ping terkekeh canggung: "Cuma bercanda. Detailnya nggak usah diceritain, tanya aja sama yang lain. Aku duluan balik ya."
Belum selesai bicara, dari rumah paduan logam keluar lagi seseorang - petarung dari komando militer.
Tanpa peduli kehadiran Fang Ping dan kawan-kawan, petarung berseragam itu langsung berteriak: "Fang Ping dan Qin Fengqing dilarang masuk liang bumi dalam waktu dekat! Beri tahu semua pintu liang bumi lain - tanpa izin komando militer, keduanya dilarang masuk!"
Larangan resmi akhirnya turun.
Ini keputusan para petarung level tinggi tadi, harus segera diimplementasikan.
Kalau dua orang ini masuk liang bumi lain dan bikin kekacauan lagi, petarung Tiongkok bakal kehabisan tenaga.
Mau bikin onar pun harus nunggu sampai situasi liang bumi Shanghai stabil dulu, baru para petarung bisa meluangkan waktu.
Kalo nggak, kalau liang bumi lain ikutan berontak, mereka pasti stres berat.
Penjaga pintu terdiam. Dilarang masuk liang bumi?
Ada perintah kayak gitu?
Fang Ping menghela napas. Buat apa sih? Aku Fang Ping kan orang yang tahu diri?
Ini semua cuma kecelakaan!
Beneran kecelakaan!
"Jiao yang melakukannya, aku masuk kali ini cuma ingin menambang saja, siapa sangka bisa terjadi begitu banyak masalah."
Dia merasa tersakiti, Qin Fengqing bahkan lebih tersakiti lagi, dengan wajah polos berkata: "Ini tidak ada hubungan dengan aku kan? Aku cuma menyergap sarang monster liang bumi level delapan, di area Jiao bahkan nggak dapat apa-apa, ngapain melarangku masuk?"
"Ehem ehem ehem!"
Yang hadir langsung batuk-batuk, Fang Ping juga dengan wajah kosong berkata: "Kau bahkan menyergap sarang Jiao?"
Qin Fengqing menggerutu: "Jangan dibahas lagi, si itu adalah monster termiskin yang pernah kulihat, nggak ada apa-apa!"
Fang Ping dengan wajah tak berdaya, "Ngomong aja, kalau dia nggak miskin, nggak akan merampok Kota Pintu Langit."
"Benar juga, lain kali cari target jangan yang kayak gini."
"Lain kali... nggak tahu kapan lagi, kalau liang bumi Shanghai belum ditaklukkan, kita berdua tunggu saja masuk daftar hitam seumur hidup."
"Ini juga benar."
Qin Fengqing dengan penuh penyesalan menambahkan: "Gapapa, latihan dulu, setelah ini aku akan naik ke tingkat lima, lain kali masuk lagi, tinggal beberapa hari, nggak keluar-keluar."
Keduanya asyik mengobrol, ekspresi penjaga pintu berubah-ubah, melirik pria berbaju militer.
Pria berbaju militer itu pusing, mengangguk halus, jangan lihat aku, dua orang ini benar-benar pembawa malapetaka.
Masuk satu hari saja, sudah mengguncang langit dan bumi liang bumi Shanghai.
Larangan itu memang nyata, dalam waktu singkat tidak boleh melepas kedua orang ini masuk.
Fang Ping dan yang lain tidak berlama-lama di sini, saat ini masih terus ada orang yang dievakuasi keluar.
"Ditambah dia menggotong bangkai monster, banyak orang memperhatikannya sepanjang jalan."
Fang Ping tidak mengambil jalan luar, melainkan langsung menuju terowongan bawah tanah menuju Universitas Bela Diri Kota Iblis.
……
Universitas Bela Diri Kota Iblis.
"Fang Ping dan rombongan sudah kembali!"
"Fang Ping membawa bangkai utuh monster level tujuh!"
"Membawa pulang batu energi senilai 10 miliar!"
“……”
Saat rombongan Fang Ping keluar dari penghubung, Area Selatan langsung digemparkan!
Murid dan mentor di Area Selatan bergegas mendatangi kerumunan.
Banyak mentor terlihat bingung - bukankah mereka baru pergi kemarin?
Sebenarnya mereka ngapain saja?
Apa mereka kembali menjarah kota liang bumi?
Atau mungkin menyatroni sarang monster?
Pak Li yang baru tiba, melihat semua kembali dengan selamat, awalnya lega lalu tiba-tiba menyambar bangkai monster dan berbalik hendak pergi.
Fang Ping buru-buru berkata: "Guru, ini bukan milikku, ini milik Wakil Rektor Huang!"
"Aku tahu!"
Wajah Pak Li merah padam, bergumam kesal: "Andai tahu semudah ini, aku saja yang pergi! Buat apa si Huang ikut campur!"
Baru sehari saja!
Sehari untuk menukar Senjata Dewa, dia juga mau.
Awalnya dia mengira akan membuang waktu dan mengganggu latihan, makanya memberikan kesempatan pada Lao Huang.
Siapa sangka sama sekali tidak ada yang terbuang.
Kini, liang bumi Shanghai juga bermasalah, para master di kampus telah pergi, dia harus tetap berjaga karena Universitas Bela Diri Kota Iblis punya harta berlimpah - bahaya jika disusupi musuh.
"Mudah?"
"Beberapa mentor yang ikut mundur di samping saling memandang dengan bingung. Lama kemudian, seorang mentor tersenyum pahit: 'Dekan Li, jika Anda pergi, mungkin tidak akan semudah itu.'"
"Kenapa? Dia Huang Jing bisa melakukannya, aku tidak bisa?"
"Pak Li tidak puas, benarkah level delapanku ini tidak dianggap penting?"
Fang Ping berkata dengan tertawa: "Sebenarnya tidak sulit, Wakil Rektor Huang hanya membunuh seekor monster level tujuh, bertarung sejenak dengan monster liang bumi level delapan, sekalian bertemu dengan Jiao, lalu menghancurkan Hutan Raja Jiao. Bukan masalah besar."
Pak Li tiba-tiba diam, menatapnya beberapa saat lalu mendengus: "Sudah tahu pasti bukan kabar baik!"
Lao Huang kali ini cukup terstimulasi ya?
Tanpa perlu penjelasan panjang dari Fang Ping, hanya mendengar ini saja, dia sudah merasa Huang Jing kali ini pasti sangat puas, sampai-sampai jantungnya hampir berhenti berdetak.
Menyapu pandangan ke bangkai monster liang bumi, Pak Li tidak lama memandang, dengan nada seperti orang tak bisa mendapat anggur lalu menyebut anggur asam, berkata: "Level tujuh terlalu rendah. Aku minimal butuh Senjata Dewa level delapan. Serahkan saja ke Lao Huang."
"Sambil berkata, Pak Li kembali melirik Fang Ping, berkata dengan suara lembut: "Anda harus hati-hati.""
Fang Ping bertanya bingung: "Ada apa?"
""Lü Fengrou akan segera menyelesaikan retretnya, mungkin dalam dua hari ini.""
Pak Li berkata sambil tersenyum sumringah: "Terakhir kali kau memberiku banyak sekali esensi kehidupan, dia sudah ingin membabatmu. Kali ini kau malah memberi Lao Huang Senjata Dewa... Nak, aku khawatir kau akan dibunuh. Dia muncul langsung di level tujuh, kau dapat senjata dewa tapi tak memikirkannya, hehe..."
Fang Ping membuat wajah polos: "Ini bukan kubunuh, Wakil Rektor Huang sendiri yang membunuhnya."
"Sudahlah, Lao Huang sendiri pun kalau bisa membunuh, takkan bisa membawanya kembali. Aku tahu betul kemampuannya. Kau memang punya kemampuan, bisa membawa barang ini kembali juga tidak mudah, yang pasti Lao Huang pasti mendapat keuntungan."
Pak Li berkata beberapa patah kata lalu tertawa: "Jangan takut, Lü Fengrou juga takkan membunuhmu, paling-paling memukulimu sekali, kulitmu tebal tak usah dipedulikan.
Lupakan ini, ayo pergi ke kantor ceritakan detailnya.
Sekarang Lao Wu dan mereka semua ada di liang bumi, semoga tak terjadi apa-apa... Ngomong-ngomong, soal liang bumi Shanghai, tak ada hubungannya denganmu kan?"
Fang Ping cepat-cepat menggelengkan kepala: Tentu tak ada hubungannya, itu perbuatan Jiao.
Fang Ping tak banyak bicara, melanjutkan mengangkat bangkai monster dan batu energi itu, segera mengantarkannya ke gudang Area Selatan. Beberapa mentor penjaga gudang meraba-raba bangkai monster dengan rakus, membuat Fang Ping merinding. Hobi orang-orang ini benar-benar aneh.
